"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan mimpi
Mentari yang panik langsung menghubungi Angga, Dokter keluarga ayahnya dan Angga tentu tidak bisa datang karena jarak rumahnya dan tian terlalu jauh, namun sebelum telpon di Tutup Angga mempertanyakan kondisi Tian.
Mentari menjelaskan kondisi Tian dan Angga mengatakan mungkin Tian pingsan karena kelelahan dan masuk angin, sedang untuk panasnya Mentari disuruh untuk mengompres Tian.
Setelah Mendengar saran Angga, Mentari langsung mengambil air dan kain untuk mengompres Tian.
Setelah membawa kain juga Air, Mentari kini malah terdiam menatap Tian, sungguh ada rasa canggung yang dia rasakan, aneh, perasaan apa ini, itulah pertanyaan Mentari saat ini.
Bingung ada apa dengan dirinya, perasaan jika dengan abangnya dia tidak secanggung ini. Apa karena setatus Tian yang hanya seorang pamannya.
"Neng! kok malah ngelamun." ucap Pak Rt yang ternyata masih ada disana, memastikan jika yang diperintahkan Angga dilakukan Mentari dengan baik.
Ya pak Rt ragu jika Mentari bisa melakukan apa yang disuruh Angga, karena pak Rt tahu mentari adalah anak perempuan satu-satunya dari pasangan Juna dan Anyelir, yang sudah pasti dimanja tidak akan becus melakukan apa pun.
Ya seperti yang pak Rt lihat sekarang, Mentari malah bengong dengan tangan yang masih membawa baskom berisi air untuk mengompres.
"Eh iya pak, maaf" ucap Mentari setelah ditegur pak Rt, dan dia langsung mengompres Tian dengan menganggap perasaan anehnya itu adalah hal biasa.
Pak Rt yang melihat jika Mentari bisa merawat Tian langsung pamit, karena waktu sudah malam dan lagi keluarganya pasti sedang mencari-cari dirinya yang belum pulang setelah dari mesjid.
"Neng, bapak pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi no bapak, no bapak ada dipak Guru." ucap Pak Rt, dan setelah mendapatkan izin untuk pulang pak Rt langsung pulang.
Mentari mengantar pak Rt dan sebelum pak Rt benar-benar pergi Mentari terlebih dulu meminta maaf karena telah merepotkan pak Rt.
Mentari kembali kekamar Tian dan dia melihat jika Tian menggigil dan kini mulutnya berkata "Dingin, Dingin, Dingin, Dingin"
Mentari bergegas kelemari Tian dan dia langsung mengambil dua selimut, untuk Tian. Kenapa dua, karena takut jika hanya satu dan jika harus bolak-balik dia malas.
Dan benar saja setelah satu selimut ditambahkan ditubuh Tian, Tian kembali lagi meracau dengan berkata Dingin dan hal itu membuat Mentari bergegas kekamarnya untuk mengambil selimut miliknya, dan ternyata masih saja Tian merasa kedinginan.
"Dingin, Dingin, Dingin" ucapnya.
"Astagfirullah, Om sebenarnya kamu kenapa?" ucap Mentari yang merasa bingung dengan keadaan Tian dan saat matanya melihat kesudut kamar, Mentari melihat pakaian tian yang basah dan dia berpikir, "apa mungkin tadi Om tian menungguku sampai masuk angin dan karena sangat lama dia memilih memakai pakaian basah itu"
"Agh, Om plis bangun jangan bikin Tari takut" ucap Mentari yang ketakutan, takut Tian kenapa-kenapa dan parahnya dia seperti itu karena dirinya.
"Dingin, Dingin, Dingin" itulah jawaban Tian.
Dan entah ide dari mana mentari langsung naik keatas tempat tidur Tian dan masuk kedalam selimut tian, Tujuannya tentu saja untuk memeluk Tian, karena selimut dirumah tian sudah tidak ada lagi.
"Semoga Om tidak kedinginan lagi, dan bisa cepat sembuh." ucap Tari yang mulai memeluk Tian dari belakang, "Anggaplah sedang berboncengan di motor" ucap Mentari mengusir pikiran tidak baiknya yang hinggap saat Mentari memeluk Tian.
Mentari sebenarnya kegerahan tapi demi sang om yang kedinginan, Dia terap bertahan, Anggaplah jika sekarang dia sedang berada dikota kelahirannya dan kebetulan Ac dikamarnya sedang rusak.
"Ya ampun, panas sekali" ucap Mentari yang kini sudah berkeringat.
"Ini mah berasa disauna" ucap Mentari dan karena rasa gerah tidak nyaman itu Mentari tidak memperdulikan Omnya yang sekarang berbalik arah menghadap padanya, dan tentu saja langsung memeluk mentari.
Sementara Tian yang kini sedang berada didalam mimpi merasakan ketenangan yang luar biasa, yaman hangat dan empuk, ya empuk karena kepalanya kini bersandar didada mentari.
"Tunggu, mimpi macam apa ini" pikir Tian dan saat itu juga dia membuka mata, keadaan gelap pengap namun indra penciumannya mencium bau seseorang yang dia kenal dengan bau tubuh seperti ini.
Seketika saat kesadarannya sudah kembali seituhnya dia membolakan matanya saat benar-benar sadar posisinya seperti apa sekarang.
"Astagfirullah" secepat kilat dia memundurkan tubuhnya dan brug dia terjatuh.
"Sakit, jadi yang barusan bukan mimipi?" ucap Tian dalam hati dan semakin yakin bukan hanya mimpi saat melihat Mentari menatapnya dari atas kasur miliknya tentu dengan wajah cemasnya.
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.