Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Sebuah Ide Perjodohan
"Eh, Mas Ravi." Starla menyapa hangat sahabat Brahma.
"Kamu hadir ke sini sama siapa? Brahma mana?" tanya Ravi yang memang beberapa hari terakhir ini tengah sibuk sehingga jarang komunikasi dengan Brahma.
"Mas Brahma lagi dinas, jadi enggak bisa datang ke acaranya Mbak Ajeng. Aku ke sini ditemani sama Papa Juna dan Mama Bening," jawab Starla.
"Oh, begitu. Kok enggak duduk?"
"Ehm..." Starla pun bingung menjawabnya. Sejujurnya ia ingin sekali cepat pulang dari acara Ajeng. Namun ia tak enak hati dengan kedua mertuanya.
"Mau duduk denganku di sana? Kebetulan mejaku di sana," ajak Ravi yang tak lama ia melihat dari kejauhan tampak di meja VIP ada Arjuna yang tengah berbincang dengan Rendra. Ia langsung bisa menebak jika Starla sepertinya sungkan untuk mengganggu di meja mertuanya yang tengah asyik mengobrol.
"Baiklah. Tapi cuma sebentar saja ya Mas, sampai mertuaku selesai mengobrol sama orang tua Mbak Ajeng."
"Oke," jawab Ravi mengiyakan.
Akhirnya Ravi dan Starla duduk di meja yang berada di area sudut. Keduanya pun berbincang santai dalam posisi saling berhadapan. Ravi tipikal mudah akrab dengan orang baru, sehingga ia tak merasa kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan Starla. Pastinya obrolan Ravi penuh dengan humor dan kekocakan sesuai ciri khasnya sejak dulu. Alhasil tanpa sadar membuat Starla tertawa mendengarnya karena Ravi menceritakan kejadian lucu di sekolah ketika Brahma masih SMA.
Ekor mata Ajeng tanpa sengaja melihat keberadaan Ravi dan Starla dalam satu meja yang sama. Bahkan kedua orang tersebut tengah tertawa seperti membahas sesuatu yang lucu, pikir Ajeng.
Lalu tiba-tiba Ajeng terbesit ide cemerlang dalam otaknya. Ia langsung mengeluarkan ponsel mahal miliknya yang berlogo buah apel kena gigit tersebut untuk membidik dari kejauhan interaksi Starla dan Ravi.
Cekrek...
Cekrek...
Cekrek...
Beberapa jepretan gambar Starla dan Ravi pun sudah berhasil didapatkan oleh Ajeng. Lalu ia segera mengirimkan foto-foto tersebut pada W A Brahma.
📤 Ajeng : Hati-hati sekarang ini mode teman makan teman lagi hits. Ups...😎
Pesan beserta gambar sudah berhasil Ajeng kirim ke ponsel Brahma. Berharap Brahma dan Starla bertengkar jika perlu sekalian saja bercerai, itu harapan Ajeng. Bahkan ia sampai hati melakukan hal ini tentunya dalam benak Ajeng sudah tak memikirkan persahabatan antara dirinya dengan Ravi.
Ajeng seakan memfitnah Ravi. Padahal ia tahu Ravi sahabat dekat Brahma. Ajeng juga sudah bersahabat dengan Ravi sejak SMA yang pastinya tahu sifat asli lelaki itu tak akan mungkin menikung sahabatnya sendiri. Tapi, b0doh amat bagi seorang Ajeng asalkan dirinya berhasil membuat rumah tangga Starla dengan Brahma goyah hingga berpisah.
Namun Ajeng sudah menunggu sekitar lima menit, Brahma belum juga membaca pesan yang ia kirim tadi.
"Huft !! Ke mana sih dia? Sibuk banget sampai pesanku saja enggak buruan dibaca. Padahal itu berita penting untuknya biar tahu kelakuan bini sama sahabatnya!" keluh Ajeng.
Padahal jika orang normal pada umumnya menelaah foto jepretan Ajeng, pastinya akan berpikiran wajar alias tak terlalu ada masalah. Toh Starla dan Ravi berbicara tidak dekat atau bersentuhan fisik. Kejadiannya pun terjadi di acara yang notabene terdapat orang tua Brahma juga di sana.
Seperti kata pepatah, cinta dan egois jika tengah menyatu dalam pikiran manusia akan membelenggunya secara memba_bi buta. Seperti halnya yang dilakukan Ajeng barusan. Seakan dirinya ingin memfitnah Starla berselingkuh dengan Ravi, sahabat Brahma.
☘️☘️
Di sisi lain tepatnya di sebuah cafe yang tak jauh dari venue acara pembukaan butik milik Ajeng, Bening tengah duduk berdua dengan Luna. Bening sengaja ingin berbicara empat mata dengan Luna selaku ibu kandung Ajeng. Arjuna tahu akan rencana Bening tersebut. Alhasil ketika istrinya pergi dengan Luna, maka dirinya yang menemani Rendra sejenak di acara Ajeng.
"Kamu mau bicara apa, Ning? Kok kayaknya penting banget sampai kita duduk di cafe ini,"
"Sebelumnya, maaf sudah ganggu waktumu saat ada acara putrimu. Tapi ini penting banget buat aku sampaikan ke kamu karena enggak bisa lewat telepon, Lun. Kebetulan kita bertemu saat ini maka aku akan langsung utarakan,"
"Soal apa?" tanya Luna seketika penasaran.
"Putrimu, Ajeng."
"Memangnya Ajeng kenapa, Ning?" tanya Luna.
Akhirnya Bening secara blak-blakan menyampaikan pada Luna bahwa Ajeng seakan masih mencintai Brahma dan tak rela jika Brahma sudah menikah dengan wanita lain yakni Starla. Bening menceritakan semuanya secara apa adanya mulai kedatangan Ajeng secara mendadak ke rumahnya ketika Brahma dan Starla baru pulang bulan madu.
"Yang lalu aku sudah coba bicara baik-baik sama Ajeng buat menjauhi Brahma. Sebagai orang tua, aku enggak pengin rumah tangga anakku ada gangguan dari pihak ketiga baik itu pria atau wanita lain. Tapi yang terjadi justru saat ini Ajeng semakin ingin dekat dengan Brahma,"
"Yang benar, Ning? Rasanya enggak mungkin putriku jadi pela_kor. Bukankah setahuku yang lalu Ajeng memang memutuskan hubungan percintaannya dengan Brahma karena ingin fokus sama karirnya. Mungkin kamu salah paham saja sama putriku. Ajeng tetap ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga kalian dan juga Brahma karena mereka berdua kan pernah sahabatan di masa lalu,"
"Aku tahu Lun, mereka berdua memang dahulu pernah sahabatan. Tapi, aku punya buktinya kok. Ajeng mendadak datang ke Polsek beberapa minggu lalu buat ketemu Brahma terus makan siang bersama hanya berdua. Setelah itu aku juga ada beberapa bukti pesan yang masuk ke ponsel Brahma dari nomor Ajeng. Intinya mengajak bertemu namun putraku menolaknya," tutur Bening seraya menyodorkan bukti yang ia miliki pada Luna.
Ya, Bening meminta bantuan sang suami serta koneksi yang Bening miliki, ia berhasil menyadap ponsel Brahma tanpa diketahui oleh sang empunya nomor. Alhasil Bening terkejut dengan bukti pesan teks dan banyak panggilan masuk dari kontak Ajeng ke nomor ponsel pribadi Brahma.
"Perihal putrimu membuka butik di kota ini, aku tak ingin menuduh ke arah bahwa dia sengaja melakukan hal ini agar tetap dekat dengan Brahma. Aku berusaha positif thinking saja. Tapi untuk bukti-bukti yang lain itu bagiku sudah cukup jelas. Feelingku sebagai sesama wanita mengatakan seperti itu," tegas Bening.
Luna menghela napas beratnya. Ia tak menyangka bahwa Ajeng ternyata seperti ini. Padahal dahulu putrinya sendiri yang memilih mengakhiri hubungan dengan Brahma sehingga menolak saat putra kandung Bening itu melamarnya untuk segera menjadi istri.
"Maafkan kami, Ning. Jujur, aku enggak tahu jika Ajeng berbuat seperti ini. Semoga dia belum sejauh yang kita duga. Nanti aku coba menasehatinya agar fokus pada karirnya dan menjauhi Brahma," ucap Luna seraya meminta maaf dengan tulus pada Bening.
"Saranku tidak perlu membahas soal Brahma pada putrimu. Khawatirnya Ajeng merasa tengah diawasi atau dikekang. Lebih baik kamu dan Rendra segera carikan saja dia jodoh. Mungkin dengan Ajeng menikah, ia bisa dengan cepat melupakan putraku." Bening memberikan saran pada Luna.
"Ide yang bagus, Ning. Semoga Ajeng setuju aku jodohkan. Tapi, siapa ya kira-kira calon suami yang cocok sama putriku? Laki-laki itu pastinya harus baik dan perhatian sama Ajeng. Aku enggak mau sembarangan jodohin putriku sama laki-laki yang gak jelas, Ning."
Hening beberapa saat terjadi karena dua orang ibu hebat ini tengah memikirkan perihal sosok jodoh untuk Ajeng yang tepat.
"Gimana kalau kamu jodohin Ajeng sama Ravi? Mereka berdua kan sudah berteman dekat sejak SMA. Sepintas aku lihat Ravi, anak yang baik dan cukup perhatian dengan Ajeng selama ini." Bening pun tiba-tiba terbesit sosok Raviandra Nugroho dalam benaknya yang cocok untuk dijodohkan dengan Ajeng.
"Astaga, Ning. Kok Ravi sih. Kan kamu tahu Ravi itu anaknya Stevi. Emaknya saja suka lola alias loading lama pas dulu kita sekolah. Walaupun kadang-kadang pinter saat otaknya lagi lurus di jalan yang bener," keluh Luna seketika lesu.
"Haha... jangan gitu dong, Lun. Walau bagaimana pun Si Ravi begitu-begitu lulusan cumlaude loh. Apalagi sekarang ini bisnisnya lagi naik pohon bukan naik daun lagi. Sepertinya Si Ravi enggak ngikutin jejak lola Stevi tapi gen bapaknya lebih kuat jadinya dia pinter,"
"Iya juga sih. Untung Si Ravi lebih banyak jadi copyannya Mas Agung daripada Stevi. Nanti aku coba bicara sama Ajeng soal perjodohan semoga saja dia mau, Ning."
"Aamiin..." jawab Bening secara tulus mengaminkan doa baik untuk perjodohan Ajeng.
Raviandra Nugroho. Putra tunggal Stevi dan Agung Nugroho. Dimana ketika dahulu di SMA yakni Luna, Della dan Stevi bersahabat dekat. Ketiga wanita ini dikenal sebagai Grup Kanjeng Ratu Gaul hingga grup W A pun diberi nama yang sama. Della yakni adik kandung Stella sebagai ketua grupnya.
☘️☘️
Sedangkan di tempat lain, Brahma baru saja kembali ke Polsek setelah menghadiri rapat gabungan. Ia mengambil ponsel pribadinya untuk melihat panggilan yang belum sempat dijawab maupun pesan yang masuk.
"Ajeng," gumam Brahma yang mengecek terdapat notifikasi ada pesan masuk dari Ajeng ke ponselnya.
Tangannya langsung membuka isi pesan tersebut karena didera rasa penasaran.
Bersambung...
🍁🍁🍁