Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
“… seharusnya kalian mengatakan itu sebelum aku melompat ke laut.”
“Rena… k-kamu… ingat semuanya?” tanya Yohana terbata-bata.
Rena terkekeh pelan, “kenapa? Mama ingin aku tetap amnesia?”
Semua orang menatap horor Rena yang tampak begitu marah saat ini. Begitu pula dengan Nathan, lelaki itu tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun karena terlalu terkejut dengan semua fakta mengenai kekasihnya.
“Tapi itu tidak penting,” Rena berjalan pelan menuju meja ruang tamu apartemennya, “karena dengan kejadian bunuh diri waktu itu, aku menjadi sadar, kalau menjadi bagian dari Airlangga…”
Rena mengambil vas bunga yang ada di meja tersebut.
“… adalah sebuah kutukan.”
Prang!!
Semua orang terlonjak ketika Rena melempar vas itu ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Rena menatap datar sang papa yang terkejut dengan tindakannya.
“Sejak papa melempar gelas kaca ke kepalaku waktu itu…
… aku tidak lagi menganggap papa sebagai papaku.”
...----------------...
Rena duduk memeluk lutut di atas ranjang kamarnya. Gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong. Lampu di kamarnya sengaja tidak dinyalakan agar dirinya merasa tenang. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi sinar rembulan yang menembus melalui jendela kaca.
Seluruh keluarganya sudah pergi sejak satu jam yang lalu dari apartemennya. Meninggalkan Rena yang mentalnya—mental Alisa yang berada di tubuh Rena, sedang terguncang. Dan sang kekasih, Nathan, masih setia menunggu di ruang tamu apartemen gadis itu.
Awalnya Rena terus meminta Nathan agar meninggalkannya sendiri, tapi lelaki itu bersikeras untuk tetap tinggal. Nathan sangat khawatir dengan kondisi kekasihnya, ia tidak mau meninggalkan Rena sendiri.
Setelah membersihkan pecahan vas yang berserakan, Nathan duduk di sofa ruang tamu sambil menatap lekat pintu kamar Rena. Dirinya sangat ingin membuka pintu itu dan memeluk erat sang kekasih. Tapi gadisnya itu sedang tidak ingin diganggu.
Semua rangkaian kejadian malam ini membuat perasaan Nathan menjadi tidak karuan. Mulai dari Hendra yang menampar Rena dengan brutal, fakta bahwa gadis itu pernah mencoba bunuh diri, hingga perjodohan Rena dan laki-laki lain yang sudah direncanakan oleh papa gadis itu.
Nathan memijat pelan dahinya yang terasa berat. Ia tidak menyangka bahwa hubungannya dengan sang kekasih akan serumit ini.
Cklek
Nathan langsung menoleh saat mendengar suara pintu dibuka. Akhirnya, gadis yang sangat ia cintai itu mau membuka pintu kamar.
“Sayang,” panggil Nathan, lalu beranjak menghampiri Rena.
Lelaki itu memegang kedua bahu Rena sambil memperhatikan wajah cantik yang sudah sangat sembab itu. Mendapat tatapan penuh kekhawatiran dari sang kekasih, membuat mata Rena kembali berkaca-kaca.
Grep
Nathan membawa tubuh rapuh Rena ke dalam pelukannya. Lelaki itu memeluk erat sang kekasih untuk menyalurkan kehangatan dan kenyamanan. Usapan lembut juga ia berikan di punggung gadis cantik di dekapannya.
“Hiks… maaf…” gumam Rena membuat Nathan mengernyit bingung.
“Kenapa kamu minta maaf, hmm?” tanya Nathan dengan lembut.
“Maaf karena telah membuat kakak melihat keributan tadi,” lirih Rena di sela isak tangisnya.
Nathan mengecup pelan pucuk kepala kekasihnya, “tidak perlu meminta maaf. Aku akan selalu berada di sampingmu, baik suka maupun duka.”
Air mata Rena jatuh semakin deras mendengar ucapan tulus lelaki yang tengah mendekapnya erat. Mereka berpelukan cukup lama hingga tangisan Rena mereda. Kedua tangan Nathan terangkat untuk mengusap air mata Rena. Lelaki itu tersenyum lembut untuk menenangkan pujaan hatinya yang masih sesenggukan.
“Mulai sekarang, jangan sembunyikan apapun dariku, ya,” pinta Nathan, “kita hadapi segalanya bersama.”
Rena mengangguk sambil mengulas senyum tipis. Ia merasakan ketulusan dari Nathan. Rasa sakit yang selama ini selalu ia rasakan sendirian, akhirnya bisa berkurang karena hadirnya sosok Nathan.
“Sayang,” panggil Nathan membuat Rena menoleh, “apa papa kamu memang sering memukul kamu?”
Rena melihat raut khawatir yang kentara di wajah Nathan. Gadis itu menghela napas panjang, lalu mengangguk lemah, “iya. Papa memang sering main tangan kepadaku. Hanya kepadaku, tidak dengan mama, Kak Leo, ataupun Kak Flo.”
Hati Nathan rasanya tertusuk mendengar apa yang selama ini dialami oleh kekasihnya. Kenapa perlakuan kepala keluarga Airlangga sangat tidak adil kepada anak bungsunya sendiri?
“Maaf jika aku mengatakan ini, tapi bagaimana jika kita laporkan papamu atas perbuatan KDRT? Setidaknya supaya kamu tidak dipukuli lagi,” ucap Nathan dengan hati-hati.
“Aku tidak punya bukti KDRT yang dilakukan papa selama ini. Lagipula papa bukan orang sembarangan. Gadis remaja seperti aku tidak akan mudah melawannya,” jelas Rena.
Gadis itu benar. Sang papa, Hendra Airlangga, bukan orang sembarangan. Melawan Hendra sembarangan bisa membuat keadaan menjadi buruk untuk Rena.
...----------------...
Sesuai dugaan, lagu debut Rena sangat populer di kalangan netizen Indonesia. Hal itu membuat Rena disibukkan dengan jadwal promosi yang datang silih berganti. Sejak sehari setelah insiden pertengkaran di apartemennya, gadis itu sudah berpindah-pindah dari satu acara ke acara lainnya untuk promosi lagu.
Luka yang diberikan oleh sang papa di sudut bibirnya masih terlihat. Namun, dengan keajaiban tangan make-up artist dan kemampuan mengatur ekspresi, Rena bisa tampil di depan publik dengan sempurna.
Selama satu bulan penuh, Rena sibuk promosi lagu melalui berbagai acara ragam di televisi. Kadang ia juga muncul di program podcast youtuber terkenal. Hal itu dilakukan dengan tujuan supaya orang-orang lebih mengenal siapa itu Renata Anelis, tentu saja tanpa menyebut marga Airlangga.
Selama satu bulan ini juga, Rena jarang bertemu orang-orang selain staf Arial yang mengurus dirinya. Hanya beberapa kali bertemu dengan Leo dan Nathan di gedung Arial. Itu pun hanya sebatas saling menyapa dan mengobrol beberapa menit saja.
Sebagai seorang penyanyi pendatang baru, Rena harus bekerja sangat keras untuk perkembangan karirnya. Bahkan dirinya selalu berangkat subuh, lalu pulang tengah malam.
Semua kesibukan Rena berakhir saat tiba saatnya gadis itu memasuki kuliah sebagai mahasiswa baru kedokteran. Bagaimanapun juga, pendidikan adalah yang utama. Dirinya harus mengurangi tingkat kesibukan di dunia musik.
Dan hari ini adalah hari pertamanya mengikuti ospek di kampus. Beruntungnya Rena, karena walaupun sudah tidak diantar lagi oleh sopir pribadi, tapi ia sudah punya Nathan yang siap mengantarnya kemana saja.
“Tugas-tugas ospekmu sudah selesai semua?” tanya Nathan sambil fokus menyetir menuju kampus Rena.
“Sudah. Ini gila, banyak sekali tugasnya. Aku sampai harus bolak balik ke kampus kemarin untuk kerja kelompok,” keluh Rena.
Nathan terkekeh pelan, “tapi tetap kamu kerjakan, kan?”
“Tentu saja. Kalau tidak, bisa bisa aku diomeli teman-teman satu kelompokku. Bagaimanapun juga, aku harus membangun citra yang bagus di mata semua orang,” ucap Rena.
Nathan hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar gerutuan sang kekasih. Gadis itu sudah mulai memiliki pola pikir selebriti, sangat memperhatikan opini orang lain terhadap dirinya.
“Oh iya, malam nanti, ajari aku menyetir mobil lagi, ya,” pinta Rena.
“Apa kamu tidak lelah? Ospekmu nanti selesainya jam 5 sore,” balas Nathan memperingatkan.
Rena menggeleng mantap, “aku harus segera mendapatkan surat izin mengemudi.”
“Memangnya kamu mau mengemudikan apa? Mobil saja tidak punya. Kamu pasti juga tidak mau mengambil mobil dari rumah keluargamu, kan?” ucap Nathan dengan nada jahil.
Rena berdecak kesal, “tck! Aku bisa beli mobil sendiri. Tinggal menjual tas-tas hermesku yang menumpuk di lemari.”
Nathan hanya menganggukkan kepalanya. Rena memang pergi dari rumah dan memutuskan hidup mandiri, tapi gadis itu tidak perlu khawatir hidupnya akan kesusahan.
Pertama, barang-barang branded yang ia miliki sejak dulu sudah menjadi aset senilai ratusan juta. Dan kedua, popularitasnya sebagai penyanyi semakin hari semakin melejit, hal itu juga memberikan pemasukan rutin pada rekeningnya.
...----------------...