Novel ini menceritakan kisah pilu seorang gadis bernama Keyna Putri Anggraini, ia diusir dari rumah oleh ayahnya, karena perbuatan yang tidak dilakukanya, dan itu membuat ia mendendam kepada keluarganya, apalagi beberapa tahun setelah terjadinya tragedi mengenaskan itu, sang Ayah menikahi wanita pembunuh ibunya, membuat kadar kebencianya bertambah terhadap keluarga besarnya.
jangan samakan novel Mafia ini dengan yang lain, karena Novel ini pure buatan saya dan sangat berbeda jauh dari alur cerita novel Mafia yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shofi at Thoriq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KQM 28 : Menepati Janji
"Ketemu !!!" Sergah Novi sambil menjewer daun telinga Nova.
"Ahh.. Aww.. sakit, apaan sih loe Vi..!!" pekiknya. mengaduh kesakitan karena Novi menarik daun telinganya kencang, membuatnya mau tak mau harus berdiri.
"Dari tadi kita lontang-lantung cari loe, eh.. loenya malah enak-enakan makan disini." Ujar Novi kesal. Capek..? tentu Novi capek sedari tadi ia mencari Nova dengan perasaan yang was-was, kesana-kemari lontang-lantung gak jelas.
Ternyata malah ketemu diwarung Sate Taichan, siapa juga yang tak kesal..?, disaat perasaan khawatirnya yang berdasar, malah menjadi tak berdasar, karena orang yang dicarinya sedang menikmati Qtimenya, ingat ya.. Novi itu manusia biasa, bukan Super Hero yang punya kekuatan untuk mendeteksi keberadaan seseorang.
Kalau gue, gue nih ye.. Jadi Novi, udah gue masukin tuh si Nova ke kawah anak Krakatau.
"Ya maaf Vi, kan loe tau.. kalau gue lihat makanan, gue tuh gak bisa nahan hasrat buat makan, apalagi ditempat yang isinya macam-macam makanan kayak gini.. " Jelas Nova dengan muka yang ditekuk, seakan semangatnya hilang terbawa gelombang Tsunami (Jeweran Novi).
Perutnya masih belum terisi penuh, ia masih ingin menjelajahi tempat ini, tempat yang disebut-sebutnya surga makanan, tempat berbagai macam makanan berkumpul.
Tapi takdir sedang tak memihaknya, tiba-tiba saudari bawelnya menjemput, dan menyapanya dengan Jeweran keras, tak mungkin juga dia kembali makan lagikan..?, yang ada malah membuat saudarinya dan teman-temannya semakin kesal, dan ingin mengeroyoknya hingga mati, tak disini tapi diMansion.
"Makan..? makan terus yang ada dipikiran loe, liat itu tusuk sate sampe berubah jadi gunung, PULANG !!!" bentak Novi, Nova menunjukkan cengir kudanya, sedikit rasa bersalah terbesit dihatinya, karena hobbynya yang selalu ingin makan, jika melihat makanan.
Ivan ? ia bingung, otaknya tak berfungsi dengan baik, ia tak bisa mencerna yang sedang terjadi didepan matanya, bagaimana bisa pada waktu yang bersamaan, di tempat ini para Primadona Sekolah berkumpul..?, belum lagi ditambah oleh Dani yang ketampanannya bak Arjuna, membuat Ivan minder setengah mati.
Novi menghela nafas panjang. " yaudah deh, kita pulang aja, makan dirumah, loe udah bungkus makanan kan Key..?" Tanya Novi pada Keyna. takutnya mereka pulang kerumah dengan keadaan tangan kosong.
Sebelum mereka kesini, mereka pamit terlebih dahulu pada bi Surti. meskipun bi Surti bisa memasakkan makanan untuk mereka, jika mereka tak jadi membeli makanan disana, tapi mereka tak mau merepotkan bi Surti, biar pagi ini khusus menjadi waktu luang baginya, yang sudah setiap hari bekerja.
"Udah." jawab Keyna singkat, sambil menunjuk Billy menggunakan dagunya, yang menenteng kresek putih, tanpa memperdulikan eksistensi Evan dan Ivan.
"Ok, yuk pulang aja." Ajak Novi kepada semuanya, kecuali kakak beradik yang tadi menyantap Sate Taichan bersama Saudarinya.
"Eh.. cepet amat, santai dulu napa.. masih pagi juga nih." Sahut Evan, memang saat ini masih pagi, tapi sinar matahari sebentar lagi akan memasuki fase, sinar yang tak bermanfaat bagi tubuh.
"tinggal ngomong menjelang siang aja kok repot, Thor-thor." ucap Readers yang malas, dengan kebiasaan Author yang suka bikin kata terbelit-belit.
"Hehe.. ya maaf atu ders, bukan maksud gue bikin kata terbelit-belit, gue buat kayak gitu biar jadi ciri khas gue." balas Author, yang memang suka membuat suatu hal yang mudah menjadi sulit. hehe... sekali-kali gapapa lah ya.
Kembali ke cerita utama.
"Van..." panggil Dani, Evan langsung memalingkan wajahnya kearah Dani, lalu Dani menunjuk-nunjuk Ivan dengan dagunya, seakan bertanya Dia siapa ?.
"owh... Adek gue." Jawab Evan.
Dani manggut-manggut, karena dia baru mengetahui wajah adik temannya, Evan dulu sering bercerita pada Dani tentang Ivan, tapi ia tak pernah bertatap muka secara langsung dengan Ivan.
sedangkan Keyna terkejut, tapi terkejut dalam hati, atau lebih tepatnya ia termasuk orang yang pandai, dalam menutupi keterkejutannya dengan ekspresi wajah datarnya, Nova ? ia terlihat biasa karena sudah mengetahui sedari tadi, Novi, Sari, dan Billy tersentak kaget.
'Wah.. adik kakak sama-sama playboy.' Batin ketiga orang itu, mereka seperti mendapat Jackpot Miliaran Rupiah, tak mengejutkan bagi mereka, jika Ivan seorang yang memiliki julukan playboy disekolahan, yang membuat mereka terkejut itu karena Evan dan Ivan ternyata kakak beradik.
"Gak adiknya, gak kakaknya, sama aja, sama-sama playboy." celetuk Sari, yang langsung disambut gelak tawa Nova, Novi, dan Billy.
Jangan tanyakan kenapa cuma mereka berempat yang tertawa, karena Keyna dan Dani tak memperlihatkan tawanya. kedua orang itu hanya memasang muka datarnya, yang sedatar Tol Jagorawi. yang bisa dilihat oleh mata telanjang. tapi.. kakak beradik itu tertawa dalam hati, ya kalian pasti ngertilah, mereka berdua adalah kulkas berjalan.
Dani dan Keyna lumayan sering tersenyum kepada orang terdekat, meskipun tak lebar tapi itu cukup membuat teman-temannya senang, sedangkan kalau mereka berada diluar Mansion..? mereka akan mamasang wajah datarnya, yang sedatar lapangan sepak bola, karena mereka tak mau menanggung konsekuensinya, jika mereka berdua sampai tersenyum. gue ingetin ya.. senyum kakak beradik itu mematikan.
Ivan sangat-sangat malu, mukanya memerah, Semerah buah tomat yang siap dipetik dari pohonnya. mau ditaruh dimana mukanya sekarang..? predikat playboy sudah sangat melekat padanya dan kakaknya, tapi Evan tak menanggapi guyonan Sari dengan serius. karena ia tak merasa bahwa ia seorang playboy, ia sudah agak lama tobat. ntah.. apa yang membuatnya tobat, yang pasti ia sudah tobat.
Evan melirik adiknya, terpampang jelas wajah merah Ivan, Semerah buah strawberry yang matang, membuatnya ingin tergelak kencang, namun ia urungkan niatnya, karena ia tak mau melihat wajah Ivan yang akan semakin memerah jika ia tertawa.
"Udah-udah. kasihan dia, loe gak liat tuh muka udah merah banget, kayak orang yang mau nembak cewek, tapi malu-malu." Ujar Evan. dengan bodohnya Evan tak menyadari, bahwa perkataannya bukanya menghilangkan, tapi malah membuat warna merah dimuka Ivan terlihat semakin pekat, bahkan julukan bayi Bajang akan sangat cocok untuk Ivan saat ini.
'Bang, gue kira tadi loe bakal nolongin gue, tapi.. ini malah nambah mojokin gue, emang dasar.. punya Abang gak ada Akhlak..!!' umpatnya dalam hati, Ivan tadi mengira bahwa Evan akan menolongnya, tapi malah ia dibuat semakin malu oleh Evan, dan bodohnya Evan tak menyadari itu.
Novi melihat bibir Evan yang berkedut, seakan-akan ingin tertawa, tapi dia menahannya. " Bang Evan ketawanya gak usah ditahan-tahan. bulu hidungmu itu loh.. bang, melambai-lambai seakan-akan meminta, lepaskan Evan, lepaskan Evan.." Sahut Novi, yang sudah sangat gemas ingin mengeluarkan tawa Evan.
Mereka tak bisa menahan kelucuan guyonan Novi, akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak, entah apa yang membuat benteng kokoh mereka jebol, yang pasti mereka tertawa sampai perut kram, sakit, dan capek menjadi satu, tapi mereka terus tertawa dan tak kunjung berhenti, tentunya kecuali kakak beradik yang lupa caranya tertawa dihadapan publik.
Beberapa saat kemudian, mereka masih tergelak meskipun sudah tak sekeras tadi, mereka mulai menetralkan keadaan, agar tak menjadi pusat perhatian, orang-orang yang sedang berlalu-lalang ditempat ini, akhirnya keadaan sudah benar-benar Kondusif, muka Ivan sudah tak merah lagi seperti tadi. Ivan sudah merubah wujudnya dari bayi Bajang menjadi Manusia.
"Udah capek gue ketawa, pulang yuk..?" Ajak Sari kepada mereka para penghuni mansion.
"yaudah.. ayok gue laper, gue belum sarapan." sahut Novi, andai Nova tak hilang tadi, pasti perut mereka sekarang sudah berisi, gara-gara Nova, waktu makan mereka menjadi diundur hingga menjelang siang.
"gue juga.." sahut Nova,
Sontak semuanya mengalihkan pandangannya kearah Nova, sembari memicingkan mata bak elang, dengan tatapan seakan-akan mereka ingin membunuh Nova. Kecuali Ivan tentunya, tusuk sate menumpuk hingga membentuk gunung dan ia masih ingin makan..?, ntah dia yang lupa diri atau memang tak tahu diri, atau memang benar-benar belum kenyang, perut kadut memang gak ada tandingannya kalau masalah makan.
Nova nyengir kuda karena ditatap sedemikian rupa oleh beberapa orang, seakan-akan Mata loe katarak ? gak bisa lihat itu gunungan, mau gue bunuh loe ?. perkataan itulah yang terlintas dibenaknya, saat melihat tatapan mereka seperti ular piton raksasa yang siap menelannya bulat-bulat.
Sari yang sudah lapar tujuh turunanpun tak kuat menahan lagi. " udah.. balik aja yuk, lama-lama mati kelaparan gue." Ajaknya sambil mengelus-elus perut datarnya, yang belum terisi sedikitpun dengan makanan.
"gue juga kali kak." timpal Billy yang juga sangat kelaparan.
"gue juga, bang ayok balik." Sahut Keyna. melangkah sambil menarik tangan Dani, membuat Dani sedikit terlonjak.
Mereka semua mengikuti Keyna, tentunya tidak dengan Ivan dan Evan, ' coba gue gabung sama mereka, kayaknya gue bakal bisa Deket sama Nova, meskipun nanti ditolak.. tapi.. Ahh.. gak papalah demi hati gue..!' pikir Ivan. dengan semangatnya yang membara, demi mengejar Cinta.
Dia ingin ikut dengan Keyna seperti abangnya, agar bisa mendekati Nova, walaupun nantinya ia akan ditolak mentah-mentah oleh Keyna, tapi tak ada salahnya juga kan.. mencoba dulu, dari pada diam dan memendam cintanya sendiri, akan lebih sakit jika ia mengetahui bahwa cintanya terbalaskan, tapi tak berani mengungkapkan, dan biasanya itu berujung diambil orang.
Jadi ia akan mencoba dulu, dan memastikan cintanya apakah akan ditolak atau diterima oleh Nova, dan langkah awal ia akan bergabung dan menjadi anggota Keyna, anggota perkumpulan maksudnya, bukan Mafia ia tak mengetahui organisasi itu.
Urusan galau karena ditolak tuh belakangan, yang penting maju dulu. pikirnya dengan enteng, kalau sudah Cinta kau kira bakalan mudah Move On hah..?, Wkwkw.. untung Author gak pernah punya pacar dari kecil sampe sekarang, jadi gak punya kenangan sama seseorang yang bikin sakit hati. #Author_Happy
"Va, gue boleh gabung gak sama kalian..?" tanya Ivan, Evan berpikir kenapa dan ada apa..?, adiknya yang tiba-tiba ingin bergabung dengan Keyna, intinya Evan belum bisa menyimpulkan motif adiknya, padahal motifnya itu mengejar Cinta Nova.
Mendengar suara Ivan, mereka semua langsung berhenti dan menoleh kearahnya. " jangan tanya gue, tanya aja sama Keyna." Balasnya to the point, ia tak berhak ditanyai karena ketua mereka adalah Keyna, sang Calon Leader Mafia, yang mungkin.. tak lama lagi akan benar-benar terealisasi.
"boleh gak Key..?." Tanyanya lagi, nih si Ivan jadi manusia ngebet banget dah sama cewek model Nova, yang bisanya habisin nasi sama lauk doang.
Keyna berpikir, tapi otak jeniusnya tiba-tiba ngeblank dan tak bisa menimbang-nimbang keputusan, bahkan ia tak bisa membaca pikiran orang, karena ia kelaparan, jadi ia tak bisa fokus melakukan apapun sebelum perutnya terisi.
"gue gak bisa kasih jawaban sekarang, kapan-kapan aja, kalau ketemu disekolahan." jawab Keyna. ia tak bisa memberikan jawabannya sekarang, karena otaknya sedang tak bisa berpikir dengan jernih, ia belum bisa mempertimbangkannya, jadi lebih baik mempending dulu jawabannya, dari pada ia salah ambil keputusan nantinya betul bukan ?.
"ok." jawab Ivan cepat, ia sangat Antusias dengan jawaban yang akan diperolehnya, karena itu memungkinkannya untuk semakin dekat dengan Nova.
merekapun melanjutkan langkah kaki yang terhenti tadi, meninggalkan Ivan dan Evan yang masih berleha-leha, sampai diparkiran mereka menaiki mobil, dan pergi meninggalkan tempat keramat itu, itu tempat keramat bagi Nova, tapi tidak bagi yang lainnya.
...
Seminggu Kemudian.
Di dalam sebuah rumah, rumah gedong yang lumayan bagus di daerah Menteng. " bang gimana..?, kita jadi samperin Alamat itu sekarang..?" tanya orang yang sedang duduk didepannya, cuma dia dan leadernya yang tau, tentang Ancaman menakutkan dari Keyna.
"gue bakal pergi." Jawabnya santai. " gue gak mau buat masalah sama dia, gue ngeliat matanya aja, rasanya muka gue kayak dibejek-bejek sama dia, intinya gue gak mau punya masalah lagi sama dia.
masa loe gak ingat ?, kita masuk Rumah Sakit tiga Minggu lebih, bahkan sampe sekarang aja masih ada yang stay dirumah sakit, karena tulangnya yang patah belum sembuh, itu gara-gara siapa ?, kalau bukan gara-gara tuh cewek badass sama teman-temannya..!" sambungnya, ia benar-benar mengingat dengan jelas, kejadian gengnya yang dihajar habis-habisan oleh Keyna dan teman-temannya, satu bulan yang lalu.
"oke, kita berangkat bang." ucapnya tanpa pikir panjang, ia memang selalu menaati, dan mengikuti perintah Jovan tanpa membantah, bermain Wanita dan konsumsi Narkoba ?, sudah bisa dipastikan, jika dia yang akan pertama kali menolaknya, meskipun selalu ditawari oleh teman-temannya, tapi tak membuatnya tergoda sekalipun.
"Yaudah, loe kumpulin anak-anak dihalaman Rey, gue gak mau tuh cewek nungguin kita, yang ada nanti kita malah binasa." otak Jovan masih dihantui ancaman Keyna, Gue pastikan Antrax musnah malam itu juga, ngerti ?, Kejadian yang menghancurkan predikat mereka, sebagai geng paling ditakuti, dan ancaman Keyna sangat membekas dikepalanya.
sebagai seorang Leader yang baik, baik dimata anggotanya ya.., ia tak mungkin membahayakan anggotanya bukan ?, meskipun mereka dicap sebagai pembuat onar oleh masyarakat.
Berapa anggota yang Keyna miliki ?, Keyna itu siapa ?, apakah dia Leader suatu geng yang lebih hebat dari Antrax ?, apakah dia pembunuh bayaran yang menyamar ?
Ah.. Jovan tak tau itu, intinya skill bertarung Keyna sudah bukan diranahnya, dan itu membuat pertanyaan-pertanyaan bermunculan benaknya, membuat otaknya benar-benar blank tak bisa mencerna dengan baik.
Prioritas utama saat ini adalah memenuhi syarat yang diajukan Keyna, Jovan tak berani ambil resiko lagi, takutnya terjadi hal seperti satu bulan yang lalu, tapi tingkatnya berbeda dengan satu bulan lalu, bisa satu tingkat diatasnya atau mungkin tingkat maksimal (Mati).
Pria yang dipanggil Rey tersebut, langsung beranjak dari duduknya, dan mulai mengumpulkan anggota Antrax, dia juga tak mau, geng yang sudah susah payah dibangun oleh Jovan, dihancurkan dalam sekejap oleh Keyna.
Keyna itu kalau sudah memberi ancaman A, ya tetap akan menjadi A, tak mungkin berubah lagi menjadi B, kecuali ada sesuatu yang mengharuskannya menjadi B.
"KALIAN SEMUA KUMPUL DIHALAMAN SEKARANG, ADA HAL PENTING YANG BAKAL DISAMPAIKAN BOSS." teriak Rey, memanggil para anggota Antrax.
Mendengar panggilan Rey, para Antrax langsung berkumpul dihalaman basecamp, sembari menunggu kedatangan Jovan, mereka mencari teman berbincang, mau ngapain nih ?, masa ada misi baru sih.. kan kita baru sembuh ?, dapat komisi kah ?, apa si boss mau, ngajakin liburan ?, itulah yang mereka perbincangkan. mereka sudah tak terlalu memikirkan, tentang perihal satu bulan yang lalu.
Mereka tak mengetahui tentang ancaman Keyna, Jovan benar-benar tak memberitahu anak buahnya, baru sekarang ia akan memberitahukanya, sebelum ia mengajak mereka mengunjungi Alamat yang diberikan Keyna, atau mansion Keyna.
Jovan pun keluar dari BC, ia melangkah tak jauh cuma beberapa meter saja dari pintu, dan itu sudah membuatnya berdiri didepan semua Anggotanya, yang berkumpul dihalaman. " APA KALIAN INGAT ?, SATU BULAN YANG LALU KITA DAPAT MISI NYELAKAIN CEWEK YANG NAMANYA KEYNA ?" tanyanya kepada para anggotanya.
Terlihat semua anggotanya berpikir, tak lama kemudian mereka mengingatnya, kejadian itu adalah, kejadian yang paling memalukan dalam sejarah Antrax, dan menghancurkan predikat mereka, sebagai geng yang paling ditakuti di ibu kota.
"KITA INGAT BOSS !!!" Jawab semua anggota Antrax serentak, dengan intonasi yang tinggi.
"Kita balas dendam ?"
"Kita lakuin misi itu lagi kah ?"
"Uhh.. gak banget gue, gue gak mau mati."
"Kita bakar rumahnya ?"
"nanti kita ketangkep polisi, kalau dia tinggal di kawasan padat warga goblo* !!"
"apa kita bunuh ibuk-ibuk kemaren, yang udah kasih kita misi bunuh diri ?"
Terdengar suara mereka yang bersahut-sahutan. " KALIAN DIAM DENGERIN GUE !!!" suara bariton Jovan, seketika menghentikan pembicaraan mereka, yang ramainya seperti stadion sepak bola. " DIA NGANCEM KITA, KALAU KITA GAK DATANG KESANA, KITA BAKAL MUSNAH MALAM INI, GUE GAK TAU DIA PUNYA BERAPA ANGGOTA, DIA KETUA GENG MANA, YANG PASTI SORE INI KITA SAMPERIN ALAMAT YANG UDAH DIA KASIH." Ujar Jovan, ia pandai namun tak sepandai mereka berenam, kepandaiannya sering ia salah gunakan.
"Hah dia ngancem kita ?"
"Emang dia tahu markas kita ?"
"Mungkin aja, bang Jovan ngajak kita kesana pasti karena tuh cewek tau tempat ini."
"Kapan dia ngancem kita ?"
"Musnah malam ini ?"
"Apa dia ketua geng ya ?"
"Bisa jadi, skill geludnya aja udah bukan ranah kita."
Jovan menghela nafas panjang, mendengar ocehan para anak buahnya. " SEBULAN YANG LALU, PAS KALIAN SEMUA TEPAR, GUE DIANCAM SAMA DIA, DAN DIA TAU MARKAS KITA, MAKANYA KITA BAKAL SAMPERIN ALAMAT YANG UDAH DIA KASIH TAU, DARI PADA KITA KENA RESIKONYA, UDAHLAH KITA BERANGKAT AJA, JANGAN ADA YANG PAKE JAKET BISA NAMBAH MASALAH NANTI." Ucapnya lantang panjang dan lebar, masalah yang dimaksud Jovan, adalah berurusan dengan aparat kepolisian.
"SIAP BOSS !!!" Mereka menjawab ajakan Jovan dengan lantang.
"ANTRAX BERANGKAT !!!" teriak Jovan, membakar semangat para Antrax.
"WO !!!" teriak semua anggota Antrax.
mereka mulai beranjak dari hadapan Jovan, dan menaiki motor masing-masing, lalu mereka berangkat menuju tempat tujuan, dipimpin oleh Jovan dan Rey. agak jauh mereka berkendara, karena alamat yang diberikan oleh Keyna berada diluar kota. ya, daerah yang tak terlalu ramai, dan lumayan jauh dari pemukiman penduduk, tempat Mansion dan cikal bakal organisasinya, yang sebentar lagi akan berdiri.
Setelah menempuh perjalanan yang agak lama, mereka sampai dipinggiran kota, yang lumayan jauh dari pemukiman warga, disana cuma berdiri satu bangunan, dengan pintu gerbang yang besarnya bisa untuk lewatan dua truk kuning, yang biasanya buat distribusi itu loh...
"Kita gak salah Alamat kan bang..?" tanya Rey yang kebingungan, karena matanya cuma menangkap satu bangunan didaerah ini, dan lagi bangunan itu besarnya bukan main, bahkan perbandingannya itu ibarat, rumah gue, dibandingin sama rumah Raffi Ahmad 😭😭😭.
"Coba gue cek bentar." Jovan merogoh saku celana jeansnya, mengambil Gadget dan membuka Maps untuk mengkonfirmasi alamat yang diberikan oleh Keyna. agak lama ia berkutat dengan gadgetnya, nyatanya alamat yang diberikan oleh Keyna, cuma menunjukkan bahwa alamat itu disini dan tak ada yang lain.
"Udah bener ini alamatnya Rey..." Jawab Jovan, Rey pun manggut-manggut. " GUYS KITA TUNGGU DISINI DULU." Lanjutnya, mereka setia kepada Jovan, tak ada yang membantah maupun menentang perintah Jovan, ibarat adik yang patuh pada kakaknya. agak lama mereka menunggu tiba-tiba, sebuah suara bariton menghantam gendang telinga mereka.
"WOI SIAPA KALIAN ?" tanyanya dengan intonasi yang ditekan.
Bersambung...
---
Gue minta maaf banget gak bisa upload setiap hari, dan lagi uploadnya lama, maafin juga kalau banyak typonya yah.., gue juga bakal ngeganti nama Mafia Keyna, awalnya kan Dark Triad ya ?, pokoknya bakal gue ganti, lama-lama kalian juga bakal tau sendiri kalau ikutin cerita Novel ini terus. Adios Y Caramelos, Salam Author, See You Next Time.
Jangan lupa tinggalin jejak ya...
dong