NovelToon NovelToon
Close The World Of Madness

Close The World Of Madness

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Perperangan / Cinta Murni / Robot AI / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:871
Nilai: 5
Nama Author: Khoerun Nisa14

seorang wanita misterius yang penuh ambisi dan kegilaan akan teknologi demi mencari jejak orang tercintanya hingga hal terduga terjadi menghidupkan jiwanya yang hilang ditelan kegelapan.

Pelatihan hidup dengan penuh tekanan dan kejamnya dunia, dia menjadi wanita yang kejam dan hidup penuh sandiwara dalam menghadapi orang-orang yang penuh topeng permainan.


Yuk baca karyaku, mohon dukungannya yah 🤗🥰
Terimakasih🤗☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khoerun Nisa14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan yang indah dan menyakitkan

     Suasana siang hari yang mencekam, awan hitam mengumpul membawa beban berat menyelimuti pedesaan, langit yang seperti sedang marah membawa teman-temannya, hujan deras diiringi kilatan petir saling beradu di ikuti suara lantangnya yang menggelegar menakuti seisi penghuni desa terpencil ini. Angin saling berebut melewati wilayah yang siap untuk di hancurkan. Abella yang berdiri di balik jendela hanya diam, merenung menatap di luar bagaikan badai yang menyerang. melihat alam marah Abella hanya tersenyum tipis karena ia berhak marah atas kegilaan penghuni yang ingin merusaknya. Suasana yang semakin dingin, angin kencang ingin masuk dan mengamuki rumah kami. Suara kegaduhan di ruang depan, teriakan mereka memasuki telinga Abella. Mereka saling ketakutan dan saling berteriak dengan kesibukan mengamankan barang-barangnya satu sama lainnya. Abella yang masih berdiri tak mempedulikan mereka, suara pintu langsung terbuka dengan keras oleh angin kencang.

“Hey! kau baik-baik sajakah? Teriak Luichan membuka pintu dan melihat keadaan Abella yang masih di bawah ranjang sambil mengangkat barang-barang berharga dan membawanya ke kamarnya

“Hey Luichan! Hati-hati membawanya! Teriak Sandi yang sedang berdiri menyenterkan Neji yang sedang memperbaiki sesuatu di sudut ruangan, melihat Luichan membawa televisi yang akan melewati ke arahnya.

“Kau tetaplah di situ! Kami sebentar lagi akan selesai! Teriak Neji yang sibuk dengan kabel perangkat penghubungnya ke ruangan rahasianya dan mematikan MCB (alat pemutus rangkaian listrik)

“Bergegaslah sebelum petir itu menyambar! Teriak Luichan sambil membawa TV yang berat.

“Bawel Lo! Teriak Sandi dengan kesal

“Aku akan membawanya ke kamar kita, Teriak Luichan dengan melewati arahnya

“Ok! Setelah pencadangan dan pencabutan selesai kami akan menyusulnya. Teriak Neji

“Pastikan semuanya aman! Aku akan menempatkan barang-barangnya ke kamar kita. Teriak lagi Luichan sambil melanjutkan langkahnya menuju kamar.

“Sudahlah sana! Disini berbahaya! Teriak Sandi

 Abella yang terus diam, membayangkan kilatan petir di luar jendela, membuat dirinya mengingatkan masa lalunya ketika ia bertemu Dadvar di masa kecilnya, saat di cuaca yang dingin yang menusuk ke tulang dan hujan deras membasahinya saat berlindung di pohon besar , Abella masa itu adalah anak usia 12 tahun yang di buang kakaknya sendiri setelah kedua orang tuanya tertembak mati di depan matanya, tiada siapapun yang ia kenali, anak yang terlantarkan di tempat yang asing, tak ada tempat untuk pulang ataupun berlindung kecuali di bawah pohon besar yang baru ia jumpai untuk menghindari hujan yang langsung mengguyur ke bumi.

"Berapa lamanya hujan itu berhenti? Ucap Abella dalam batinnya sambil menggigil, dengan tiba-tiba terdapat suara gemuruh di atas langit. Abella yang duduk berjongkok di bawah pohon dengan wajah yang pucat, tubuh yang terus menggigil dengan jari-jari tangan yang sudah mengkerut pucat karena angin yang terus berlalu lalang menghampiri. Tiba-tiba seorang anak laki-laki dengan wajah yang tampan berjalan menggunakan tongkat sambil membawa payung di tangan kirinya menghampiri.

“Berdirilah! ikutlah ke rumahku! Ucap anak laki-laki yang buta itu, Abella yang terkejut mendengar ucapan itu hanya menatap tajam.

     Laki-laki buta itu yang terus berdiri dengan tongkatnya sambil memegang payung, hanya diam menunggu Abella berdiri. Abella yang merasa aneh dan terharu terhadapnya, beberapa lama kemudian akhirnya berdiri melangkah ke laki-laki itu dan berdiri di sampingnya.

“Namamu siapa? Ucap Abella dengan terbata setelah berdiri di sampingnya dengan penasaran.

“Dadvar. Ucap singkatnya sambil membelokkan tubuhnya menuju ke rumahnya.

“Aku Abella Ucapnya sambil berusaha tersenyum karena kedinginan tetapi Dadvar langsung memalingkan wajahnya.

     Abella yang terus menatap mengikuti langkah Dadvar, berjalan perlahan-lahan agar rintikan hujan dari atas payung tidak mengenainya ia berusaha untuk menyesuaikan gerakan langkah Dadvar, hingga Abella berjalan sambil menunduk melihat langkah kaki Dadvar. Dadvar yang merasakan Abella kesulitan berjalan dengan satu payung bersamanya, karena harus melewati banjir di sepanjang jalan yang di sebabkan saluran air yang meluap hingga membuat langkah Dadvar terhenti.

“Aww! Spontan Abella menabrak Bahu Dadvar yang tiba-tiba terhenti.

“Peganglah kain bajuku. Ucap Dadvar

“Hah? Ucap Abella yang tak salah mendengarnya

      Dadvar pun berjalan kembali, ia tak memperdulikan Abella lagi. Abella yang terus mengikuti jalannya dengan bingung apa yang harus ia pegang. Akhirnya ia memegang kain ujung baju di bagian pinggang belakang, mereka pun berjalan dengan melangkah pelan-pelan melewati banjir air di sepanjang jalan. tiba-tiba suatu insiden terjadi kepada Abella, Abella terjatuh dengan kaki yang terperosok di sebuah selokan sambil menarik baju Dadvar. Abella yang tidak dapat melihat lubang di sepanjang jalannya karena air banjir yang terus mengalir deras membuat dirinya sulit untuk mengetahuinya.

“Apa yang terjadi denganmu? Seru Dadvar merasakan tarikan Abella dari belakang.

“Aku terjatuh! Sekarang kakiku terperosok ke lubang! Dan sia-sia kau memayungi ku karena bajuku sudah basah semua! Ucapnya sambil menahan kesakitan pada kakinya yang terperosok dan terjepit sambil tergores sesuatu benda tajam.

“Kalau begitu berdirilah! Ucap Dadvar dengan singkatnya sambil berdiri tegak memayungi Abella yang terjatuh menunggu Abella bangkit berdiri kembali.

“Ahh sakit sekali! Kakiku sepertinya tersangkut sesuatu... Ucap Abella yang berusaha berdiri dan mengeluarkan kakinya dari jepitan besi.

     Banjir itu yang terus mengalir membuat Abella merasa kesusahan untuk mengeluarkan kakinya dari jepitan besi itu, Dadvar yang hanya diam berdiri saja membuat Abella semakin kesal dengannya seolah-olah dia memperburuk keadaan yang Abella alami.

“Hey Dadvar, sia-sia saja kau memayungi ku, aku sudah basah kuyup seperti ini, buat apa kau berdiri di depanku. Ucap kesal Abella yang masih berusaha mengeluarkan kaki yang tak bisa lepas dengan jepitan itu sampai ingin menangis menahan emosinya.

      Mendengar ucapan itu, Dadvar merasakan Abella yang sedang marah dengannya atas keputusasaan untuk menggeluarkan kaki yang tersangkut. Dadvar pun menutup payungnya dan mulai jongkok mencari kaki Abella yang tersangkut, ia berusaha membantu untuk mengeluarkan kakinya hingga ia juga ikut kehujanan bersama.

“Kau gila ya Dadvar! kau bisa sakit karena ku nantinya... Ucap Abella melihat Dadvar yang menutup payungnya.

“Diamlah! Ucap Dadvar yang berjongkok berusaha melepaskan kakinya yang tersangkut dari banjir yang menghalangi.

     Dadvar dengan keadaan buta, mau berusaha membantunya dengan tenang, Abella yang terus menatap merasakan terharu, melihat bagaimana Dadvar melepaskan kakinya yang terjepit itu, Abella menyukai akan kebaikannya hingga membuat Abella mulai mengingat kakaknya ketika tangan Abella tersangkut di gerbang rumahnya. Dengan perlahan-lahan, sedikit demi sedikit Dadvar mulai berhasil melepaskan kaki Abella yang terjepit besi di sebuah selokan pinggir jalan.

“Sekarang berdirilah! Ucap Dadvar sambil berdiri. Abella pun berusaha berdiri menahan rasa sakit di kakinya yang terluka itu, hingga membuatnya tak sengaja terjatuh kembali sambil memegang lengan Dadvar!

“Lukanya parah? tanya singkatnya

“Entahlah! Tiba-tiba kakiku sulit untuk di gerakan. Jelas Abella

“Ayolah naik! Ucapnya sambil berbalik arah kemudian berjongkok dengan menawarkan punggungnya untuk mengendong Abella yang terluka.

“Serius? Bagaimana kau bisa menggendongku dengan ..., Ucap Abella dengan ragu-ragu melihat Dadvar yang buta berjongkok membelakanginya.

“Kau arahkan aku jika ada sesuatu di depan! Timpal langsung Dadvar dengan menyelanya.

“Cepatlah! Kau ingin berlalu lama bermain air hujan di sini? Seru Dadvar sambil ingin berdiri kembali

“Baiklah! Baiklah... Ucap Abella sambil berusaha berjalan dengan tumpuan pegangan lengan Dadvar dan menaruh tubuhnya ke punggungnya.

“Peganglah payung ini! Ucapnya Setelah berdiri menggendong Abella.

      Mereka akhirnya melanjutkan berjalan kembali ke arah rumah Dadvar, Dadvar yang terus berjalan dalam keadaan butanya dengan satu tangan kanan memegang tongkatnya, dan satu tangan kirinya menopang Abella yang di gendongnya sambil hujan-hujan. Abella merasa salut dengan keadaan Dadvar yang pantang menyerah dan tetap tenang dalam keadaan apa pun, ketenangan dalam dirinya dalam menyelesaikan sesuatu di depannya tanpa banyak berbicara tetapi dengan tindakkan yang nyata, membuat Abella membangun kembali jiwa yang telah hilang.

     Abella yang tersenyum mengingat hal itu, tiba-tiba suara gemuruh bersamaan petir yang keras menyambar tepat di wajahnya dengan kencang, angin bersama dedaunan masuk ke jendela itu, membuat Abella mengingat kan kembali dengan ingatan yang menyakitkan akan suara ledakan mobil atas kecelakaan bersama Dadvar sehingga ia terjatuh pingsan.

“Hey! hey! bangulah! Kenzi sudah pulang! Seru kesal Sandi membangunkan Abella yang tidur di ranjangnya di bagian bawah, setelah dua jam lebih lamanya badai hujan telah terhenti terlewati, hingga lima jam lamanya Abella tidak terbangun dari pingsannya, mereka memindahkan Abella dari kamar yang rusak akan badai yang menerjang.

“Sudahlah kita tinggal saja! Biarkan dia istirahat dengan tenang! Ucap Luichan melihat sandi yang sangat kesal terhadapnya.

“Sial! Mengapa kau tempatkan wanita ini di ranjangku bodoh!. Seru Sandi dengan sedikit kesal terhadap Luichan

“Ranjang kita penuh dengan barang-barang! Hanya ranjangmu yang sedikit barang! Jelas Luichan yang kamar mereka di penuhi barang-barang akibat badai angin hujan yang menerjang.

“Mobil Kenzi sudah datang! Ucap Neji terkejut melihat mobil Kenzi dari balik jendela

“Ayo mari! Mari! Mari! Ucap Luichan untuk bergegas pergi untuk menyambut kepulangannya.

      Mereka pun meninggalkan Abella terbaring di ranjang Sandi, Sandi yang merasa kesal seperti menyimpan kebencian terhadap Abella, sebelum meninggalkannya Sandi menendang kaki Abella dengan melampiaskan kekesalan terhadapnya. Hingga tendangan itu membuat Abella terbangun setelah mereka mulai pergi meninggalkannya sendiri.

“Ahh..., Mengapa aku berada di tumpukan barang-barang ini? Ucap Abella yang perlahan-lahan membuka matanya kemudian ia terbangun dengan duduk sambil melihat-lihat sekitarnya. Kemudian beberapa saat Abella terdiam sambil menetaskan air matanya merindukan suaminya.

“Dadvar... Ucap lembut Abella sambil menundukkan kepalanya sambil menetaskan air matanya.

1
CantStopWontstop
Baper abis. 😢❤️
Khoerun Nisa
terima kasih banyak 🥰 mohon dukungannya yahh🙏🙏
°·`.Elliot.'·°
Ceritanya bikin seru, terus lah menulis, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!