follow aku di IG : ayu_andita28
Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.
Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!
Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Kehamilan Lily
Setelah nyonya Dilla pergi, Lily merasa sangat kacau. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan kebingungan. Ia butuh tempat untuk menenangkan diri, dan taman belakang mansion selalu menjadi tempat favoritnya untuk merenung. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju taman yang indah itu, berharap bisa menenangkan pikirannya.
Saat duduk di bangku kayu di sudut taman yang dikelilingi bunga mawar, Lily mencoba mengatur napasnya. Suara desiran angin dan kicauan burung sedikit membantu menenangkan hatinya yang gelisah. Namun, pikiran tentang pertemuannya dengan nyonya Dilla dan masa depan pernikahannya dengan Xander terus mengganggu.
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Lily menoleh dan melihat Bram berdiri di depan gerbang taman. Bram tampak cemas dan kebingungan. Ia berjalan mendekati Lily, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.
"Lily, apa yang terjadi? Aku melihat ibuku datang ke sini. Apa yang dia katakan padamu?" tanya Bram dengan suara penuh kekhawatiran.
Lily mencoba tersenyum lemah, tetapi air matanya mulai mengalir. "Bram, kita harus bicara. Aku... aku harus jujur padamu tentang semuanya."
Bram duduk di sebelah Lily, menatapnya dengan penuh perhatian. "Katakan padaku, Lily. Aku siap mendengarkan."
Lily menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Bram, aku sangat menghargai kamu sebagai teman Xander. Aku mencintai Xander, suamiku. Aku tidak bisa membiarkan perasaanmu mengganggu pernikahanku."
Bram terdiam, jelas terkejut dengan pengakuan Lily. "Lily, aku... aku mengerti. Tapi aku mencintaimu. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu."
Lily mengangguk, air matanya terus mengalir. "Aku tahu, Bram. Tapi aku harus fokus pada pernikahanku"
Saat itu, Lily merasakan kepalanya mulai berputar. Pandangannya kabur, dan tubuhnya terasa lemah. "Bram, aku merasa... tidak enak..." kata Lily pelan sebelum akhirnya pingsan di pelukan Bram.
Bram panik, memeluk tubuh Lily yang lemas. "Lily! Lily, bangun! Tolong!" teriaknya sambil mengangkat tubuh Lily dan berlari ke dalam mansion untuk meminta bantuan. Dengan cepat, mereka membawa Lily ke rumah sakit terdekat.
Di rumah sakit, para dokter segera memeriksa kondisi Lily. Setelah beberapa saat yang terasa seperti seumur hidup bagi Bram, seorang dokter keluar dari ruang periksa dengan wajah serius.
"Pak Bram,Nyonya Lily dalam keadaan stabil sekarang"
"Saat ini nyonya Lily dinyatakan hamil!"
Bram merasa dunianya runtuh. Wanita yang ia cintai ternyata mengandung anak dari suaminya, Xander. Ia tidak tahu harus merasa bagaimana, antara hancur dan bingung. Ia duduk di kursi ruang tunggu, menundukkan kepala dan menutupi wajahnya dengan tangan.
Ketika Lily sadar, ia melihat Bram duduk di samping ranjangnya, wajahnya tampak sangat sedih. "Bram... apa yang terjadi?" tanya Lily lemah.
Bram mencoba tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. "Lily, kamu pingsan tadi. Dokter bilang kamu hamil."
Lily terdiam, menyentuh perutnya dengan lembut. "Hamil? Aku... aku tidak tahu."
Bram menghela napas panjang, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya. "Lily, aku senang kamu dan bayimu baik-baik saja."
"Tapi aku harus pergi sekarang. Kamu butuh waktu untuk istirahat dan memikirkan semuanya."
Lily menatap Bram dengan mata penuh penyesalan. "Terimakasih telah menolongku dan maaf."
Bram mengangguk pelan, berdiri dari kursinya. "Aku tahu, Lily. Aku hanya ingin kamu bahagia, apapun yang terjadi." Dengan itu, Bram meninggalkan kamar rumah sakit, meninggalkan Lily dengan perasaan campur aduk.
Lily terbaring di ranjang rumah sakit, mencoba memahami semua yang baru saja terjadi. Ia tahu bahwa hidupnya akan berubah drastis, tetapi ia juga merasa lebih yakin akan keputusan yang telah ia buat. Dengan bayi di dalam kandungannya, Lily tahu bahwa ia harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan pernikahannya dengan Xander dan menghadapi semua tantangan yang ada di depan.
Setelah Bram pergi dari rumah sakit, perasaan Lily campur aduk. Ia merasa lega karena keadaannya dan bayinya baik-baik saja, tetapi juga merasa cemas tentang bagaimana Xander akan merespons berita ini. Ia tidak tahu bagaimana perasaan Xander setelah semua yang terjadi, tetapi ia tahu bahwa ia harus memberitahunya secepat mungkin.
Sementara itu, di rumah, Xander menerima panggilan dari Bram. Meskipun ada ketegangan antara mereka, Bram merasa bertanggung jawab untuk memberi tahu Xander tentang kondisi Lily. Xander terkejut mendengar bahwa istrinya pingsan dan sekarang berada di rumah sakit. Tanpa berpikir panjang, ia segera bergegas menuju rumah sakit.
Di rumah sakit, Xander hampir berlari melalui lorong-lorong menuju kamar Lily. Kepanikan dan kekhawatiran meliputi pikirannya. Ketika ia mencapai pintu kamar, ia berhenti sejenak, mencoba menenangkan dirinya sebelum masuk. Dengan hati-hati, ia membuka pintu dan melihat Lily terbaring di ranjang, terlihat lelah tetapi tenang.
"Lily, sayang, apa yang terjadi?" kata Xander sambil mendekati ranjang dan menggenggam tangan Lily dengan erat.
Lily tersenyum melihat suaminya. Ia merasakan kehangatan dan dukungan dari genggaman tangan Xander. "Xander, aku baik-baik saja sekarang. Aku... aku punya kabar baik."
Xander menatap istrinya dengan campuran rasa khawatir dan penasaran. "Kabar baik? Apa itu, Lily?"
Lily mengambil napas dalam-dalam, merasakan sukacita yang membuncah di dadanya. "Xander, aku hamil. Kita akan punya bayi."
Xander terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. Matanya melebar, dan kemudian senyum lebar muncul di wajahnya. "Kamu... hamil? Kita akan punya bayi?" tanyanya dengan suara penuh kekaguman.
Lily mengangguk, air mata kebahagiaan mulai mengalir di pipinya. "Iya, Xander. Aku hamil. Aku sangat bahagia."
Xander merasa air matanya juga mengalir. Ia membungkuk dan memeluk Lily dengan penuh kasih sayang. "Lily, ini luar biasa. Aku sangat bahagia."
"Aku tidak percaya kita akan menjadi orang tua."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen kebahagiaan itu. Xander mencium dahi Lily dengan lembut, merasa sangat bersyukur atas anugerah ini.
"Kita akan melalui ini bersama-sama, Lily. Aku akan menjaga kamu dan bayi kita dengan segala yang aku miliki."
Lily merasa beban yang ia rasakan selama ini mulai menghilang. "Terima kasih, Xander. Aku tahu kita bisa melewati semua ini bersama. Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, Lily," jawab Xander dengan penuh perasaan. "Dan aku akan selalu ada di sampingmu."
Mereka berdua berbicara panjang lebar tentang masa depan mereka, tentang rencana untuk bayi yang akan datang, dan bagaimana mereka akan memperkuat hubungan mereka. Xander berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu bersama Lily, memastikan ia mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkannya. Lily merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Xander, yang meskipun mengalami banyak rintangan, tetap mencintainya tanpa syarat.
Sore itu, Lily dan Xander meninggalkan rumah sakit dengan hati yang penuh harapan dan kebahagiaan. Mereka tahu bahwa perjalanan ke depan tidak akan mudah, tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka yakin bisa melewati segala tantangan. Lily merasa lebih kuat dengan Xander di sisinya, dan mereka berdua siap untuk menyambut babak baru dalam hidup mereka sebagai orang tua.
Setibanya di rumah, mereka mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya. Xander menghubungi dokter untuk memastikan Lily mendapatkan perawatan prenatal yang terbaik. Mereka juga mulai memikirkan bagaimana mereka akan mengubah rumah untuk menyambut bayi yang akan datang. Kebahagiaan dan semangat terasa di setiap sudut rumah mereka, memberikan mereka harapan dan kekuatan baru untuk masa depan.
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
otak lu dmn bram
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri