NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25 : Belajar Mencintai

Arina kebingungan sendiri, kenapa tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan. Dia keluar dari dalam mobilnya, lalu membuka kap mesin, mencoba mengecek apa yang membuat mobilnya mogok.

“Kamu itu gak tahu mesin, Arina? Sok-sok’an buka kap mesin? Mau apa? Ini juga kenapa mesti mogok sih? Mana di jalanan yang sepi lagi?” keluh Arina sambil memandangi mesin mobil yang membuatnya semakin pusing.

Arina masih berdiri memandangi komponen-komponen mesin mobil yang gak tahu apa namanya. “Kalau jantung, paru-paru, ginjal, dan organ tubuh manusia aku hafal semua. Ini apa coba? Kamu ini kenapa malah menambah masalah saja sih?” gerutu Arina.

Arina mencoba mencari bengkel terdekat yang mekaniknya bisa dipanggil. Ia fokus pada hapenya hingga tidak sadar di sebelahnya ada laki-laki yang memerhatikannya.

“Dokter mana ngerti mesin mobil? Kenapa mobilmu?” tanya laki-laki tersebut.

“Mas Rafif? Kok di sini?” tanya Arina. Ya, laki-laki yang memerhatikan Arina adalah Rafif, suaminya.

“Ya tadi lihat saja mobil kamu berhenti, ternyata mogok?” jawab Rafif.

“Iya, gak tahu kok bisa mogok,” ucap Arina.

Rafif mendekati Arina, dia meraih tangan Arina lalu menggenggamnya. “Maafkan aku ya, Rin? Aku egois sekali,” ucap Rafif tulus.

“Iya, aku sudah memaafkan mas,” jawab Arina.

“Jangan pergi ya, Rin? Pulang, ya?” pinta Rafif.

“Untuk apa? Aku tidak bisa pulang.”

“Aku sadar, ternyata aku tidak bisa tanpa kamu, Rin. Abyan butuh kamu, aku pun sama,” ucapnya.

“Gak salah dengar, Mas? Bukannya selama ini cuma Abyan saja yang butuh aku?” ucap Arina.

“Aku juga butuh kamu, untuk sama-sama membesarkan Abyan, Rin.”

“Aku tidak bisa, Mas. Aku tidak bisa terus bersama orang yang tidak mencintaiku. Ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa sedikit demi sedikit kembali mencintaiku lagi, tapi ternyata tidak bisa. Aku semakin sadar cintamu hanya untuk Felisa, tidak mungkin kamu berikan cinta untukku,” ucap Arina.

“Oke aku memang belum bisa mencintaimu lagi, tapi masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya kan, Rin? Masih ada kesempatan untuk aku belajar mencintaimu lagi kan, Rin?”

“Masih, tapi aku tidak yakin itu,” ucap Arina.

“Kenapa tidak yakin? Sedangkan aku yakin untuk bisa mencintaimu lagi?” ujar Rafif.

Arina hanya diam saja. Dia tidak tahu harus kembali pada Rafif atau pulang dan menyerah, tidak melanjutkan pernikahannya.Tapi, saat mengingat Felisa, janjinya pada Felisa, ingin rasanya terus berada di sisi Rafif dan Abyan.

“Rin, aku mohon pulang ya?” pinta Rafif dengan mencium tangannya.

“Aku tidak bisa mas, maaf.”

“Kamu sudah janji dengan Felisa kan, Rin? Oke pulanglah demi Byan, demi janjimu pada Felisa kalau kamu masih marah padaku. Tapi, aku ke sini menyusulmu karena dari niatku, niat dari hatiku sendiri. Jangan pergi ya, Rin? Jujur aku ini sayang sama kamu, aku gak bisa bohong untuk itu, pulang ya, Rin?” pinta Rafif memohon tulus.

“Apa jaminannya kalau aku mau pulang?”

“Apa pun yang kamu minta, Rin, asal kamu mau pulang,” jawab Rafif.

“Kalau aku mau kamu mencintaiku lagi?” tantang Arina.

“Insya Allah, aku akan belajar mencintaimu, Rin. Demi Allah aku butuh kamu, aku sayang kamu,” ucap Rafif.

“Aku tidak akan memaksamu, Mas. Iya aku pulang, demi Byan dan karena janjiku pada Felisa, kalau aku tidak akan meninggalkan kamu dan Byan.”

“Gak demi aku juga?” tanya Rafif.

“Iri, ya? Untuk apa pula aku pulang karena orang yang gak bisa menerimaku?” jawab Arina.

“Kok gitu?”

“Ya memang gitu, kan?” jawab Arina.

Rafif meraih tubuh Arina lalu memeluk Arina, dan mengecup kening Arina dengan lama. “Ayo pulang, Byan nangis terus kamu pergi. Baru beberapa menit kamu pergi dia nangis terus, gak mau sama siapa-siapa. Biar mobil kamu nanti ditangani mekanik. Aku panggil Kang Ndalem yang biasa nanganin mobil Abah,” ucap Rafif.

“Iya, aku pulang,” ucap Arina.

“Buka bagasi mobilnya, aku ambil kopermu,” pinta Rafif.

Arina pulang, atas permintaan Rafif. Apalagi mendengar Abyan menangis, dia tidak sanggup sekali mendengar itu. Arina bisa melupakan kalau Rafif tidak mencintainya, itu semua karena kehadiran Abyan. Abyan membuatnya lupa dengan perasaannya pada Rafif.

“Rin?”

“Ya, Mas?”

“Sudah ya, jangan pergi lagi?”

“Kalau mas anggap aku ini penguasa di rumah mas, ya aku pergi saja? Memang aku menguasai apa sih, Mas? Memang aku ini seburuk itu? Kalau bukan permintaan Felisa, aku tidak akan lagi kembali padamu, Mas. Meskipun aku masih sangat mencintaimu, sampai detik ini,” ucap Arina.

“Kamu tadi bilang apa?” tanya Rafif.

“Bilang apa memangnya?”

“Itu kata-kata yang terakhir?”

“Kalau bukan karena Felisa aku gak mau gini,” jawab Arina.

“Bukan, bukan itu. Setelah itu ada lagi,” ucap Rafif.

“Gak ada Cuma itu!” tukas Arina.

“Kamu tadi bilang masih mencintaiku, sampai detik ini, kan?” tanya Rafif.

“Ehm ... masa sih? Gak kok?” jawab Arina.

Rafif menghentikan mobilnya. Ia meraih tubuh Arina lalu memeluknya, dan mengecup keningnya cukup lama. “Maafkan aku ya, Rin? Aku tahu kamu masih sangat mencintaiku. Mulai hari ini, aku akan belajar mencintaimu, Rin. Tapi aku minta maaf sekali lagi, kalau cintaku sudah tidak utuh lagi, tidak seperti dulu waktu aku memberikannya padamu, cintaku sudah aku bagi dengan Felisa, Abyan, dan kamu. Tidak apa-apa kan, Rin?” ucap Rafif.

“Ya, aku paham itu, Mas. Terima kasih kalau sudah mau belajar mencintaiku, aku tidak masalah kamu memberikan seberapa besar cintamu untukku. Aku sebetulnya tidak ingin suamiku terlalu mencintaiku, nanti malah lupa mencintai Tuhannya,” ucap Arina.

“Kamu benar, Rin. Aku terlalu mencintai Felisa, terlalu kehilangan dia, sampai aku lupa pada Tuhan, aku lupa bahwa Allah juga menitipkn Byan dan kamu untuk aku cintai, untuk aku sayangi, dan aku lindungi,” ucap Rafif.

“Cinta pada Allah, adalah cinta yang hakiki, cinta yang abadi, karena dengan mencintai-Nya, kita akan bisa meraih surga-Nya. Dan, tentunya mas mau kan berkumpul dengan dua istri mas di Surga nanti?” tutur Arina.

“Kamu memang pintar, ya? Aku bangga punya istri sepertimu. Jangan pergi lagi, ya? Demi aku, Byan, dan Felisa,” pinta Rafif.

“Iya, aku akan mendampingimu, Mas. Jangan galau lagi, ya? Mas masih punya Byan,” ucap Arina.

“Dan juga punya kamu,” lanjut Rafif.

Arina mengeratkan pelukannya pada Rafif. Dia tidak menyangka Rafif akan menyusulnya. Arina yakin Rafif bisa mencintainya suatu hari nanti. Dia tidak akan menyerah untuk menjadi istri yang terbaik untuk Rafif, dan ibu yang baik untuk Byan, juga anak-anaknya kelak.

Rafif mengecup kilas bibir Arina, setelah lama dia mengecup kening Arina. “Jangan nangis lagi, ya?” Rafif mengusap sisa-sisa air mata Arina yang masih ada di pipi. Arina mengangguk lalu tersenyum, dan mengecup pipi Rafif.

“Aku akan mencoba mencintai Arina. Memberikan cintaku pada Arina sesuai porsinya. Benar cinta yang abadi adalah cinta pada yang Maha Kuasa. Cinta itu akan abadi, karena mencintai-Nya akan menuntun kami ke Surga. Terima kasih, Fe, sudah memberikan Arina padaku. Tenang di Surga, Sayang. Tunggu aku dan Arina di sana.” Batin Rafif.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!