Hai, raeder semuanya... Ada yang masih ingat dengan Novel saya yang berjudul "Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku" Nah, di novel ini menceritakan kisah anak-anak mereka ya. Semoga kalian suka 🤗🙏
"Aku tidak mau menikah denganmu!" Tekan Bidan Humayza menatap kesal saat Dokter obgyn itu masih membahas hal yang telah berulang kali ia tolak.
"Hei, apakah kamu kira aku terlalu menggilaimu? Apa yang aku lakukan demi memenuhi keinginanmu ibumu!" balas Dr.Razher Adriyansyah SpOG.
Ya, Humayza Andriani adalah seorang Bidan cantik yang bekerja di sebuah RS swasta. Ia Bekerja di bagian Perinatologi. Namun, terkadang ia juga di tugaskan sebagai Bidan pendamping untuk seorang Dokter spesialis obgyn. Yaitu dr Razher.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? yuk ikuti terus. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan ulasannya ya🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana keluarga
"Nggak, aku nggak mau!" tolak Mayza dengan cepat.
"Lah kenapa? Dokter Razher itu sudah termasuk kriteria kamu, May. Dan ibu menginginkannya menjadi menantu," ungkap Bu Nilam membuat Mayza menatap tidak mengerti.
"Bu, kenapa harus dokter Razher? Apa sih ibu," ujar Mayza memberengut.
"Jadi kamu mau lelaki yang seperti apa? Kamu mau ibu jodohkan sama Pak Bahar yang punya banyak kebun sawit itu?" timpal Ibu membuat netra Mayza melebar sempurna.
"Ibu mau punya mantu tua?" intrupsi Mayza menatap malas.
"Ya mau-mau saja," jawab Ibu acuh.
"Ya Allah, kenapa Ibu tega sekali sama aku. Nggak ada apa pilihan selain kedua orang itu," sungutnya yang hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Bu Nilam.
"Bingung kan, makanya di kasih calon suami yang Oke malah nggak mau," gumam ibu dalam hati.
"Jadi gimana, May? Kamu mau kan nikah sama Nak Razher?"
"Aku nggak mau bahas hal itu sekarang, Bu. Lagian kenapa Ibu seyakin itu jika keluarganya menyetujui permintaan Ibu. Dan kita juga tidak tahu bagaimana perasaan Dokter Razher sama aku," jawab Mayza benar-benar dilema.
"Pokoknya sekarang Ibu minta persetujuan kamu dulu. Kalau soal setuju atau tidak keluarganya, ya itu lain lagi."
Mayza tak menyahut, ia segera berlalu meninggalkan kamar sang ibu. Ini pasti hanya sandiwara Ibu saja yang mendiagnosis penyakitnya sendiri, yaitu penyakit langka. Emang ada sakit pengen cucu? Ah beginilah jika menjadi anak tunggal. Coba saja ia mempunyai kakak atau adik, pasti ia akan meminta mereka untuk memenuhi permintaan Ibu.
"Mayza! Ibu belum selesai bicara, May!" panggil Ibu merasa jengkel.
"Aku sedang tidak ingin membahas hal itu, Bu!"
"Kebiasaan kamu ya, May!" pekik Ibu gemas sendiri. Namun, sepertinya ia tidak putus asa untuk menyatukan Razher dan Mayza.
"Mau sampai kapan kamu bersandiwara seperti ini, Bu?" intrupsi Pak Imam baru saja masuk kedalam kamar.
"Sampai Mayza menyetujui permintaan Ibu untuk menikah dengan Nak Razher," jawab Bu Nilam santai.
Pak Imam menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya. "jangan sampai mengorbankan kebahagiaan Mayza. Jika memang dia tidak mau maka jangan di paksa."
"Tapi mau sampai kapan kita harus menunggu, Yah? umur Mayza sudah tak muda lagi. Dan Ibu sangat yakin bahwa Dokter Razher adalah lelaki yang terbaik untuk Mayza," ungkap Bu Nilam pada sang suami.
"Iya aku tahu, tetapi kita juga tidak bisa memaksa. Mayza berhak memilih calonnya sendiri," sanggah Pak Imam sangat bijak.
"Pokoknya Ayah bantu Ibu untuk melunakkan hati gadis itu. Kita harus usaha dulu. Nanti hasilnya biar Allah yang tentukan. Jika memang mereka tidak berjodoh, maka Allah akan memberikan cara untuk mereka.
Pak Imam hanya menggelengkan kepala. Tak bisa juga membantah ucapan sang istri. Jangan sampai gara-gara ini mood kanjeng ratu rusak sehingga membuat meja makan kosong melompong.
Sementara itu Papa Rayyan dan Mama Zhera menghubungi kedua orangtuanya dan juga Zafran dan Zurra. pasangan itu harus meminta pendapat keluarga mereka mengenai permintaan Razher untuk melamar anaknya Pak Imam.
Di tempat lain, malam ini Bu Zurra dan Ayah Zaf sudah rapi untuk menghadiri acara makan malam di kediaman keluarga Pak Kapolda.
"Al! Ayo buruan!" panggil Bu Zurra pada anak laki-lakinya.
"Iya Bu, bentar!" jawab Al sedikit tergesa keluar dari kamarnya.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Al pada sang ibu. Netranya mencari seseorang.
"Kamu cari siapa?" tanya Ibu.
"Ah nggak, nggak cari siapa-siapa," jawab Al mengubah ekspresi wajahnya sedatar mungkin.
Terlihat Fatimah sudah menjinjing tasnya sembari menggendong Aisyah. Apakah gadis itu hendak pergi malam ini juga?
"Loh, kamu mau kemana, Fa?" tanya Bu Zurra.
"Maaf Bu, saya mau balik sekarang. Soalnya travel sudah datang. Terimakasih sudah banyak membantu saya dan Aisyah. Maaf bila kami sudah merepotkan Ibu, Bapak dan juga Dokter Al. Semoga Allah membalas segala kebaikan Ibu dan keluarga," ucap Fatimah dengan tulus.
"Kenapa harus malam ini berangkatnya, Nak. Kenapa tidak besok saja?" tanya Bu Zurra merasa berat melepaskan.
"Tidak apa-apa, Bu. Soalnya besok saya harus bekerja. Kalau begitu saya pamit ya, Bu, Dok. Sampaikan pada Bapak rasa terima kasih saya, Bu," ucap Fatimah berpamitan.
Bersambung..