Menikah dengan dosen sendiri?
Cinta Aida tidak pernah menyangka lelaki yang dijodohkan kedua orang tuanya adalah lelaki yang selamat setahun lebih dia benci. Bagaimana tidak, setiap kali dia melakukan kesalahan di kampus, hukuman yang diterima sangat tidak masuk akal. Namun ternyata pak dosen yang dia benci adalah calon suaminya sendiri.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akankah cinta tumbuh di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Di ruang makan sudah beberapa hari ini suasana di ruang sunyi itu berubah sejak kehadiran Aida sebagai istri sang dosen.
Meskipun Aida belum mau melayani Raditya di atas ranjang, tetapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri di hal lain.
"Ini sarapannya, Pak Radit,"ucap Aida seraya meletakkan piring berisi nasi goreng ke depan sang dosen.
Raditya tersenyum lebar sambil menatap istri cantiknya."Makasih, kamu pintar masak juga."Dia langsung menyuap nasi goreng ke mulut.
"Kalau cuma masak nasi goreng udah dibilang pintar masak, nanti saya nggak bakal berkembang."Aida menarik kursi lalu duduk di seberang Raditya.
Raditya manggut-manggut. "Bener juga sih, tapi nggak banyak wanita muda cantik bisa bikin nasi goreng seenak ini."
Aida menatap suaminya. "Itu pujian atau sindiran?" Ia berucap sambil mengunyah makanan.
"Tergantung kamu menganggapnya apa. Kalau kamu merasa itu pujian, artinya ya memang pujian,"kekeh Raditya.
"Saya ngerasanya sindiran, berarti emang sindiran."Aida memakan makanan dengan lesu. "Saya mau kuliah hari ini."
Raditya menghentikan senapan makanan ke mulut. "Memangnya kamu sudah sehat?"
"Saya nggak sakit,"jawab Aida sambil menikmati sarapannya.
Raditya terdiam, kembali mengingat Edo yang pernah datang ke kampus. Apa mungkin lelaki itu akan datang lagi?
Kekhawatiran mulai membuat Raditya tak tenang membiarkan istrinya kembali kuliah.
Aida mengambil ponsel yang berada di atas meja. Memandangi layar ponsel yang mati total.
"Ponsel kamu rusak? Mau saya belikan yang baru?"tanya Raditya, dia sudah mendengar cerita dari mertuanya kalau ponsel Aida masuk ke kolam ikan.
"Saya nggak butuh ponsel, Pak,"balas Aida.
"Butuhnya apa? Kamu pakai aja uang yang saya transfer kemarin buat beli ponsel kalau emang kamu nggak mau saya beliin ponsel yang baru,"ucap Raditya.
"Nanti aja, kalau saya udah butuh baru saya beli,"jawab Aida sambil memakan nasi goreng dengan lesu. Meskipun sebenarnya dia membutuhkan ponsel untuk berkomunikasi dengan Edo, tetapi dia tidak ingin memakai uang dari Raditya.
Raditya berdiri. "Siap-siap, kita berangkat ke kampus sekarang."
Aida menghentikan suapan nasi ke mulut. "Saya naik bus aja."
"Kita berangkat sama-sama,"ucap Raditya lalu mengambil tas tenteng di atas meja.
"Nggak mau, kalau teman-teman melihat saya sama bapak pergi berdua, apa kata mereka nanti? Saya nggak mau jadi bahan omongan di kampus."Aida meletakkan sendok lalu mengambil tasnya.
Raditya menghela nafas panjang. "Kita berangkat sama-sama, nanti saya jelaskan kenapa kamu pergi kuliah bareng saya."
"Jelasin gimana? Iya kalau mereka nanya, kalau nggak?"Aida melepas genggaman tangan sang suami. "Saya berangkat. assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."Tak ada yang bisa dilakukan oleh Raditya selain membiarkan Aida pergi seorang diri.
...****************...
"Kedai nyokap gue diserang,"ungkap Edo.
"Diserang? Sama siapa? Gila, nyari mati mereka!"kesal Alex.
"Gue nggak tahu siapa mereka, tapi gue yakin penyerangan itu ada hubungannya sama kemenangan gue dan kembalinya gue ke Geng Pandawa,"jawab Edo.
"Apa mungkin ada hubungannya sama Aldo?"gumam Alex.
"Kita harus mencari tahu siapa yang melakukan semua itu!"balas Kenzo tak kalah kesal dari Alex.
"Gue butuh bantuan kalian buat nyari tahu siapa dalang dari penyerangan. Gue nggak mau salah sasaran yang berujung nambah musuh buat Geng Pandawa,"ucap Edo pada kedua temannya yang dia percaya bisa membantu.
"Tenang,Do. Kita bakal bantu Lo,"ucap Alex.
"Urusan itu bakal gue selesaikan diam-diam, tinggal tunggu aja waktu yang tepat buat bikin musuh Lo KO!" desis Alex yang terlihat sangat emosi. Dia tahu musuh Geng Pandawa itu banyak, tetapi dia tidak menyangka para musuhnya melakukan cara licik.
"Ngomong-ngomong, gimana hubungan Lo sama cewek Lo? Apa dia nerima lamaran Lo? Dia udah nerima hadiah dari Lo kan?"tanya Kenzo yang justru penasaran dengan hal lain.
Edo tersenyum kecil.
"Udah senyum-senyum aja, artinya tuh cewek udah kelepek-klepek pas nerima hadiah dari bos kita,"canda Alex sambil melirik dengan senyuman pada Edo.
"Sebenarnya dia belum ngasih jawaban, tapi gue yakin dia bakal nerima gue. Cuma sayangnya.....,"Edo menggantung ucapannya.
"Sayangnya, apa?"kedua sahabat ketua Geng motor itu menatap penasaran dengan lanjutan ucapan Edo.
"Gue mau nyari duit buat nikahin dia,"sambung Edo.
"Mau gue bantu?"tawar Kenzo dan Alex.
"Gue bisa sendiri. Lo berdua tolong bantu gue cari tahu tentang dalam penyerangan itu aja,"balas Edo.
...****************...
"Pak Radit ke mana?"gumam Cantika di dalam kelas, ia berbicara pada Aida, tetapi sepertinya Aida tidak peduli.
Aida yang duduk di sebelah kiri cantikan justru sibuk menggambar bunga di atas kertas putih.
"Apa mungkin dia lagi enak-enak sama Bu Naya? Soalnya tadi gue lihat Bu Naya masuk ke ruangan Pak Radit, terus dia langsung nutup pintu gitu pas ada mahasiswa lewat."
Kali ini Aida memberikan reaksi, dia menatap Cantika dengan tatapan serius
"Lo kenapa? Kok mukanya kayak merah begitu? Lo cemburu? Eh, harusnya yang cemburu itu istrinya pak Radit kali," kekeh Cantika.
Aida mendengus kesal, tetapi tiba-tiba dia berpikir. 'Ngapain gue marah anjir. Biarin aja dia enak-enak sama cewek lain, artinya dia udah bisa move on dari pernikahan ini. Jadi gue tinggal nunggu gugatan cerai aja dari dia,'batinnya.
...****************...
Di dalam ruangan Raditya.
"Penjelasannya seperti itu, Bu Naya. Sepertinya mahasiswi bernama Laura itu memang membutuhkan perawatan khusus, kita tidak bisa menerima mahasiswa yang memiliki kepribadian ganda seperti dia,"ujar Raditya yang tengah berdiskusi dengan dosen wanita bernama Naya.
"Iya sih, tapi tantenya itu mendatangi kampus ini terus, Pak Radit."
"Abaikan saja, katakan pada dia kalau peraturan di kampus ini tidak bisa diubah sesuka hati,"balas Raditya.
"Baik,Pak,"jawab Naya. "Kalau begitu saya permisi Pak Radit."
Tak!
"Akhhh!" pekik Naya saat kakinya terkilir karena sepatu high heels nya patah.
Refleks Raditya memegang lengan Naya, sedikit memeluk tubuh sintal dosen seksi tersebut.
Untuk pertama kali Naya melihat wajah tampan Raditya dengan jarak sangat dekat. Mata bulat terang, kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir merah alami sang dosen semakin membuat wajah lelaki itu terlihat nyaris sempurna.
Seutas senyuman benda terlukis di wajah Naya yang terkagum-kagum pada ketampanan Raditya.
Menyadari itu, Raditya langsung melepas pegangannya.
"Makasih, Pak Radit,"ucap Naya dengan suara yang dibuat manja.
"Lain kali hati-hati, ganti aja sepatunya,"balas Raditya lalu mengambil kacamatanya.
Naya tersenyum. "Pak Radit jauh lebih ganteng kalau nggak pakai kacamata."
Raditya mengabaikan pujian itu.
