Lanjutan Ghost Detective
Kisah putri dari Lachlan de Luca dan Nareswari Kosasih. Lahir dari ayah dan ibu indigo, membuat Chelsea yang biasa dipanggil Shea, juga super indigo. Awalnya eyang buyut binti canggah nya yang hadir, yaitu eyang Surti namun lama-lama Shea terbiasa hingga membantu biro detektif ayahnya. Shea yang kuliah di fakultas kriminologi, bersahabat baik dengan Yudho Sardono, cowok nerd berkacamata dan... Penakut. Dibantu oleh para hantu anak buah eyang Surti, Shea dan Yudho berjibaku memecahkan kasus dingin maupun baru.
Generasi ke 8 klan Pratomo
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Steven dan Angga
Shaera menatap Zaki bingung. Hanya karena ucapan kakaknya langsung selesai gitu ? Nggak dicari alasannya apa dulu ... Ini ada yang aneh.
"Mas Zaki kok manut banget sama omongan kakaknya? Memang kenapa?" tanya Shea penasaran.
"Karena ..."
***
Angga yang sedang menunggu jawaban Zaki, terkejut saat seseorang menepuk bahunya.
"Masnya nggak masuk ke warung?" tanya Iptu Steven ke Angga yang menoleh ke arah pria dengan pakaian polisi itu.
"Eh ... Iya. Masih ... bingung pilih antara es teler atau es degan ..." jawab Angga gugup.
"Enak semua kok itu. Disini makanan dan minumannya enak-enak. Masuk aja mas ..." ajak Iptu Steven yang sudah masuk ke dalam tenda.
Angga pun menghela nafas panjang. Antara mau masuk atau tidak, dia masih ragu-ragu.
***
Shea merasa merinding saat mendengar suara di balik tenda itu yang mirip dengan dosennya yang menyebalkan. Gadis itu mendongak ke arah pak Sakera yang nyengir menyeramkan dan Shea pun tahu itu benar-benar dosen pembimbingnya.
"Kok bisa kesini sih ..." bisiknya kesal.
"Mbak Shea kenapa?" tanya Zaki.
"Eh nggak papa. Kok mas Zaki percaya langsung ke kakaknya ?" ulang Shea lagi.
"Karena dia kakakku. Kenapa harus tidak percaya?"
Mulut Shea menganga. Seriously... Ini orang antara polos atau gubluk sih? Meskipun itu saudara sendiri tapi jangan percaya seratus persen, kecuali keluarga Shea.
"Mbak Shea .." panggil Iptu Steven yang masuk ke dalam warung. "Mas Zaki, es teler satu tanpa durian dan mie pangsit basah satu ..." Pria ganteng itu pun duduk di sebelah Shea yang terdapat MacBook di depannya. "Bikin bab tiga?"
Shea mengangguk sambil manyun. Keduanya menoleh ketika ada seseorang masuk ke dalam warung dan mata abu-abu Shea melotot tidak percaya karena beneran dosennya yang menyebalkan disini. Apa mau cek bab tiga aku?
"Mbak Shea kenal masnya itu?" tanya Iptu Steven melihat reaksi gadis di sebelahnya.
"Kenal banget. Itu dosen pembimbing skripsi aku. Pagi pak Angga ... Jauh amat cari sarapannya..." sapa Shea judes membuat Angga mendelik ke arah mahasiswi nya yang rada kurang ajar tapi tetap ngangenin.
"Suka-suka aku lah !" balas Angga sama judesnya.
Iptu Steven dan Zaki hanya menyaksikan suasana tegang antara Shea dan pria yang dipanggil Angga itu.
"Pak Angga, mau gabung dengan ka... Addduuuhhh !" Iptu Steven menoleh ke Shea karena gadis itu menginjak kakinya.
"Tidak usah ... Daripada Shea bubar bikin bab tiganya. Besok aku tunggu jam delapan pagi di ruangan aku !" sahut Angga sambil menatap tajam ke Shea yang sama-sama menatapnya sebal.
Entah mengapa, Iptu Steven merasakan sesuatu dari Angga ke Shea. Sebagai seorang penyidik, dia bisa membaca bahasa tubuh dan ekspresi seseorang. Apa dosen itu juga suka sama mbak Shea ? Saingan aku kok makin banyak...
Mereka memilih menikmati makanan yang sudah dibuat oleh Zaki dan tidak ada percakapan diantara mereka. Sejujurnya Angga penasaran dengan apa yang sedang diselidiki oleh Shea tapi dirinya tidak mungkin berlama-lama disini karena masih ada tugas mengajar.
"Berapa mas?" tanya Angga usai menghabiskan makanan dan minumannya.
Zaki menyebutkan nominalnya dan Angga membayarnya. "Sekalian sama pesananan Shea dan pak..."
"Steven Sasono. Tapi tidak usah, pak Angga. Jadi merepotkan... Pak Angga bayar saja milik pak Angga karena tidak enak lah baru kenal bayarin..."
"Iya pak Angga. Etikanya tidak boleh dosen membayari mahasiswanya ..." timpal Shea.
Angga menatap kedua orang itu. Apakah ada sesuatu diantara polisi bernama Steven dan Shea? "Jadi kalian tidak mau sekalian saya bayarin?"
Keduanya kompak menggelengkan kepalanya.
"Baiklah ..." Angga membayar dan mengangguk ke arah Shea dan Iptu Steven. "Permisi..."
"Hati-hati pak Angga ..." senyum Shea manis membuat Angga tertegun. Tunggu, anak ini tulus atau cuma godain doang?
"Tentu saja Shea. Ditunggu besok bab tiga kamu."
Shea memberikan tanda salut ke Angga.
"Mari pak Steven ... Mas Zaki, mienya enak. Terimakasih" ucap Angga sebelum keluar dari warung.
"Sama-sama pak Angga ..." jawab Zaki sopan.
Sepeninggal Angga, Iptu Steven membisikan sesuatu ke Shea dan gadis itu mengangguk. "Mas Zaki, berapa?"
Zaki menyebutkan nominalnya dan Iptu Steven membayarnya. Pria ganteng itu memberikan kode ke Shea yang segera membereskan bawaannya.
***
"Aku itu tidak habis pikir bang ... Bagaimana bisa hanya dengar ucapan kakaknya si Zubaidah, langsung percaya begitu saja !" ucap Shea sambil berjalan mondar-mandir di area taman dekat Polda Metro Jaya.
"Karena dia pakai jampi-jampi yang membuat Zaki menurut..." ucap Eyang Surti.
"Memang bisa Eyang ?" tanya Shea.
"Hah? Eyang siapa?" Iptu Steven melihat sekelilingnya.
"Eyang buyutku yang datang. Memang mas Zaki diberi apa?" Shea menatap wajah Eyang Surti.
"Tiap malam Zubaidah mengirimkan makanan ke Zaki yang sudah diberikan jampi-jampi hingga manut apa perkataannya..." jawab Eyang Surti.
"Apakah itu benar mbak Marni ?" tanya Shea.
"Iya mbak. Tiap malam mbak Zubaidah mengirimkan makanan ... Tapi jujur aku tidak tahu kalau sudah diberikan jampi-jampi. Hanya saja, mas Zaki memang tidak pernah menolak semua ucapan mbak Zubaidah, selalu menurut..." jawab Marni.
Shea memegang pelipisnya pertanda dia tidak menduga perkembangannya.
"Apa yang terjadi mbak Shea ?" tanya Iptu Steven.
Shea menceritakan apa yang terjadi dan Iptu Steven menjadi bingung. "Kalau berhubungan dengan klenik dan perdukunan itu tidak bisa dibawa ke pengadilan ..."
"Tapi setidaknya kita bisa mencari latar belakangnya..." jawab Shea. "Ada apa dengan Zubaidah memberikan jampi-jampi. Pasti ada alasannya..."
"Aku sudah mencari tahu mbak, so far clean... Tapi terlalu clean itu aneh ..." ucap Iptu Steven.
"Apakah setelah mbak Marni menghilang, Zubaidah masih mengirimkan makanan?" tanya Shea ke eyang Surti.
"Menurut penunggu rumahnya, sudah tidak enam bulan terakhir ini ..." jawab Eyang Surti.
"Semoga Alfie dan Yudho bisa mendapatkan sesuatu disana ..." Shea menatap Iptu Steven. "Ngomong-ngomong... Bang Steven nanya Shea sudah punya pacar itu kenapa?"
Iptu Steven gelagapan.
"Oh lupakan. Apakah pihak provider nomor seluler mbak Marni bersedia membuka data ?" tanya Shea.
"Mau tapi itu kan wewenang kami, mbak Shea dan aku tidak boleh membuka disini..." jawab Iptu Steven.
"Baiklah. Terus siapa yang naksir Shea ? Ayolah bang Steven, siapa ... Shea penasaran..." tanya Shea yang tiba-tiba kembali ke topik utama.
Iptu Steven tidak menyangka jika gadis itu bisa mirip para penyidik kepolisian saat melakukan interogasi.
"Ehem ... Fuuuuhhhh..." Iptu Steven mengatur nafasnya. "Bagaimana jika aku bilang ... Aku suka dan naksir mbak Shea ?"
Shea melongo. "Bang Steven ... Tidak bercanda kan?"
Iptu Steven menggelengkan kepalanya.
Shea hanya bisa terdiam. Kok jadi begini ?
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
biar tambah deket sama Shea pak... biar Shea tambah nyaman juga
ksus yg 1 blm slsai,udh ada ksus baru lg....gmn pa dosen????snggup ga???kl ga,lmbaikn tngn k kmera...
Skrng tau kn shea gmn???dia mh boro2 ngrusn cnta2an,tiap hri ngrusin ksus kriminal aja udh puyeng....
tapi balik lagi jodoh shea ditangan mba hana
ini bab yg paling membagokan deh, 😆😆😆😆