Di Asing Kan Dengan Bola

Yey Alhamdulillah dapat tips lagi dari mawar jingga.Jadi ada dua bab hari Ini.

Makasih mawar jingga.

******

Meninggalkan episode tadi, perjalanan masih terus dilanjutkan keesokan harinya.Gu winjia tidak tahu jika selang beberapa hari kemudian suasana menjadi lebih sengit.Terlihat bagaimana sebuah hubungan sebenarnya begitu rapuh jika dihadapkan dengan kepentingan sendiri.

Segera Gu winjia bergidik ngeri ketika ada keriuhan di belakang nya.Dia belum pernah mengalami masalah seperti hari ini

Kau tau,ini persis seperti orang orang yang sedang tawuran.Meski tidak ada parang dan bom molotov,tapi kengeriannya tetap sama.

Karena urusan perut, mereka tidak peduli dengan para pengawas yang sedang istirahat.

Kali ini pengawas benar-benar tidak memiliki tenaga tambahan. Jadi ketua pengawas melakukan pembiaran.

"Pedulikan saja mereka mari kita makan dulu. Pada saatnya mereka pasti akan diam juga karena tidak memiliki tenaga lagi"kata ketua pengawas dengan acuh tak acuh.

Hidup dan mati orang-orang berdosa ini benar-benar tidak layak untuk dibicarakan. jika mereka hidup itu adalah sebuah keberuntungan dan jika mereka mati itu juga adalah takdir.

Ini semua tidak ada hubungannya dengan dia sebagai ketua pengawas.

Cukup memastikan semua orang teratur dan berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Katanya ketika mereka mengirim 20% dari orang yang dia bawa itu sudah dikatakan sebagai misi yang sukses.

Bukannya dia egois tapi gajinya tidak sebesar itu untuk mempertaruhkan hidupnya sendiri.

"Tapi ketua, Apakah mereka akan bertarung?"tanya seorang pengawas yang rupanya masih baru dalam kelompok ini. Bisa disebutkan jika ini adalah misi pertamanya.

Mendapatkan pertanyaan semacam itu seseorang menjawab."kau masih belum berpengalaman tapi sepertinya akan terjadi seperti itu. Mungkin ini semacam penyaringan antara hidup dan mati jika kau bertahan maka hehehe..

"Tapi...

Seseorang menepuk pundaknya dan berkata dengan ringan."bersabarlah dan mari makan dulu setelah itu baru kita lakukan tugas. Aku sudah lapar lagian mereka tidak akan bertengkar lama kok"

orang yang bertanya itu tidak bertanya lagi tapi dia cuman melirik ke arah orang-orang yang antri. seperti yang dikatakan oleh ketua pengawas mereka juga perlu mengisi ulang energi dan makan adalah salah satu persyaratannya.

Mari tunggu sebentar ,paling tidak untuk sementara ketika mereka sedang makan.

Nah Karena ketidakpedulian itulah, suasana menjadi panas dan terlihat mengerikan seperti sekarang.

Orang-orang yang biasanya antri dengan rapi sekarang tidak sabar lagi. Mereka mulai sering dorong dan mengambil alih mangkok-mangkok yang dimiliki oleh para lansia dan anak-anak tentunya.

Padahal isinya cuman beberapa butiran nasi dan air tajin.

Kejadian ini, anak anak dan orang tua lah yang menjadi korban.Jelas beberapa anak anak menjerit ketakutan.

"Huwaaaa ibu... huwaaaa...

"Aduh , sakit..akhh...

Anak-anak yang mangkoknya dirampas terus menangis tapi ibu kandung bahkan tidak peduli. Mungkin sang Ibu berpikir dia akan mengambil jatahnya terlebih dahulu baru kemudian membantu sang anak.

Tapi ini juga mungkin bentuk sebuah keegoisan ketika manusia dihadapkan dalam kondisi darurat.

Seperti sebuah keluarga yang hanya bisa melirik pada anak berusia 9 tahun ketika jatahnya dirampok.

Bukannya mereka tidak mau bergerak tapi mereka tidak ingin meninggalkan antrian sama sekali. Jika kau berani meninggalkan antrianmu maka orang lain akan menggantikanmu dengan cepat.

Pada saat itu kamu hanya bisa menangis tanpa bisa mengeluarkan air mata karena kehilangan mangkuk bubur yang terakhir.

Anak kecil yang makanannya dirampok, menangis meminta bantuan. Tenaganya tidak besar tapi dia juga masih lapar.

Oleh sebab itu dia berusaha mati-matian untuk mempertahankan satu mangkuk bubur yang lebih banyak airnya itu. Bukannya berhasil mempertahankan semangkok bubur Dia hanya bisa mendapatkan bogem mentah di wajah kecilnya yang lugu.

Buk.

Buk..

Akhhhh...

"Paman bantu aku jangan ambil makananku aku masih lapar, Paman!!"

Orang yang disapa Paman itu tidak peduli sama sekali dia mendengus dengan kasar dan mencoba menamparnya.

Plak

"Beraninya kau memanggil aku Paman tapi tidak berperilaku semacam itu bagaimana bisa kau melihat pamanmu ini dalam kondisi lapar. tubuhmu kecil dan kau tidak perlu makan sebanyak itu , mengerti!!"

"Tidak..auuuw..pa..paman..hiks..hiks...

Gu winjia hanya bisa menatap sedih ke arah anak itu yang meringis seraya tertatih-tatih pergi ke sebuah sudut. pria kecil itu hanya bisa menangis seraya memegang perutnya.

Pada dasarnya sudah tidak banyak lagi daging di tubuh itu. Wajahnya juga pucat yang mencerminkan dia kekurangan darah.

Sungguh sangat menyedihkan sekali tapi Gu winjia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun dia mau.

Melihat keberhasilan pria perampok itu yang lain juga segera memiliki pemikiran yang sama.

Pada saat ini semua orang memiliki mental "Jika dia bisa kenapa aku tidak".

Segera beberapa orang mulai merampok makanan orang lain bahkan mengambil kantong air orang lain ketika mereka lapar.

Untungnya kekacauan semacam itu tidak berlangsung lama. Seperti yang dikatakan oleh ketua tim pengawas. setelah perampokan kecil-kecilan itu. mereka diam lagi dan sunyi sambil beristirahat di sudut tertentu.

Apalagi ke setelah para pengawas selesai makan. Mereka berdiri dan aktif kembali dengan cambuk mengerikan di tangan.

Cetar cetar cetar...

"jika kalian masih memiliki tenaga istirahatlah Karena perjalanan masih jauh"teriak pengawas baru yang awalnya gregetan melihat perampokan tadi.

Dengan sadar dia menginjak kaki seseorang dan itu adalah perampok pertama yang berani mengambil jatah keponakannya.

"Ahhh sakit...ka..kaki ku!!"bagi orang itu yang langsung histeris. Meskipun kaki tidak patah tapi rasanya juga sakit banget.

Matanya langsung melotot ke arah pengawas muda itu tapi dia tidak berani memakinya. Nama siapa pun menyadari jika wajah itu menunjukkan di dalam hati ,dia sedang memakinya sampai ke 18 klan.

"Ada apa dengan matamu itu ,Apa perlu aku cungkil? aku tidak sengaja memijaknya. Hei Apakah kakimu serapuh itu bukankah tadi kau sudah makan dua mangkok, Hem??"

Pria itu yang sedang melotot tiba-tiba merendahkan matanya lagi. Baru kemudian dia menyadari jika pengawas ini sedang membalaskan dendam sang keponakan kecil.

Akibatnya orang-orang yang melakukan perampokan segera mengecilkan bahu masing-masing. Untung saja pengawas baru itu tidak melakukan balas dendam lanjutan.

Gu winjia melirik pengawas muda itu dan merasakan kekaguman. Meskipun tidak memiliki efek jera namun tindakannya benar-benar menuai pujian di dalam hati Gu winjia.

Sebenarnya masih ada orang baik di dunia ini.

"Andai saja aku bisa membantu"

Gu winjia tidak sadar jika dirinya mulai merasa bersalah atas apa yang terjadi hari ini. Dia memiliki kemampuan untuk membantu hanya saja dia tidak mau. lebih tepatnya dia khawatir orang-orang menyadari ketidaknormalan yang ada pada dirinya.

Ketika orang-orang mulai menyadarinya,bukankah semuanya akan menganggap dirinya adalah monster.Dia pasti tidak bisa menanggung itu di masa depan.

Inilah sebabnya dia tidak berani membantu meskipun mampu.

Setelah beristirahat sejenak perjalanan berlangsung lagi. Penyiksaan kembali berlanjut sampai ke titik akhir.

Sebelum gelap mereka sudah tiba di pos selanjutnya. lagi-lagi orang-orang harus antri untuk mendapatkan makanan selanjutnya.

Tapi aneh bin ajaib manusia tidak pernah menyadari arti jera.

Di bawah mata Gu winjia anak-anak masih antri dengan patuh dan mendapatkan satu mangkuk bubur yang sama lagi.

 Tapi pada semangkuk bubur itu tidak pernah mampir lagi ke perut anak-anak karena orang dewasa merasa mereka lebih membutuhkan.

Alhasil beberapa orang sudah tidak tahan lagi dengan rasa lapar , itu mencekik di tengah perjalanan yang terus-menerus. Satu persatu mereka jatuh di jalanan, tapi kemudian dengan suara cepat dari cambuk penjaga mereka bangkit lagi dan terhuyung-huyung berjalan ke depan.

Namun di hari kesekian seseorang jatuh dan tidak pernah bangun lagi.Dan ini adalah anak pertama yang mengalami perampokan bubur.

Gu winjia masih belum berinteraksi dengan orang lain tapi dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri di mana orang yang tadinya masih hidup dan berjalan dengan lunglai sebenarnya sudah tidak lagi bernyawa di detik berikutnya.

Yang lebih memalukannya lagi tidak ada orang yang berhenti bergerak ketika melihat bocah kecil itu jatuh menjadi mayat. Kecuali seorang wanita yang diperkirakan itu adalah wanita terdekatnya.

Paling tidak itu yang dia pikirkan saat melihat wanita itu menangis seraya memeluk bocah yang sudah menjadi mayat itu.

Tapi...

"Tuan muda...oh tuan muda, Jangan mati tuan muda jika kau mati pada siapa aku harus tinggal.Tuan muda,bawa bibi bersama mu.. huhuhu.."

suara tangisnya sangat menyedihkan. dan itu begitu mengharukan sekali untuk orang-orang yang mendengarnya termasuk dengan Gu winjia sendiri.

betapa tragisnya hidup tapi bocah itu sebenarnya memiliki seorang ibu yang penuh kasih dan sayang.

Tapi tunggu dulu.

Seseorang datang menghampiri wanita yang sedang menangis dan menamparnya dengan keras.

Plak...

"Nyonya...!!"

"Ada apa denganmu Tuan mudamu sudah tidak ada lagi tapi kau harus merawat kami masih hidup Kau pikir dirimu adalah ibunya? jangan lupa kau hanya perawat basahnya. hidupmu ada di tanganku dan aku harus menjualmu di perbatasan. jadi Jangan berpikir ingin mati saat ini hah!!"

Tapi nyonya,tuan muda. Hiks...hiks ...

"diam dan Ayo ikut aku!!"

Gu winjia terkejut mendapat ketika diam bisa menerka arti pembicaraan tadi. rupanya yang menangis itu bukanlah ibu kandung tapi perawat basah.

perawat basah adalah seorang budak yang dibayar untuk merawat seorang anak ketika mereka baru lahir. tugas perawat ini termasuk ke dalam menyusui.

Meski begitu dia tidak disebut sebagai ibu asuh melainkan perawat basah.

Tapi anehnya yang orang yang menampar tadi adalah ibu kandung tuan muda yang baru saja meninggal. Dia tidak menangis tapi malah terlihat biasa-biasa saja. Malah kepikiran ingin menjual perawat basah ini setelah Tuan mudanya tiada.

Kok bisa.

Memang tidak bisa dipungkiri tapi itulah yang terjadi seorang wanita bangsawan kerap kali harus mempertahankan bentuk tubuhnya setelah melahirkan .Karena itu mereka tidak pernah menyusui bahkan terkesan enggan jika pun bisa melakukan itu.

Jadi di sinilah awalnya ada perawat basah. Terkadang anak yang dilahirkan lebih dekat dengan perawat basah daripada ibu kandungnya sendiri karena perawat basah ini akan menyertainya sejak lahir bahkan ketika dia dewasa dan menikah.

Tapi di mana naluri keibuan seorang wanita?

Hanya karena mereka tidak pernah membesarkan Apakah kasih sayang itu langsung hilang begitu saja?

Tuan muda yang malang.

Hati Gu winjia mulai tergerak.

"Tuhan, dosa apa yang sudah mereka buat sampai kau memberikan hukuman semacam ini.Tuhan Apakah kau benar-benar hanya melihat dan tidak pernah berniat ingin membantu?"tanyanya di dalam hati.

Pantas saja ketika bocah itu dirampok pertama kali. tidak satupun keluarganya berniat untuk membantu selain dari perawat basah yang ingin bergerak namun ditahan.

Rupanya memang tidak ada kasih sayang antar keluarga di antara mereka meskipun masih ada hubungan darah.

Dunia memang tidak adil dan lebih tidak adilnya lagi adalah Gu winjia sendiri yang bisa membantu tapi tidak mau melakukan itu.

Seandainya dia dengan berani memberikan sebuah roti kering kepada si bocah. mungkin laki-laki kecil itu belum mati seperti sekarang.

Tapi Gu winjia tidak melakukan nya.

Jangan salah sangka, Gu winjia memang seorang gadis penakut tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Dia juga tidak tega rasanya melihat orang lain mengalami kejadian yang tidak adil ini.

Dia memiliki segalanya di ruang angkasa. makanan minuman bahkan ada juga buah-buahan. tapi orang-orang di sekitarnya mati kelaparan dan keletihan yang berpanjangan.

"Oh Apakah hatiku juga sudah mulai mati sampai tidak bangkit untuk menolong??"

Selagi Gu winjia jatuh dan pemikirannya sendiri tiba-tiba, seseorang jatuh lagi ke tanah.

bruk...

"Tolong ada yang jatuh"

"paman, Paman bangun paman...

Gu winjia bisa melihat jika orang-orang yang menangis adalah kerabatnya tapi tidak satupun yang menangis dengan serius. Di matanya jelas terlihat jika orang ini menangisi nasib sendiri bukan menangisi orang yang sudah meninggal.

"Paman bagaimana dengan kami jika Paman pergi? Paman Ayo buka matamu"

"kekek... tuhan kekejian macam apa ini, kakek"sekelompok orang mengitari mayat tersebut masing-masing berteriak dengan cara mereka sendiri.

Gu winjia hanya pernah melihat adegan semacam ini di sebuah siaran televisi tapi sekarang dia melihatnya dengan mata kepala sendiri dan sebenarnya kondisi itu terlihat begitu miris dan menyesakkan dada.

Dia juga ingin menangis dan mengutuk nasib juga.Beruntung dirinya memiliki ruang angkasa jika tidak dia pasti akan sengsara seperti orang-orang ini.

"Tuhan sebenarnya nasibku tidak seburuk mereka"pikir nya lagi.

Tapi haruskah dia bersyukur ?

Dia tidak sekejam itu kan.