WORST PRINCE

Fairris terkejut, wajahnya memerah karena malu. "M-Maaf?" Responnya terdengar bingung.

Lucas mempertahankan senyumannya, berusaha membuat Fairris merasa nyaman.

"Aku hanya ingin mengenalmu lebih baik. Kau tampak sangat serius dalam latihanmu. Apakah kau memiliki alasan?" tanyanya dengan nada lembut.

Fairris tampak ragu sejenak, namun akhirnya memutuskan untuk berbicara. "Keluargaku, Keluarga Beaumont, dulunya sangat dihormati sebagai keluarga dengan keahlian pedang terbaik."

"Ini dia.." pikir Lucas, merasa tertarik dengan pembahasan ini. "Masa lalu Fairris yang tidak di ceritakan di novel The greatest war against the devil"

"Callian Beaumont, pamanku, adalah seorang Swordmaster terbaik di Kekaisaran," lanjut Fairris. "Tapi sejak ia menghilang, keluargaku mulai jatuh."

"Callian Beaumont..??" gumam Lucas dalam hati. "Siapa dia..?" pikirnya. "Aku tidak pernah mendengar nama itu di 'The Greatest War Against the Devil'."

"Dan aku, Fairris Beaumont, akan mengembalikan kehormatan keluargaku!" tegas Fairris dengan penuh percaya diri.

Lucas mengangguk dengan penuh perhatian. "Itu adalah tujuan yang mulia," ujarnya ramah. "Aku yakin kau pasti bisa melakukannya."

"Dan jangan lupakan tawaranku sebelumnya," tambah Lucas. "Aku harap kau meminta bantuan kepadaku jika menghadapi masalah."

Fairris tersenyum hangat. "Terima kasih, Yang Mulia. Saya sangat menghargai dukungan Anda," balasnya dengan tulus.

"Sepertinya sudah waktunya aku pergi," ujar Lucas kepada Fairris.

"Anda ingin pergi kemana?" tanya Fairris penasaran.

Lucas tersenyum. "Aku diberi tugas oleh kepala akademi," jelasnya.

Lucas melangkah pergi dari sana, berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia melihat Jessica tengah membaca sebuah buku diam-diam.

"Sedang apa kau?" tanya Lucas dengan nada tinggi.

Jessica tersentak, dia langsung berdiri dan menyembunyikan bukunya di belakang.

"Saya sedang merapikan meja Anda, Yang Mulia," ucap Jessica gugup.

Lucas menyipitkan matanya, berjalan mendekati Jessica.

Ketika mereka berhadapan, Lucas melirik ke arah meja yang rapi.

"Kerja bagus, Jessica," katanya sambil tersenyum hangat. "Kau boleh keluar."

Jessica mengangguk hormat, lalu bergegas pergi dari kamar Lucas dengan terburu-buru.

Lucas memandang Jessica yang pergi. "Jessica..." gumam Lucas lirih. "Dia sudah mulai belajar sihir, huh?" lanjutnya sambil menyeringai.

Lucas melangkah menuju kasur, duduk dan mengambil buku sihir kuno yang diberikan Theron dengan tangan kanannya.

"Buku ini..." dia membuka halaman buku yang dipegangnya. "Buku sihir yang diciptakan oleh Archmage, Jaden. leluhur Jessica," pikir Lucas.

Lucas mengeluarkan sebuah buku kosong dari ketiadaan dari tangan kirinya, sebuah cahaya emas keluar dari tangannya.

"Copy," bisik Lucas.

Buku kosong di tangan kirinya bersinar terang, halaman demi halaman berganti dengan cepat.

Setelah beberapa saat, cahaya emas mulai menghilang.

Seluruh isi di buku sihir kuno di tangan kanannya telah tersalin di buku kosong yang berada di tangan kirinya.

Buku sihir kuno di lengan kanan Lucas langsung dimasukkan ke dalam pakaiannya, sedangkan buku yang berada di tangan kirinya dipegang dengan erat.

"Empty pocket," gumam Lucas. Sebuah celah ruang kosong muncul dan langsung melahap buku di lengan kirinya.

Lucas menutup matanya perlahan, tiba-tiba menembakkan sebuah energi sihir ke atap kamarnya.

"Keluarlah," tegas Lucas dengan nada memerintah.

Frida muncul dari bekas tembakan Lucas. "Tuan, Anda terlalu kejam," keluh Frida dengan ekspresi memelas. "Untung saja itu tidak mengenaiku, bisa mati aku jika kena," gerutunya.

"Bukankah aku sudah menulis di surat untuk datang seperti biasa saja?" gertak Lucas, melirik Frida dengan tajam.

Frida tersenyum takut. "Tidak bisa seperti itu, Tuan," ucapnya membela diri. "Anda kan tahu sendiri saya adalah seorang assasin."

"Huft," Lucas menghela napas.

Lucas mengeluarkan The Book of Imperator dari celah ruang kosong sebelumnya, dan ruang kosong itu mulai menghilang.

"Kemampuan macam apa itu?" batin Frida merasa kagum. "Benar-benar luar biasa."

Lucas menodongkan The Book of Imperator ke Frida. "Tulis namamu di Sini dengan darahmu," perintah Lucas.

"Hah?" Frida terlihat ragu.

Lucas menatapnya dengan tajam. "Tulis namamu di sini, menggunakan darahmu..."

Frida langsung melepas kacamatanya dan menyayat jari telunjuknya dengan kacamata birunya.

Dia segera menulis namanya di The Book of Imperator sambil memasang kembali kacamatanya.

Sebuah cahaya berwarna emas muncul dari darah Frida, membentuk wajahnya sebagai hologram.

Frida tersentak dan mundur beberapa langkah. "A-Apa itu?" tanyanya terkejut.

"Tidak usah terkejut, ini hanyalah sebuah hologram," ucap Lucas menjelaskan.

Lucas menutup The Book of Imperator dan memasukkannya kembali ke dalam celah dimensi ruang kosong.

Tiba-tiba Frida merasakan beberapa pengetahuan masuk ke dalam otaknya.

"Tuan?" panggil Frida bingung. "Apakah Anda memberikan sebuah kemampuan kepadaku?" tanyanya sambil memegang kepalanya.

"Kau benar," jawab Lucas. "Apa kau ingat kemampuan yang aku pakai saat menyerang organisasimu?"

Frida mengangguk pelan. "Tentu saja."

"Itu adalah kemampuan tingkat mythic," ujar Lucas menjelaskan. "Dan aku memberikannya kepadamu."

Frida terdiam, dia menatap Lucas dengan penuh perhatian. "Kemampuan tingkat mythic?!" teriak Frida dengan sangat keras.

Lucas dengan sangat cepat mengeluarkan sebuah sihir peredam suara di kamarnya.

"Jangan berisik, bodoh!" ujar Lucas kesal, sambil menutup mulut Frida dengan telapak tangannya.