NovelToon NovelToon
Jejak Sang Killer

Jejak Sang Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ari Wulandari

Ketika sebuah video mengerikan yang menampilkan mayat manusia yang disiksa dan dibunuh diunggah di internet, polisi tidak memiliki petunjuk apapun mengenai siapa sebenarnya sang pelaku. Mereka meminta bantuan Agam, seorang profiler jenius yang juga seorang profesor termuda di salah satu universitas terkemuka.
Agam menerima tantangan itu. Namun ia tidak menyangka bahwa kasus ini akan membawanya ke masa lalunya yang kelam. Adiknya, Fahmi, menghilang secara misterius beberapa tahun yang lalu, dan sampai detik ini Agam tidak pernah tahu bagaimana nasib adiknya itu.
Apakah ada kaitan antara pembunuh berdarah dingin yang mengunggah video-video maut itu dengan hilangnya Fahmi?
Demi bisa mengungkap segalanya, Agam harus berhadapan dengan kebenaran yang mengejutkan dan menakutkan, sebelum nyawanya sendiri menjadi taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ari Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Tujuh | Agam Was Pale

“Ini benar tempatnya, Seonbae.”

Detektif Han memeriksa sekali lagi alamat panti yang telah dikirimkan oleh Jasmine.

“Sudah lama juga aku tidak ke sini,” Agam menggumam sendiri sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menghirup udara segar yang terasa berbeda dengan di Seoul.

“Kau mengenal tempat ini, Seonbae?” Tanya Detektif Han, tidak sengaja mendengar gumaman Agam.

Agam mengangguk. “Aku dulu tinggal di daerah ini sewaktu kecil. Dan menurutku, sepertinya tidak banyak yang berubah selain tempat itu ….”

Seingat Agam, bangunan tua yang ada di hadapannya ini, kalau tidak salah dulu digunakan sebagai balai penyuluhan dan kegiatan keagamaan. Agam tidak tahu jika tempat itu juga ternyata merangkap fungsi sebagai panti asuhan juga. Pantasan saja Agam merasa tidak begitu ingat ada sebuah panti asuhan di sekitar tempat tinggalnya dulu.

“Ayo masuk!”

Agam dan Detektif Han melangkah masuk ke dalam area pekarangan di depan gedung. Karena banyaknya ilalang yang tumbuh subur dan menjulang tinggi hingga sepinggang, membuat keduanya mesti ekstra hati-hati saat berjalan. Takut jikalau tiba-tiba saja ada ular atau hewan lainnya yang cukup membahayakan.

Hingga kemudian langkah mereka berdua terhenti tepat di depan pintu masuk panti. Sebuah portal kayu tua berukuran besar dengan ukiran-ukiran halus yang telah memudar.

Pintu tersebut berderit pelan tatkala Agam dan juga Detektif Han membukanya bersama-sama. Aroma apek yang menyengat langsung menyerbu indera penciuman mereka, campuran antara debu dan halaman buku-buku tua yang telah lama tidak dibaca. Keduanya bahkan tidak bisa tidak mengernyitkan dahi dan menggosok-gosok hidungnya yang terasa geli, mencoba untuk tidak terganggu oleh bau yang begitu kuat.

Saat Agam dan Detektif Han melanjutkan perjalanan mereka untuk masuk lebih dalam, keduanya menyadari bahwa tidak ada warna ceria yang biasanya menghiasi dinding sebuah panti asuhan. Tidak ada gambar-gambar cerah atau karya seni yang biasanya menjadi sumber kebahagiaan bagi anak-anak panti.

Sebaliknya, hanya ada lukisan-lukisan tua dan foto-foto jadul yang memudar, yang semuanya itu menambah kesan kelam dan meninggalkan banyak pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di panti asuhan tersebut.

Agam dan Detektif Han kemudian memutuskan untuk melanjutkan pencarian dengan memasuki ruangan pengelola panti. Berharap akan ada sesuatu yang mereka temukan.

Keduanya mengobrak-abrik isi laci dan lemari, mencari-cari dokumen atau petunjuk yang mungkin masih tersisa. Namun sayangnya, yang mereka dapatkan hanyalah kehampaan.

“Mereka sepertinya sudah membuang semua dokumen-dokumen pentingnya ….” Agam terlihat putus asa dan juga kesal. Jauh-jauh datang ke Jinnyang, berharap bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang memenuhi otak Agam, malah berujung tak menemukan apa-apa. Alias zonk. Agam bahkan sampai memiliki prasangka buruk pada Jo Yosef, bahwa laki-laki itu mungkin sedang mengerjainya saja.

Tetapi, ketika semua harapan tampaknya telah hilang, Detektif Han menemukan sebuah buku daftar anak-anak yang dititipkan di panti asuhan itu. Buku bersampul hard cover berwarna biru kecoklatan itu, ternyata tersembunyi di balik tumpukan-tumpukan kertas usang habis pakai.

“Oh, Seonbae!” Panggil Detektif Han dengan wajah sumringah, mendekati Agam yang sedang terduduk lesu di atas sofa lapuk nan berdebu. “Coba lihat. Kita mungkin bisa menemukan sesuatu dari buku daftar ini.”

Detektif Han menyerahkan buku yang ditemukannya kepada Agam. Dan Agam yang semangatnya telah muncul kembali, memeriksa isi buku tersebut. Ia membukanya dan nampak beberapa lembar kertasnya dalam keadaan setengah robek dan usang, menampilkan jejeran foto hitam putih yang merupakan penghuni panti asuhan.

Bahkan ada juga selembar dua lembar kertas yang sepertinya lupa dibuang dan hanya diselipkan begitu saja ke dalam buku tersebut, usai dimasukkan ke mesin pemotong kertas.

Mata elang Detektif Han menangkap sebuah foto anak kecil yang cukup familiar diingatannya. Ia lalu membaca tulisan kecil yang tertera di bawah foto tersebut.

“Ada nama Jo Yosef di sini!” Seru Detektif Han, menunjuk sebuah foto yang tercetak di urutan nomor dua puluh lima. “Teddy Lim juga. Di nomor dua belas.”

Detektif Han lalu mengumpulkan lembaran kertas yang sudah dalam keadaan terpotong dan mengumpulkannya. Ia segera membaca nama-nama yang tertera secara cepat.

“Sepertinya sudah banyak halaman yang hilang,” kata Agam, yang masih terus memeriksa buku tersebut hingga halaman terakhir.

“Kau benar, Seonbae.” Ucap Detektif Han, setuju. “Hanya saja, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan simbol X yang tertulis di samping nama-nama anak-anak panti … apa maksudnya mereka menulis ini?”

Agam masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan Detektif Han. Dahinya sempat mengernyit keras, sebab tak hanya Detektif Han saja, tapi ia juga menemukan tanda X yang sama di beberapa foto dan tanda lainnya yang tersisa. Entah apa arti dari balik simbol misterius tersebut.

“Fahmi Zein?” Detektif Han menyebut nama Fahmi yang tertera di atas kertas itu dengan keheranan bercampur bingung. “Ada tanda X juga di samping namanya.”

Agam terperanjat. “Apa?!”

“Seonbae …,” mata Detektif Han bergerak ke arah Agam yang mendadak memucat. “… ini bukannya ….”

Agam merampas kertas yang dipegang Detektif Han, dan memeriksanya sendiri.

Benar saja. Ada foto dan nama Fahmi, adiknya yang telah lama menghilang sepuluh tahun yang lalu, tercetak cukup jelas di kertas itu.

“Fahmi … kenapa namanya ada di daftar ini?” Agam kembali menggumam. Sosok anak kecil yang sangat mirip dengan Fahmi itu, diperkirakan usianya mungkin baru tiga atau empat tahun. Sangat jauh berbeda dari ingatan terakhir Agam tentang Fahmi yang telah berusia tujuh belas tahun.

“Aku tidak tahu kalau Fahmi adalah anak adopsi. Aku pikir dia adik kandungmu, Seonbae?” Tanya Detektif Han, masih diliputi dengan perasaan bingung.

Agam menghela napas panjang, sembari memandangi foto Fahmi lekat-lekat. “Aku juga baru mengetahuinya hari ini. Dari Jo Yosef.”

“Dan kau mempercayainya?”

Agam mengangkat kepalanya ke arah Detektif Han. “Apa maksudmu?”

“Seonbae, Jo Yosef adalah seorang kriminal. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya, tidak bisa kita percayai sepenuhnya. Bisa saja itu hanya akal-akalan dia saja untuk membuatmu terpuruk.”

“Jika itu benar, bagaimana dia bisa mengenal Fahmi? Yang tahu kasus hilangnya adikku hanya aku dan juga kau.”

“Sama seperti halnya yang dia lakukan saat melakukan penelitian mengenai tempat yang akan ia gunakan untuk membuang mayat korbannya, besar kemungkinan ia juga telah melakukan hal itu padamu, Seonbae.” Sanggah Detektif Han. “Lagipula, apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan foto ini? Dibandingkan dengan semua foto yang ada, hanya foto Fahmi yang terlihat seperti baru. Seolah-olah memberi kesan kepada kita bahwa Fahmi benar-benar berasal dari panti asuhan ini.”

Agam terdiam. Memikirkan bahwa apa yang dikatakan Detektif Han bisa saja benar.

“Aku ingin bertanya sekali lagi, Seonbae. Apa orang tuamu dulu pernah memberitahumu perihal ini?”

Agam menggeleng. “Aku … tidak begitu ingat. Mungkin saja pernah. Atau juga tidak. Aku masih kecil saat itu. Pikiran anak kecil tidak seribet orang dewasa yang suka memikirkan latar belakang seseorang. Yang aku tahu, kedua orang tuaku menyayanginya. Begitu pun juga aku.”

Setahun setelah menghilangnya Fahmi, Agam memutuskan untuk lebih mempelajari dan mendalami psikologi kriminal. Agam berharap jika seandainya Fahmi hilang karena diculik, atau menjadi sasaran tindakan kriminal lain, Agam bisa menemukannya suatu hari nanti.

“Orang tuaku mengasuh Fahmi saat dia masih bayi. Jadi besar kemungkinan, saat itu dia juga tidak tahu bahwa dirinya adalah anak yang diadopsi.” Agam menghirup napas dalam-dalam. Dadanya mendadak kembali terasa sesak jika mengingat semua kenangannya bersama Fahmi. “Jika hilangnya Fahmi saat itu adalah karena dirinya telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, dan memilih untuk kembali ke panti asuhan … aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya waktu itu. Dan aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan, bila ada sesuatu yang buruk menimpanya setelah kembali ke panti ini ….”

Agam mendadak oleng. Lututnya lemas, yang membuat tubuhnya terhuyung ke samping, nyaris jatuh ke lantai. Beruntung Detektif Han dengan sigap menahan tubuh Agam agar tak terjatuh.

“Seonbae, kau tidak apa-apa?” Detektif Han menatap Agam dengan cemas. “Wajahmu benar-benar terlihat pucat.”

Agam mengangguk. Hanya saja tubuhnya masih terasa lemas. Mungkin karena efek kurang istirahat sekaligus beban pikirannya yang terlalu banyak.

“Jangan khawatir, Seonbae. Selama kita bekerja sama, kita pasti akan menemukan Fahmi dan juga menyelesaikan kasus ini.” Optimis Detektif Han, menyemangati Agam.

Agam tersenyum mendengar ucapan Detektif Han. “Kau benar. Kita pasti bisa menyelesaikannya.”

...***

...

1
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
haku gaming
reccomended bnget buat yang suka novel detektif dgn jln cerita yang beda!
love it!
haku gaming
kasian agam, kyk kena panik attack gitu gak sih?
Adam zaheer
dududu...lnjut bosq! jgn bkin penasaran sma klnjutan crtanya...
Adam zaheer
menyala professor Agam!
Adam zaheer
aku datang lagi! wah Makin seriously aja nich critanya...
haku gaming
wah jadi mkin gak sabar ma masa lalunya fahmi. cepetan lanjut thor!
haku gaming
jangan2 fahmi ini bkn sodaranya agam
haku gaming
next,next, next!
haku gaming
Rese' juga nih pak polnya./Speechless//Speechless/
Adam zaheer
seorang Agam dilawan 😂😂
Adam zaheer
Agam ma yeon woo pacaran ya?
Adam zaheer
kereen Thor! lanjut!
Adam zaheer
hahaha🤣🤣
Adam zaheer
yayyaya...ggogoo Agam!
Adam zaheer
lanjutkan Thor!
Adam zaheer
wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?
haku gaming
kali ini agak2 merinding disko bacanya. kereen! next...
haku gaming
ngeriii!! the redroom vibes
haku gaming
sy pun tak kuasa membayangkan /Puke//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!