Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.
"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng
"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo
Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?
Haruskah Ajeng terima?
Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Bagaimana?" tanya Abi memperjelas.
Tidak ada pilihan membuat gadis itu mengangguk setuju.
"Oke, saya akan pastikan hari ini juga adik Anda memasuki ruang operasi. Persiapkan saja dirimu untuk prosedur inseminasi yang akan dijalani."
"Apakah hari ini?" tanya Ajeng setengah gamang.
"Lebih cepat lebih baik, ingat ya, jangan menuntut apa pun setelah ini. Saya akan kembali beserta surat kontraknya nanti," ujar pria itu lugas.
"Tapi Tuan, bisakah saya menerima uangnya terlebih dahulu, untuk memastikan operasi adik saya benar-benar berlangsung hari ini."
"Baiklah, saya akan transfer separo untuk uang muka, sisanya setelah semua beres."
Mereka pun bertukar nomor ponsel, dengan Abi menunjuk bukti transfer sejumlah uang setelah mendapat nomor rekening yang dikirim perempuan itu.
Satu masalah telah usai, yang tentunya akan muncul masalah lain yang tak kalah pelik. Bagaimanapun ia harus mengandung dari benih suami orang lain. Bukan hanya konyol, tetapi cukup mencengangkan, meresahkan, dan tidak pernah terbesit dalam hatinya.
Kumandang adzan dzuhur membuyarkan lamunannya. Perempuan itu lekas beranjak menuju mushola rumah sakit. Sedikit lebih tenang setelah mengadukan pada-Nya. Iseng gadis itu pun mulai mencari tahu tentang prosedur surogasi di laman pintar ponselnya. Apakah itu akan sakit nantinya? Gejala apa yang ditimbulkan setelahnya.
Gadis itu melebarkan netranya ketika meneruskan sebuah artikel tentang surogasi dan nasab anaknya kelak yang tidak jelas. Mendadak ia diliputi perasaan takut luar biasa untuk melanjutkan kesepakatan konyol yang bahkan sudah disetujui.
Seharian gadis itu dirundung gelisah, haruskah ia membuat pengecualian untuk kesepakatan itu.
"Bagaimana ini?" batin Ajeng kalut bukan main. Untuk memperjelas itu semua, Ajeng sampai menanyakan hal tersebut kepada ahli agama. Betapa terkejutnya perempuan itu mengetahui fakta terlarang dilakukan untuk selain pasangan sah suami istri.
Detik berlalu, jam terus berjalan, seiring langkah kaki mendekat di lorong rumah sakit.
"Kamu mau menipuku? Kenapa tidak balas pesanku, tidak menjawab teleponku. Ingat ya, saya sudah membayar separonya."
"Maaf Tuan, ada yang harus saya perjelas sebelum semua prosedur dilakukan," ujar Ajeng memberanikan diri.
"Apa? Cepat katakan, jangan buang-buang waktuku," tukas pria itu dingin.
"Saya tidak bisa melanjutkan kesepakatan ini terkecuali dengan satu syarat," ujar Ajeng gugup.
"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan, saya bisa saja tuntut Anda atas kasus penipuan."
"Tapi Tuan, saya hanya minta satu syarat, sungguh, demi Allah ini pun sulit untuk saya."
"Apa? Katakan cepat!"
"Saya akan melanjutkan proses inseminasi ini asal Tuan mau menikahi saya," kata Ajeng penuh pertimbangan yang kuat.
"Apa? Kamu mau mencoba merayuku? Jangan terlalu murahan, mana mungkin saya berselera dengan perempuan lain. Saya hanya mencintai istri saya," jawabnya cukup yakin.
Sakit sebenarnya, belum apa-apa sudah dikata-katain. Tetapi memang hanya ada satu cara itu untuk menyelamatkan dari segunung dosa yang mungkin akan perempuan itu lewati.
"Prosedurnya tetap sama, sesuai kesepakatan, tidak ada kontak fisik di antara kita. Hanya saja menghalalkan hubungan kita dalam tanda kutip. Tuan bisa menceraikan saya setelah anak ini lahir."
Pria itu nampak menimbang-nimbang syarat yang tak terduga. Tentu perempuan itu mengajukan tanpa alasan.
"Saya hanya tidak mau kelak nasab anak yang saya kandung tidak jelas, bukan hanya itu, dalam pandangan agamaku juga tidak diperbolehkan, jadi saya mohon maaf yang baru tahu hal ini," ujarnya diplomatis.
"Baiklah, saya menerima syarat itu, hanya satu itu saja dan menikah di bawah tangan, saya ingin semua dilakukan hari ini," ucapnya tanpa basa-basi.
Ajeng mengangguk setuju. Tidak ada hal yang lebih baik selain untuk memperjuangkan kesembuhan adiknya. Hari ini, walau terasa sulit, perempuan itu mencoba berlapang dada. Toh tidak harus ada kontak fisik, jadi semua akan aman sesuai rencana.
Dengan didampingi pemuka agama dan wali hakim, di rumah sakit, di ruang rawat adiknya yang kini terbaring tak berdaya. Sore itu, pria bernama Abimanyu Prayogo telah resmi meminangnya. Ada perasaan yang sesak luar biasa saat kata sah itu berkumandang. Pernikahan dadakan yang pasti tidak pernah Ajeng harapkan.
'Oke, tenang Ajeng, semua akan baik-baik saja. Hanya butuh sembilan bulan dan semua kepahitan ini akan berlalu,' batin Ajeng menyemangati diri sendiri.
"Besok, persiapkan diri kamu, jangan coba-coba mangkir atau semua akan selesai di jalur hukum!" ancam Abi yang membuat Ajeng semakin kuat mencengkram dress yang dipakainya.
"Iya, aku hanya menangguhkan satu syarat, selebihnya sesuai kesepakatan yang Anda buat," jawabnya cukup tenang.
Biar bagaimanapun, Abi sekarang adalah suaminya. Suka tidak suka, mau tidak mau, perempuan itu harus menuruti perintahnya selama tidak menyimpang.
"Besok aku akan kembali, aku tidak mau ada drama lagi. Lebih cepat lebih baik, kamu hamil, melahirkan, menyerahkan anak itu untuk kami, dan hubungan kita pun berakhir," ujar Abi cukup jelas.
Ada seonggok daging yang berdenyut, walau tidak begitu perih. Tetapi nyeri itu terasa, saat dirinya berada dalam kesulitan paling nyata, entah mengapa pertolongan itu datang menawarkan tuba.
Pria itu berlalu setelah memberi banyak ultimatum. Tidak ada yang harus disesali, semua telah terjadi, semua kekalutan itu akan berakhir.
Malam yang terasa panjang untuk Ajeng. Di mana setiap detiknya bagai bom waktu yang akan mengalihkan dunianya. Tentu memasuki kehidupan baru.
"Hanan, berjanjilah padaku untuk menjadi lelaki hebat yang kuat, aku menangguhkan hidupku untuk semua ini. Siapa pun yang telah membuatmu celaka, semoga suatu saat mendapatkan ganjarannya," batin Ajeng sebelum beranjak memenuhi mimpinya.
Hingga pagi menyapa, suara ketukan pintu yang terdengar cukup kuat di telinganya.
"Saudara Ajeng, saya diutus Tuan Abi untuk menjemput Anda." Seorang laki-laki dengan perawakan sedang pagi buta menghampirinya.
"Sebentar Pak, saya siap-siap dulu," jawab Ajeng sembari memastikan dengan benar orang di depannya. Pria itu kemarin juga ada di tempat yang sama saat suaminya mengikrarkan qobul untuknya.
Usai membersihkan diri, Ajeng langsung keluar menemui pria yang belum diketahui namanya itu. Ajeng memasuki mobilnya setelah dipersilahkan. Perempuan itu sedikit kaget kala masuk ke dalam mobilnya menemukan suaminya sudah ada mobilnya.
Gadis itu duduk dengan perasaan gugup dalam jarak normal. Tidak ada percakapan di antara keduanya, hanya bertemu pandang saat detik pertama. Selebihnya pria itu terlihat sibuk dengan macbook di tangannya.
Setelah menempuh kurang lebih tujuh belas menit perjalanan. Mobil sampai di halaman rumah sakit. Entah hanya sebuah firasat atau apa pun. Ajeng mendadak gugup luar biasa.
Kedua pasangan tanpa cinta itu masuk ke dalam ruangan untuk prosedur pemeriksaan dan kesiapan. Setelah semuanya dinyatakan sehat dan aman, langsung pada proses surogasi dengan menanamkan benih melalui kateter yang dimasukkan ke rahimnya.
🤔🤔🤔
Yang datengnya barengan sama Abi?? 🤔🤔
ceritanya menarik tp bahasanya msh agak kaku antara kakak dgn adik