Ternyata Aku Yang Kedua

Setelah memasuki kamar mereka, Freya yang sudah merasa di atas angin langsung membalik badannya menghadap Gathan dan mengusap-usap dadanya dengan gerakan sensual sambil menggigit bibir berharap tindakannya dapat membuat api gairah Gathan seketika terpantik membara.

Tap ...

Yang terjadi justru sebaliknya, Gathan justru menangkap tangan itu lalu menurunkannya ke samping Freya membuat Freya mengernyit bingung. Ia pikir Gathan yang akan mengambil alih, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Gathan berlalu dan masuk ke kamar mandi setelah terlebih dahulu mengambil pakaian ganti di walk in closed.

Freya masih mencoba sabar sambil duduk di meja riasnya. Ia pikir mungkin karena Gathan merasa gerah dan lengket jadi ia ingin mandi terlebih dahulu sebelum melakukannya. Freya sedikit berdandan, memakai parfum, hingga mengoles body lotion agar Gathan makin bergairah melihat dirinya yang sudah tampil cantik dan wangi. Tak lupa ia mengenakan pakaian seksi agar makin terlihat menggairahkan.

Tak lama kemudian Gathan pun keluar dengan memakai kaos berwarna hitam yang mencetak jelas otot-otot baik lengan maupun perut dan celana jeans selutut berwarna biru muda membuatnya begitu menggoda. Rambutnya yang masih basah membuat Gathan kian menggairahkan. Seketika rahim Freya terasa hangat. Ingin sekali ia merasakan di berada dalam suaminya itu.

Freya pun kembali mencoba mendekati Gathan yang masih mengusap rambut basahnya.

"Sini mas, biar aku yang mengelapnya." ujar Freya mencoba lebih perhatian. Bahkan kini ia mencoba memanggil Gathan mas agar tampak lebih romantis. Gathan pun menyerahkan handuk kecil di tangannya kepada Freya dan membiarkan Freya melakukan apa yang ingin ia lakukan.

Setelah selesai, Freya meletakkan handuk itu di tempatnya. Dan kembali ke sisi Gathan yang tengah menyisir rambutnya. Lalu Freya memeluk tubuh Gathan dari belakang sambil menyusurkan tangannya di tubuh Gathan tapi lagi-lagi Gathan menghentikan gerakan tangannya dan berbalik menghadap Freya.

"Fre ... " panggil Gathan sambil menatap lekat mata Freya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. "Kau sudah tau kan, aku tak bisa melakukannya tanpa ada cinta di antara kita." ucap Gathan membuat emosi Freya perlahan naik.

"Tapi aku mencintaimu, mas. Bukankah laki-laki dapat melakukannya tanpa adanya perasaan diantara pasangannya jadi kita lakukan saja. Aku tidak mengapa." ucap Freya mencoba lembut berharap Gathan mau mewujudkan keinginannya.

"Itu laki-laki lain, bukan aku. Bagiku perasaan itu penting. Aku ingin melakukannya dengan hati, bukan nafsu." tukas Gathan mencoba menjelaskan dengan baik agar Freya tidak emosi.

"Tapi sampai kapan, mas? Sampai kapan aku harus menunggu? Kita sudah menikah hampir satu tahun tapi kau tidak kunjung menyentuhku. Aku juga membutuhkan nafkah batin darimu." desis Freya tak terima lagi-lagi ditolak.

"Aku sudah mencoba. Aku sudah mencoba membiarkanmu menyentuhku tapi hatiku belum bisa menerima. Aku minta maaf."

"Apa kau sudah melakukannya dengan dia?" tanya Freya dengan tatapan tajamnya.

"Tidak." jawabannya cepat.

"Mas tidak berbohong?" tanyanya lagi.

"Aku jujur, Fre. Aku tidak berbohong."

"Mengapa kau begitu jahat padaku, mas?"

"Aku tidak bermaksud begitu, Fre. Bukankah kau tau alasan pernikahan kita jadi aku mohon jangan paksa aku karena aku tidak bisa."

"Apa kau punya kelainan, mas? Maksudku ... kau menyukai sesama jenis?" entah mengapa tiba-tiba Freya berpikir kesana. Memang akhir-akhir ini ia pikir mungkinkah suaminya itu mempunyai kelainan seksual sehingga tidak tertarik dengan perempuan. Bagaimana ia tidak berpikir seperti itu, mau Freya berusaha seperti apapun , Gathan tak pernah tertarik sedikit pun. Bahkan ia pernah melepaskan semua yang menempel di tubuhnya demi membangkitkan gairah seorang Gathan tapi ia tak bergeming. Gathan justru mengambil bathrobe dan memasangkannya di tubuh polos Freya.

Freya juga pernah mencoba mencium bibir Gathan tapi Gathan justru menghindar. Kadang Freya berpikir, kurang apakah dirinya sehingga Gathan tidak tertarik sedikit pun dengan dirinya. Di luar sana, banyak lelaki yang rela melakukan apa saja agar dapat berdekatan dengannya, tapi Gathan justru tak tersentuh sama sekali. Apalagi coba alasannya bila bukan karena Gathan memiliki kelainan seksual.

Gathan awalnya melotot tak percaya saat mendengar pertanyaan dari Freya. Lalu ia segera mengubah ekspresi wajahnya seperti biasa, datar.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Bisa iya, bisa juga nggak." sahut Gathan santai tapi ternyata cukup mampu membuat Freya shock.

Setelah mengatakan itu, Gathan pun langsung keluar dari kamarnya meninggalkan Freya yang sibuk berkutat dalam benaknya.

'Apa mungkin mas Gathan emang belok, yah? Kalau beneran gimana? Kalau sampai dia nggak punya keturunan bisa-bisa semua hartanya jatuh ke tangan perempuan itu dong! No, nggak boleh! Jangan sampai itu terjadi! Aku harus berbuat sesuatu supaya aku bisa memiliki mas Gathan seutuhnya dan memiliki keturunan darinya.' batin Freya.

...***...

Sementara itu, saat Gathan dan Freya sibuk di kamarnya, Nanda justru sibuk membereskan barang-barangnya yang berantakan akibat ulah Freya. Ia juga mengumpulkan serpihan-serpihan barang yang hancur seperti skincare malah miliknya yang dibelikan Lavina dan mengumpulkan di satu tempat. Ia hanya bisa menghela nafas lelah, semua barang itu harganya sangat mahal pikirnya, bagaimana ia bisa membelinya lagi. Gajinya satu bulan saja tidak cukup untuk membeli cream siang, cream malam, toner, serum, masker, lotion, dan lainnya. Ia tidak mungkin kan menceritakannya pada Lavina. Bagaimana pun ia tidak ingin membuat Lavina makin tidak menyukai Freya.

Saat Nanda mendekati tempat tidurnya, matanya seketika membelalak. Air matanya mengalir deras tak terbendung saat melihat satu-satunya benda berharga miliknya, tempat ia mengobati rasa rindunya pada orang tuanya.

"Mama ... papa ... " lirihnya dengan air mata yang mengalir deras saat melihat foto Delima dan Doni yang pernah diselipkan Delima di boneka Winnie the Pooh miliknya kini sudah berubah bentuk menjadi potongan-potongan kecil.

Saat itu umur Nanda sudah 10 tahun saat ia menyadari di dalam boneka kesayangannya terdapat sesuatu. Dibukanya jahitan boneka itu yang tampaknya juga pernah dibuka. Di dalamnya, Nanda menemukan sebuah surat dari ibunya dan dua lembar foto, satu foto Delima, ibunya dan satu lagi foto Doni, ayahnya.

Tapi kini, harta berharga itu sudah berubah menjadi beberapa potongan kecil. Padahal foto itu ia simpan di bawah bantal. Sebab kebiasaannya beberapa tahun ini adalah memandang foto kedua orang tuanya sebelum tidur. Hal itu ternyata cukup untuk mengobati rasa rindunya pada kedua orang tuanya. Beruntung surat dari ibunya tidak ia simpan di sana, bila tidak, mungkin sudah berubah menjadi serpihan kecil juga.

Hatinya begitu nyeri saat melihat foto berharganya yang sudah disobek Freya. Mengapa Freya begitu tega, pikirnya. Padahal ia tidak pernah mencoba membuat masalah dengan dirinya tetapi Freya sepertinya begitu membencinya sehingga tega seperti itu.

Disusunnya potongan demi potongan foto itu seperti menyusun puzzle dengan bercucuran air mata. Lalu ia mencari isolasi bening dan merekatkannya seperti semula. Tapi tepat saja, sesuatu yang telah dirobek takkan kembali ke bentuk semula.

"Mama ... papa ... Nanda kangen ... " lirihnya dengan berlinangan air mata.

Gathan yang baru saja masuk untuk mengecek keadaan Nanda terpaku di tempatnya saat melihat apa yang sedang dilakukan Nanda. Seonggok daging berwarna merah di dalam rongga dadanya terasa nyeri saat melihat Nanda yang begitu terluka karena foto kedua orang tuanya dirobek Freya. Apalagi saat ia melihat bagaimana Nanda menyusun potongan-potongan itu agar kembali menjadi satu kesatuan yang utuh. Rasa nyari itu kian menjadi-jadi saat Nanda mengucapkan kata rindu kepada kedua orangtuanya. Tanpa sadar, matanya ikut memanas. Entah dapat keberanian dari mana, tangan Gathan terulur dan memeluk Nanda dari belakang membuat Nanda tersentak.

"Mas ... " lirih Nanda dengan sesegukan.

"Menangislah ... jangan kau tahan. Maafkan, mas. Karena mas, foto mama dan papa mu jadi seperti itu. Menangislah ... Luapkanlah semua kesedihanmu. Mas akan selalu ada untukmu." bisik Gathan membuat air mata Nanda kian deras. Tangisnya terasa memilukan hingga tanpa sadar Gathan pun turut menitikan air matanya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...