Reinkarnasi Istri Antagonis

...Dew Dew...

Bunda ingin minta maaf, segera kesini dan jangan lupa bawa suami lo.

^^^Anda:^^^

^^^Oke gue kesana, on the way ya.^^^

Ponsel di genggaman nya di mati kan lalu menoleh ke arah sang suami yang sama menatap nya, bangun dari rebahan nya sehingga membuat Aland menaik kan satu alis nya.

"Ayo." ajak Ino sambil menggenggam sebelah tangan kekar Aland yang menahan nya sehingga mereka tidak jadi melangkah.

"Kemana?" tanya Aland bingung dan kesal karena sang istri merubah tempat nya yang semula dia merasa kan senang karena Ino tiduran di atas paha nya.

"Ke ruangan Mario karena Bunda ingin minta maaf." ujar Ino sambil menarik tangan Aland lagi tetapi langsung di tahan nya sehingga berhenti.

"Biar kan dia yang kesini." jawab Aland yang langsung men duduk kan tubuh mungil sang istri duduk di sofa sebelum nya.

"Mas..." tegur Ino yang menatap melotot tidak terima akan ucapan sang suami yang hanya menatap datar saja.

Ino menghela nafas lalu menarik tangan Aland untuk berdiri mengikuti langkah keluar nya tanpa mengucap kan kata lagi karena dia mengerti kalau sang suami masih sangat kesal dan marah atas tindakan sang Bunda nya Mario. Saat sudah berada di depan pintu ruang rawat Mario, Ino mengetuk pintu sekali lalu memutar knop pintu dengan pelan yang langsung memperlihat kan Mario Dewi dan sang Bunda yang menatap mereka berdua, sudah tidak ada pria asing itu lagi.

Aland menggenggam tangan Ino cukup erat sampai - sampai perempuan itu menoleh ke arah yang langsung menampil kan senyuman tipis yang hanya bisa di lihat sang suami agar menenangkan emosi dari Aland yang sudah menampil kan raut wajah datar yang cukup mengerikan untuk di lihat saja sehingga mereka bertiga hanya menatap ke arah Ino saja karena tidak berani melihat tatapan Aland.

"Bunda, maaf ya yang tadi karena kami langsung pergi." ucap Ino menatap ke arah wanita paruh baya dengan senyuman terpatri.

"Tidak - tidak, Bunda yang salah di sini karena tidak menanggapi ucapan Mario yang mengata kan kalau Ino sudah menikah. Maaf banget dan juga maaf Tuan." ucap wanita paruh baya yang saat meminta maaf ke Aland sehingga mau tidak mau harus menatap nya yang membuat nya ketakutan seketika dengan segera menunduk kan wajah nya tidak kuat melihat raut wajah pria kejam itu.

"Tuan?" batin Ino bingung dengan mengerut kan kening nya menatap sang Bunda yang bersikap sangat ketakutan.

"Oh iya, Bunda tadi ada panggilan ke kantor. Bunda pamit dulu ya, sebelum nya Bunda minta maaf banget." pamit wanita paruh baya itu tidak kuat dengan aura mencengkam dari Aland yang sangat kentara sekali di ruangan tersebut.

Wanita paruh baya itu terkejut saat mendapat kan kabar dari sekretaris nya yang mengata kan kalau perusahaan yang sering kerja sama dengan nya tiba - tiba ingin mencabut dan membuat wanita paruh baya itu mendatangi perusahaan mereka untuk meminta jawaban di tempat kota lain.

Sang Bunda sudah keluar sehingga tersisa yang berada di dalam ruangan Mario mereka - mereka saja seperti sedia kala, saat tatapan Mario menatap ke arah Aland laki - laki itu meminta maaf sekali lagi atas nama sang Bunda karena bagaimana pun Bunda nya salah.

Aland hanya berdehem saja untuk menjawab lalu pergi dari ruangan Mario saat mendapat kan panggilan dari ponsel nya tanpa mengucap kan kata - kata apa pun kepada Ino membuat perempuan itu merasa aneh karena biasa nya sang suami selalu berpamitan lebih dulu.

Mencoba untuk tidak berpikir negatif, Ino mengerti pasti itu adalah panggilan telepon yang sangat penting sampai - sampai Aland pergi begitu saja. Ino melangkah untuk mendekat ke arah kedua sahabat nya sambil berbincang dengan candaan masing - masing seperti awal nya.

"Mario, tubuh lo belum bisa bergerak?" tanya Ino yang menatap Mario yang sambil tersenyum.

"Sudah sedikit demi sedikit bisa, tetapi tidak tau kapan bisa bergerak seutuh nya. Rasa nya malah sakit semua kalau terbaring terus." ucap Mario sambil mengerut kan kening nya karena merasa kesal.

"Pasti bisa, jangan putus asa begitu lo." kata Dewi yang sambil menyentil kan ke arah kening Mario yang makin membuat pria itu memberengut kan kesal.

"Semoga secepat nya!" gumam Ino yang masih bisa di dengar oleh kedua sahabat nya yang membuat mereka sama - sama terdiam.