Jangan lupa tinggalkan Jejak,
Tidak disarankan untuk pembaca dibawah umur.
Mengetahui fakta jika wanita yang ditunggunya selama enam belas tahun, telah memiliki anak dari keponakannya, membuat Dimas patah hati, meskipun rasa cintanya begitu besar, tapi dia memilih untuk menyerah, demi kebahagiaan bersama.
Demi menghibur hatinya yang tengah galau, dia berlibur di villa milik keluarganya.
Di tempat berbeda, seorang wanita sedang sibuk menyiapkan acara liburan gratis yang di dapatkan dari tempatnya bekerja.
Sesuatu hal terjadi pada keduanya, sehingga membuat laki-laki itu selalu mengejarnya, dan sang wanita selalu terbuai olehnya, walau seharusnya hal itu tidak boleh terjadi di karenakan wanita itu telah memiliki kekasih..
Apakah Dimas akan mengalami patah hati kedua kali, atau justru berhasil memiliki wanita baru yang dia temui?
P.S. Lanjutan dari cerita sebelumnya berjudul
❤️Pembalasan Atas Pengkhianatan Mu❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Rumi mengerucutkan bibirnya, dia kesal bukan main, dengan tingkah laku Dimas yang seenaknya. Bagaimana tidak, lelaki itu menggaulinya lagi usai sarapan, dan Dirinya dengan bodohnya terperdaya.
"Ngapain manyun gitu, memang service aku kurang memuaskan? Apa mau nambah lagi, di mobil misalnya?" Dimas sedang berada dibalik kemudinya. Lelaki itu terlihat cerah bersinar, tak terlihat wajah lelah, padahal kemarin baru saja pulang usai menempuh perjalanan lebih dari dua puluh jam, belum lagi saat olah raga malam.
Berbeda dengan Rumi yang terlihat kelelahan, dengan kantong mata menghitam, jangan lupakan tubuhnya yang pegal-pegal.
"Berisik, ini gara-gara kamu, dikasih hati minta jantung," ungkap Rumi kesal.
Dimas tersenyum kecil, wanita disebelahnya begitu menggemaskan, dan membuatnya berfikir hal menyenangkan... "Maafkan aku, aku terlalu rindu sama kamu, jadi aku tak bisa mengendalikan diri."
Hening sejenak, lalu Dimas teringat sesuatu, "Jadi kamu terima tawaran yang aku ajukan kemarin kan?" tanyanya memastikan.
"Tawaran yang mana?" Rumi bingung, seingatnya lelaki itu tidak hanya memberinya satu tawaran, ada beberapa.
"Menjadi partner ranjangku, sebelum kamu menikah."
"Aku menolak," sahut Rumi cepat.
"Kenapa? Bukankah aku bisa memuaskan kamu?"
"Aku akan menikah, bagaimana bisa, aku menduakan calon suamiku, apalagi sampai berselingkuh? Kalau aku hamil anak kamu gimana? Apa kata calon suami aku nanti."
"Kamu bisa mengkonsumsi pil kontrasepsi, dan saat melakukannya, aku akan memakai pengaman,"
"Saya menolak bapak Dimas,"
Dimas menghembuskan nafasnya kasar, "Aku malas berdebat pagi-pagi," mobil berhenti tepat di lampu merah, Dimas mengambil dompetnya, lalu memberikan kartu yang semalam dia berikan pada wanita itu. "Kamu pakai ini untuk beli baju, atau apapun itu, kamu bisa mengisi ruang kosong di ruang wadrobe milik ku, dengan barang-barang milik kamu,"
"Aku menolaknya Dimas, aku tak mau mengkhianati tunanganku,"
Dimas kembali mengemudikan mobilnya, usai lampu lalulintas berubah menjadi hijau. "Aku akan menyimpan rahasia ini, aku janji tak akan memberitahukan pada siapapun, termasuk asisten ku,"
"Aku tetap menolak." Ucap Rumi tegas.
Dimas menepikan mobilnya, lalu melepas seat belt, di menghadap wanita disebelahnya. "Dengarkan aku Bunga Harumi, aku bisa saja dengan mudah membuat kita menikah, aku memiliki kuasa, bahkan aku bisa membuat calon suami kamu gagal meraih keinginan," Dimas menghela nafas, dia melonggarkan dasinya, "Aku tak mau memaksakan cinta, karena pada akhirnya akan berakhir konflik berkepanjangan, jadi aku tak akan memaksa kamu menikah dengan ku, aku hanya minta, supaya kita bisa menjadi partner ranjang sebelum kamu menikah, dan aku pastikan kamu tak akan hamil, aku nyaman bersama kamu, aku hanya butuh itu dari kamu, apa susahnya sih?" Dimas mulai gusar, apalagi Rumi tak menatapnya, "Kalau kamu tetap keras kepala, aku akan membuat calon tunangan kamu, gagal dalam meraih impiannya." ancamnya.
Dimas menyebutkan nama, latar belakang, tempat bekerja, dan proyek yang sekarang sedang ditangani oleh Ari.
Mendengar hal itu, Rumi melebarkan matanya tak percaya, "Kamu menyelidiki aku? Bahkan mas Ari juga? Kenapa kamu seperti ini?"
Dimas kembali merapihkan dasinya, memakai seat belt, dan mengemudikan kembali mobilnya, "Aku beri waktu sampai malam nanti, kalau jawaban kamu masih sama, jangan salahkan aku, jika dalam seminggu, pacar kamu akan frustasi karena gagal meraih mimpinya."
Rumi mengepalkan tangannya, "Kenapa harus aku?" tanyanya lirih.
"Aku tertarik dengan kamu,"
"Aku yakin, pasti banyak wanita cantik disekitar kamu, tapi kenapa harus aku? Aku tidak mau berkhianat lagi,"
"Berkhianat ya!" Dimas tersenyum kecut, "Memangnya kamu ada rasa padaku? Bukankah hanya kontak fisik denganku? Lalu apa masalahnya? Lain soal kalau kamu memakai perasaan saat denganku, itu baru namanya kamu berkhianat, benar bukan ucapanku?"
"Pemikiran dari mana itu?"
"Dari aku lah, coba kamu pikir, aktor dan artis yang telah memiliki pasangan, tetap bisa melakoni adegan dewasa, mereka tidak masalah tuh," Dimas berdalih.
"Mereka hanya akting, lagian aku bukan Mereka," sangkal Rumi.
Dimas menghentikan mobilnya di parkiran mini market, "Silahkan kamu ganti baju dulu, aku antar nanti,"
"Tidak perlu, aku bisa sendiri." tolak Rumi.
Dimas berdecak, lalu merebut ponsel milik Rumi, dari tangan wanita itu. "Kamu aku antar,"
"Tapi aku mau mandi lagi, aku juga harus pakai make-up, pasti lama, mending kamu jalan dulu, nanti terlambat loh, kalau gaji kamu dipotong sama kantor, kamu yang rugi."
"Aku yang menggaji mereka, jadi suka-suka aku mau berangkat jam berapa, silahkan lakukan apapun yang kamu mau, terserah mau berapa lama, aku akan tunggu," Dimas membuka kunci pintu mobilnya, "Sekalian pikirkan tawaranku, sepertinya tak perlu tunggu malam, aku butuh jawaban setelah kamu berganti baju."
Dengan amat terpaksa Rumi menurut, wanita itu sempat menghentakkan kakinya, begitu keluar dari mobil.
Dimas tersenyum melihat tingkah menggemaskan dari Rumi. Semoga saja wanita itu mau menjadi partner ranjangnya.
Sejujurnya, Dimas merasakan kepuasan yang berbeda saat berhubungan intim dengan Rumi, dibandingkan dengan wanita-wanita yang pernah dicicipinya, termasuk saat bersama Rosalia, mantan teman ranjangnya dulu, semasa SMA.
Ngomong-ngomong soal Rosalia, Dimas sempat bertemu dengan wanita itu, saat kemarin berada di Amerika.
Rosalia yang kini janda beranak satu, sempat merayunya agar mereka bernostalgia di ranjang, tapi dengan tegas Dimas menolak, bukan tanpa alasan dia melakukannya, dia terbayang wajah puas Bunga Harumi, saat mencapai kenikmatan, cantik, dan seksi, serta menggairahkan.
Memang Dimas telah bertemu banyak wanita cantik, dari yang lokal hingga bule, tapi entah mengapa Bunga Harumi membuatnya selalu bergairah, walau hanya sekedar memikirkannya.
Astaga, bahkan sekarang, celana formal yang dikenakannya terlihat menggembung. Haruskah dia memaksa wanita itu agar mau menikah dengannya? Tapi berkaca pada hubungan Denis dan Diandra, dia tak mau mengarungi rumah tangga penuh konflik, dia ingin mendapatkan ketenangan, dan cinta saat memiliki keluarga sendiri.
Maka dari itu Dimas tak mau gegabah memaksa Rumi untuk bersamanya, dia harus menunggu wanita itu memiliki rasa cinta padanya.
Dimas membuka pesan dari Fero, yang intinya menanyakan kapan dirinya kembali, dan mengingatkan agar dia berhati-hati karena Denis masih tantrum, akibat Diandra yang belum ditemukan.
Juga pesan dari Aditya yang baru saja masuk, yang menanyakan keberadaannya juga Diandra.
Beberapa hari yang lalu ibu, dan kakaknya juga sama, mereka semua menanyakan kembalinya, dan keberadaan mantan tunangannya.
"Ngapa pada nanya ke gue? Emang gue ngantongin apa? Udah bagus gue ikhlasin, masih aja dihubung-hubungkan," Dimas menggerutu kesal.
Kaca mobil diketuk dari luar, terlihat Rumi meminta dibukakan pintu, "Kamu cepat sekali, katanya kamu mau mandi dulu?" tanya Dimas heran.
"Aku udah mandi, tapi belum dandan, aku takut kamu terlambat," jawab Rumi, sembari mulai membuka tasnya, mengeluarkan perabotan make-up nya.
Dimas melajukan mobilnya, "Bisakah kamu menolongku?" tanyanya, tiba-tiba ide terlintas.
Harumi yang baru saja mengoleskan pelembab diwajahnya, melirik sekilas, "Apa?"
Dimas mulai menceritakan tentang keponakan iparnya yang menghilang, dan keluarga menuduhnya, membawa kabur wanita itu, "Kamu ingat wanita yang kita temui saat di Bali bukan?" Dimas mencoba mengingatkan.
Rumi berdehem, bagaiman dia bisa lupa, saat itu dia merasa seperti kambing congek diantara dua sejoli, yang ternyata sepasang mantan kekasih.
"Jadi aku akan mengenalkan kamu pada keluargaku, supaya mereka tidak menuduhku, kamu boleh minta apapun,"
Rumi menghentikan kegiatannya, dia berfikir sejenak, "Aku mau menjadi pacar pura-pura kamu, tapi jangan jadikan aku patner ranjang,"
Mendengarnya Dimas memilih diam, tak menanggapi, lelaki itu fokus dibalik kemudinya.
kayaknya seru tuh kalau buat ceritanya
semangat ya aku suka karya mu 😍😍