TENTARA TAMPAN ITU SUAMIKU!

Anjali dan Radit sudah berada di dalam mobil, keduanya hanya saling diam satu sama lain tanpa ada yang memulai pembicaraan.

Sampai akhirnya keduanya tiba di rumah keluarga Anjali.

“Sudah sampai.” Ucap Radit memberitahu.

“Iya bang, makasih banyak ya udah mau nganter aku.” Balas Anjali.

“Sama-sama, besok kamu waktunya daftar universitas ya?” tanya Radit saat Anjali baru saja mau membuka pintu mobil.

“Kok tau bang?” tanya Anjali heran.

“Tau lah, apa yang ga saya tau apa lagi tentang kamu.” ucap Radit yang kesannya menggombal.

“Kamu udah tau mau ke mana?” tanya Radit.

“Entahlah, aku juga masih bingung bang.” Balas Anjali.

“Pikirkanlah dulu baik-baik karena ini menyangkut masa depanmu juga.”

“Iya aku tahu bang.” Balas Anjali.

“Kalo gitu Jeli keluar dulu ya bang.” Ucap Anjali yang di balas anggukan oleh Radit.

***

Hari ini adalah hari pendaftaran perguruan tinggi, semua siswa dan siswi sudah berada di kelas masing-masing dengan laptop di hadapan mereka untuk mendaftar online.

“Jel, lo udah milih univ yang lo mau?” tanya Nurul yang duduk di sebelah Anjali.

“Gue masih bingung Nur, lo gimana?” tanya Anjali.

“Gue sih maunya ke univ I Jel, tapi gue bisa gak ya? Secara itu univ terbaik di sini.” Ucap Nurul.

“Bisa, lo pasti bisa Nur, ayo gue juga mau daftar di sana, kita bareng-bareng kuliah di sana.” Ucap Anjali menyemangati sahabatnya.

“Lo pasti mau ambil jurusan kedokteran ya?” tanya Nurul.

“Yah, apa lagi yang bisa gue ambil selain itu? Lo tau kan gimana nyokap gue?” balas Anjali.

“Gue tau nyokap lo mau lo nerusin profesi dia jadi dokter, tapi gimana sama lo? Lo beneran emang mau jadi dokter?” tanya Nurul dengan serius.

“Lo tau kan kalo dari dulu gue seneng banget liatin nyokap gue kerja, gue emang dari dulu pengen menyembuhkan orang sakit dan menyelamatkan nyawa orang, jadi kayaknya emang jurusan ini yang paling cocok buat gue.” Jelas Anjali.

“Oke kalo gitu, lo ambil jurusan kedokteran, gue ambil jurusan hukum.” Ucap Nurul.

“Siap! Asik nih punya temen anak hukum, kalo ada apa-apa lo yang bakal bantuin gue kan?” ucap Anjali sambil terkekeh.

“Tentu aja gue bantuin! Tapi bayarannya dua kali lipat kalo ke sahabat sendiri.” Balas Nurul membuat keduanya tertawa.

Pedaftaran pun selesai, karena memang tidak ada pelajaran lagi, siswa siswi kelas tiga di ijinkan untuk pulang lebih cepat. Nurul dan Anjali memutuskan untuk pergi ke bioskop lebih dulu karena mereka ingin menonton film horror baru.

Kedua sahabat itu memang sangat menyukai film horror, mereka tidak akan ketinggalan untuk menonton film horror yang baru keluar.

“Setelah kelulusan nanti, mungkin gue sama Radit bakal nikah.” Ucap Anjali saat mereka berdua sedang menunggu film yang akan mereka tonton di mulai.

“What!? Secepet itu Jel?” tanya Nurul yang terkejut dengan ucapan Anjali.

“Kalo kita di terima di univ I, kita akan ke kota B sekaligus untuk kontrak kerja sama kita sama perusahaan kak Ega.” Jelas Anjali.

“Terus apa hubungannya sama pernikahan kalian yang di percepat?” tanya Nurul.

“Lo tau kan nyokap Radit pengen gue sama Radit cepetan nikah? Kalo dia tau gue mau ke kota B pasti dia akan mempercepat pernikahan kita, setidaknya untuk mengikat kita dengan status pernikahan.” Jelas Anjali.

“Tapi kalian bakal LDRan Jel.”

“Iya gue tau, dan gue ga masalah kok, hubungan kita juga ga sedekat itu kan.”

“Terserah lo deh Jel, gue ga ngerti lagi sama hubungan lo! Rumit banget.”

Nurul dan Anjali pun tidak melanjutkan pembicaraan mereka, keduanya segera masuk ke teather karena film akan segera di mulai.

***

“Rumi, lo mau ke mana?” tanya Arsena yang melihat penampilan kembarannya yang sudah rapih.

“Ah, aku ada janji ketemuan sama Radit.” Balas Arumi sambil menutup pintu kamarnya.

“Oh, cowok yang di jodohin sama gue? Gue kan udah bilang kita harus bilang mama dan papa masalah perjodohan ini.”

“Nanti aja Sena, aku mau kenal lebih dekat dulu sama dia.”

“Yah, terserah lo aja kalo gitu.” Balas Arsena sambil manggut-manggut.

Arumi yang terlihat sangat rapih dan cantik tidak seperti biasanya membuat Arsena merasa heran.

“Gak biasanya dia dandan sampe segitunya, jadi makin penasaran deh sama wajah tu cowok.” Gumam Arsena yang memutuskan untuk mengikuti kembarannya itu.

Arsena segera mengambil tas dan juga kunci mobilnya, dia mengikuti mobil Arumi secara perlahan agar tidak ketahuan.

Hingga tibalah Arsena di sebuah café yang tidak jauh dari rumah mereka, wanita itu memutuskan untuk duduk di dalam mobilnya dan melihat dari jauh saja.

Untungnya Arumi duduk di pinggir membuat Arsena mudah untuk memperhatikan Arumi dari kaca besar.

Sudah cukup lama Arsena menunggu namun laki-laki yang ingin dia lihat belum juga terlihat.

“Dia beneran udah buat janji belum sih? Udah jam segini masih belum dateng juga tuh cowok, bisa-bisanya Rumi suka sama cowok kayak gitu!” gumam Arsena kesal.

Belum selesai Arsena mengomel, tiba-tiba saja ada seorang laki-laki dengan pakaian loreng masuk ke dalam cafe dengan gagahnya.

Arsena terpana dengan postur tubuh laki-laki itu yang terlihat sangat gagah, dan semakin ternganga setelah melihat laki-laki itu berhenti di hadapan Arumi sambil tersenyum ramah lalu duduk di kursi sebrangnya.

"W-what!? Jadi laki-laki yang di jodohkan sama gue itu dia?" ucap Arsena yang tidak percaya.

Arnold begitu tampan, gagah dan terlihat sangat menghargai wanita, Arsena merasa menyesal karena sudah menolak laki-laki pilihan mamanya.

"Ganteng banget! Tipe gue banget! Arrgghhh, kenapa aku tolak mentah-mentah kemarin!" gerutu Arsena sambil memukul setir mobilnya.

"Ga bisa! Mumpung mama papa belum tahu, gue harus minta Arumi berhenti berpura-pura menjadi gue!"

Seketika Arsena memiliki ide yang bagus, senyuman licik muncul di bibir seksinya. Dia keluar dari mobil dengan memakai kaca mata hitamnya.

Arsena berjalan masuk ke dalam cafe dengan niat untuk menghampiri saudara kembarnya itu.

Tidak lupa dia juga membuka tiga kancing kemejanya agar terlihat lebih menggoda di bandingkan Arumi.

"Loh, Arumi? Lo di sini juga?" tanya Arsena yang pura-pura tidak tahu jika kembarannya berada di sana.

Mendengar seseorang menyapa dengan nama yang salah membuat Arnold menoleh ke arah Arumi lebih dulu dan melihat ekspresi wajah Arumi yang terkejut membuat Arnold menoleh ke belakangnya.

"Maaf anda salah orang, dia adalah Arsena bukan Arumi." ucap Arnold yang masih belum melihat wajah wanita di hadapannya dengan jelas.

"Arsena? Arsena itu gue, dia Arumi kembaran gue." ucap Arsena sambil membuka kaca mata hitamnya.

Melihat wajah arsen membuat Arnold terkejut bukan main, dia berulang kali menoleh ke arah Arsena dan Arumi secara bergantian.

"K-kalian ada dua!?" ucap Arnold yang masih kebingungan.