Bagaimana jika dendam yang kita simpan sangat lama jatuh pada orang yang salah
dan bagaimana jika upaya pembalasan dendam yang sudah di susun dengan seapik mungkin malah berbalim menyerang kita dengan bertubi-tubi, mengikis tubuh kita, dari kulit sampai ketulang dan begitu teramat menyiksa sampai mendarah daging
"Kamu jatuh hati pada orang salah"
Kata itu lebih menyakitkan dari sasaran dendam yang salah alamat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nerissa ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kali melihat Sasaran
Danica benar-benar menghabiskan waktunya untuk mempelajari berkas yang di berikan padanya, bahkan saat makan siang pun ia gunakan untuk tetap membaca agar tidak ada hal yang terlewat dan besok ia bisa lulus ujian dari atasannya
"apa kamu gak capek Danica" tanya Ema yang masih menikmati makan siangnya namun pandangannya sedikit terganggu karena Danica yang malah makan sambil membaca
"aku harus bisa mempelajari ini hari ini, soalnya aku harus lulus ujian tuan Dody agar pekerjaanku ini tetap bertahan " balas Danica tanpa mengalihkan fokusnya dari berkas yang ia baca
"kamu butuh banget pekerjaan ini ya Danica" Ema cukup penasaran dengan kegigihan Danica
Danica menoleh ke arah Ema "kebetulan aku menghidupi diriku sendiri sejak aku SMA jadi kalau sampai aku tidak dapat pekerjaan ini, aku nanti harus hidup dari mana" Danica sedikit mendramatisir ceritanya agar tidak terlalu banyak di tanya Ema
Karena biarpun benar adanya jika Danica sudah membiayai pendidikannya sejak SMA tapi bukan berarti ia tak bisa hidup jika ia tidak bekerja
sebab Valentino masih tetap memberikan biaya hidup untuk Danica dan ibunya yaitu Brigitta biarpun dari segi waktu Valentino hanya memberikan sedikit sisa waktunya, bahkan pernah satu kali dalam setahun Valentino datang berkunjung sama sekali padahal Brigitta sangat merindukan Valentino
"aku pikir di luar negeri gajihnya besar lah, kenapa kamu malah milih kerja di sini " tanya Ema yang cukup heran dengan pilihan Danica untuk bekerja di negara yang menurutnya memiliki gaji tak sebesar di negara tempat asal Danica
"aku ingin mencoba suasana baru saja, sedikit bosan dengan negara asalku" balas Danica dengan asal
"eh itu tuan Lionel " Ema menunjuk ke arah pria yang di ikuti dua orang dan kini sedang melintas di depan kantin tempat keduanya makan siang
Danica melihat ke arah telunjuk Ema " oh itu yang namanya tuan Lionel " jujur Danica baru pertama kali melihat wajah Lionel secara langsung biarpun jika dari segi foto ia sudah pernah melihatnya
sebab Danica memang mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai keluarga Lucas dan Dario hanya melalui internet saja dan berbekal apa yang di sampaikan sang nenek padanya
"iya, yang di belakangnya itu tuan Bara asisten tuan Lionel dan wanita cantik itu adalah Emira, sekertaris pribadi tuan Lionel " Ema menjelaskan satu persatu orang-orang yang ada di sekitar Lionel
"oh begitu" Danica hanya mengangguk saja akan penjelasan Ema
Emang kurang suka dengan tanggapan Danica yang terlihat biasa saja "tuan Lionel itu jadi idola di kantor ini loh Danica, tapi dia terlalu cuek orangnya, terkesan jijik gitu sama wanita, cuma mau dekat sama nona Emira saja " ucap Ema lagi
"oh begitu" Danica hanya mengiyakan saja ucapan Ema tanpa banyak menyahuti lebih lanjut
*
"tuan Lionel ada rapat di jam 2 nanti dan di jam 5" ucap Erma menjelaskan jadwal kerja Lionel pada sang atasan
"issh banyak amat lah Emira, gak bisa di kurangin apa sedikit saja" keluh Lionel akan banyaknya jadwal kerja yang harus ia lakukan hari ini
"ga bisa tuan Lionel, jangan bikin aku kena tegur ayahku lagi karena tidak bisa mengingatkan tuan akan pekerjaan tuan yang seharunya " ucap Emira dengan sinis akan tingkah bosnya yang selalu mengeluh dengan jadwal kerja yang sudah ia susun dengan baik
"ia sih" Lionel hanya memutar bola matanya malas mendapati teguran Emira untuk kesekian kalinya
"oh ya Bara, gimana wanita yang ngirim rekomendasi dari dosenku dulu itu " tanya Lionel tanpa menoleh ke arah Bara yang berjalan tepat di belakangnya
"anaknya sudah mulai kerja hari ini tuan, anda mau ketemu dia " tanya Bara
"enggak perlu ah, yang penting aku sudah menuruti keinginan pak Smith untuk menerima salah satu mahasiswa terbaiknya" tolak Lionel dengan cepat akan tawaran Bara
"tapi ngomong-ngomong kerja di bagian apa dia " tanya Lionel
"di bagian pemasaran kan itu bidangnya, dan itu juga usul yang di berikan dosen anda " balas Bara
" iya juga " Lionel tak mau ambil pusing lagi dan lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya "toh aku sudah menuruti keinginan pak Smith jadi sudah habis urusan, dan masalah dia bertahan atau tidak tinggal melihat kemampuannya saja " ujar Lionel dengan santainya
Sepanjang perjalanan Lionel selalu mendapatkan tatapan penuh kagum dari semua wanita yang bekerja di perusahaan yang di wariskan sang kakek sebelum meninggal padanya.
Dan itu wajar saja, karena selain Lionel yang adalah bos mereka, Lionel juga termasuk kategori pria tampan dan jelas kaya raya dan yang paling penting Lionel masih cukup muda, 24 tahun.... Usia yang masih di bilang baru mulai berkilauan bagi seorang pria
Hari ini Lionel harus mempercepat pekerjaannya karena dirinya sudah berjanji tidak akan telat di acara ulang tahun sepupunya yang kebetulan hanya memiliki selisih usia beberapa minggu saja dengannya
"Emira kamu sudah carikan aku kado untuk Safiya kan " tanya Lionel pada sekertarisnya
"sudah tuan, kemarin saya cari pas sekalian saya cari kado buat dia, dan kadonya sudah saya kirim terlebih dahulu ke rumah Safiya agar bisa langsung di pakai sama dia" balas Emira
"kamu kadoin dia apa" Lionel tidak ingin mendapat murka dari sepupunya lagi jika ketahuan bukan dirinya yang mencari langsung kado untuk sepupunya itu
"untuk kali ini saya memilih sepatu limited edition yang dia mau, fotonya sudah saya kirim via pesan pada anda, makanya anda baca pesan yang di kirim untuk anda biar gak ketinggalan informasi " balas Emira dengan sedikit ketus
"oh" Lionel langsung memeriksa ponselnya dan benar saja ada kiriman pesan dari Emira di mana terpampang foto sepatu yang sudah di beli Emira menggunakan kartu Lionel tentunya
"terima kasih banyak Emira" ucap Lionel, kembali menyimppan ponselnya
"Kalau gitu saya permisi ke ruangan saya tuan " pamit Emira
"ya" balas Lionel
***
Lionel berjalan santai memasuki kawasan rumah megah dengan hamparan dekorasi memukau untuk sebuah pesta ulang tahun seorang gadis muda yang kebetulan adalah sepupunya, anak dari kakak mamanya
"kalau bukan karena mama yang memaksaku ogah banget aku ikut acara beginian" gerutu Lionel yang terpaksa datang ke acara ulang tahun sepupunya yang terbilang cukup megah menurutnya
padahal kebanyakan saudaranya yang lain tidak suka menggelar acara mewah seperti ini, dan lebih suka menggelar acara sederhana yang hanya di hadiri orang terdekat saja, tapi entah kenapa sepupunya yang satu ini begitu suka keramaian yang lebih ke arah membanggakan diri dengan uang orang tua
"dasar anak manja " Lionel kembali menggerutu akan terlalu banyaknya tamu undangan di pesta sepupunya, padahal sepupunya itu belum masuk dunia kerja dan hanya mengandalakan uang dari kedua orang tua dari sepupunya itu
"Lionel" sebuah suara terdengar memanggil namanya
Suara yang paling ia hindari di setiap ada kesempatan mereka ada dalam satu momen bersama "ah sial sekali aku hari ini" geram Lionel akan sosok yang paling membuatnya malas ikut ke acara sepupunya itu
"aku harus kabur" buru-buru Lionel berjalan menjauh agar tidak menyapa seseorang yang paling membuatnya risih