Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 27 Saling Percaya
Pemilik Hati (27)
" Jangan berpikir untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan mu."
Deg
Farhan memalingkan wajahnya dan melihat David sudah berdiri di sana dengan aura yang berbeda.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
David melangkah menghampiri Farhan setelah meletakkan paper bag dan berkas yang ia pegang di atas bupet kecil di dekat tangga.
" Syifa sudah menjadi istriku. Kesempatanmu untuk rujuk sudah tak ada lagi." David menekankan kata istriku agar Farhan sadar dimana posisinya sekarang.
" Kau baru mengenalnya. Aku jauh lebih lama mengenalnya."
David terkekeh karena Farhan merasa lebih baik hanya karena lebih lama mengenal Syifa.
"Kalau begitu, harusnya kamu sadar jika Syifa tidak suka di duakan."
Jawaban telak dari David membuat Farhan kesal.
" Dengarkan baik-baik. Aku David Adiyaksa Prayoga tidak akan melepaskan istriku kecuali aku sudah tidak bernafas."
Farhan terkejut saat David menyebutkan nama panjangnya. Nama salah satu pengusaha yang cukup terkenal.
Ia tahu siapa laki-laki di depannya. Walaupun baru pertama kali ini bertemu.
" Oh, pengusaha muda yang terkenal bergunta-ganti kekasih," Farhan merasa memiliki celah merendahkan David.
" Ya, aku memang selalu bergunta-ganti kekasih. Namun, aku hanya memiliki satu wanita dalam satu waktu. Tidak seperti dirimu yang memiliki dua wanita sekaligus," David mengejek.
Farhan bungkam. Senjata yang ia gunakan malah balik menyerangnya.
" Aku takkan diam jika kau mengusik milikku. Dengarkan itu baik-baik!,"
" Kau mengancam ku? Memangnya Apa yang akan kamu lakukan? Menghancurkan perusahaanku?," tantang Farhan.
David tersenyum sinis. " Aku bukan pria arogan yang melakukan semuanya sesuka hatiku. Aku juga bukan laki-laki labil yang mencampur adukkan masalah pribadi dan bisnis.
Namun, jika kau melewati batas mu. Aku bisa jadi keduanya " Tekan David.
Tak ingin berlama-lama dan semakin memancing kemarahannya, David beranjak meninggalkan Farhan seorang diri.
Di kamar, Syifa terdiam. Ia tahu siapa yang memperhatikannya saat tadi berbicara dengan Farhan. Berharap tidak ada kesalahpahaman diantara mereka.
Ceklek
Pintu terbuka terlihat David masuk. Melihat suaminya yang datang dengan membawa paper bag dan berkas di masing-masing tangannya,Syifa mengambil alih salah satunya.
" Soal di dapur tadi...." ucap Syifa sambil mengambil paper bag dari tangan sang suami.
" Aku percaya. Dia yang mendekatimu. Kamu tidak perlu menjelaskannya." Senyum David membuat Syifa sedikit tenang.
Syifa sangat khawatir suaminya akan salah paham. Walaupun jarak ia dan Farhan cukup jauh tetap saja mereka tadi hanya berdua di dapur.
David bisa tersenyum karena memang ia yakin Syifa tidak akan mudah dipengaruhi sekalipun Farhan mengutarakan keinginannya.
" Kalian bertengkar?," tanya Syifa melihat raut wajah suaminya yang mungkin bisa tersenyum padanya namun, ia yakin sesuatu sudah terjadi sebelum ia sampai kesini.
Mengingat ada jeda dari saat ia masuk ke kamar dengan kedatangan suaminya.
" Aku hanya memperingatkan agar dia tahu batasannya."
Syifa hanya mengangguk. Ia tak ingin membuat mood suaminya kembali buruk.
" Minumlah kopinya sebelum dingin," Syifa mengambilkannya cangkir yang berisi kopi itu pada suaminya.
" Terimakasih,"
" Sama-sama,"
" Ya sudah, kamu tidur duluan saja. Aku masih harus mengerjakan ini," David naik ke atas ranjang dan meletakkan berkas di atas. Ia mulai membaca satu persatu berkas yang di bawakan Rangga.
Syifa segera membuka pakaiannya sampai hanya tersisa pakaian rumahannya saja. Setelah itu, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri danmengganti bajunya di kamar mandi.
Pagi harinya, sarapan pagi di kediaman Farhan pun terasa sepi. Hanya sesekali saja ada obrolan.
" Ma,kami pamit." Syifa memeluk Bu Laila dengan erat.
" Kapan-kapan menginap lah lagi,"
Syifa hanya menanggapi dengan senyuman. Tak ingin menjanjikan apapun. Setelah kejadian semalam, mungkin jauh lebih baik kalau dia menjaga jarak dengan Farhan. Tak ingin hubungan ia dan suaminya renggang karena salah paham yang mungkin saja terjadi.,
" Terimakasih karena sudah memperbolehkan Syifa menginap. Kalau kamu tidak mengizinkan bahkan ikut menginap, Syifa pasti tidak akan mau menginap,"
" Tidak perlu berterima kasih. Aku mengizinkan karena ikut menemani Syifa mnginap. Kalau sendiri mungkin aku akan melarangnya," David tersenyum namun matanya menatap datar pada laki-laki yang kini ada di samping Bu Laila.
Bu Laila mengangguk paham. Ia pun mengantar keduanya ke luar sampai mobil yang mereka tumpangi tak terlihat lagi.
" Jangan pernah mengganggu hubungan Syifa dan suaminya. Kalau sampai kamu melakukannya, Mama sendiri yang akan memberimu pelajaran,"
Farhan hanya mematung saat ibunya masuk ke dalam rumah. Ia mulai berpikir mungkin saja semalam ibunya mengetahui apa yang ia lakukan. Mengingat kamar ibunya ada di bawah.
Semalam Bu Laila memang mendengar apa yang Frhan bicarakan karena di waktu yang sama kebetulan Bu Laila berniat ke dapur, namun, melihat Farhan yang mengikuti Syifa, ia mengurungkan niatnya. Mulai mendengarkan apa yang di katakan Farhan pada Syifa juga mendengar pembicaraan Farhan dan David.
Suasana hening membuat suara mereka terdengar jelas.
" Kalau masih mengantuk, nanti tidur lagi saja di kamar pribadi yang ada di ruang kerja ya,"
Semalam nyatanya Syifa tak langsung tidur, ia menemani David lembur. Setelahnya mereka mulai saling bercerita. Salah satunya tentang David yang bisa tahu semua tentang Syifa.
Tidak lupa tentang masa lalu David yang punya banyak mantan. Yang mungkin akan menjadi kerikil di kemudian hari.
" Ya. Tapi, kalau aku tidak mengantuk, apa aku akan menggangu jika tetap di ruang kerja Mas David?,"
David tersenyum melihat sekilas ke arah istrinya. " Tentu saja tidak. Mana mungkin kamu mengganggu. Kamu istriku."
Apa yang terjadi semalam tidak mempengaruhi hubungan keduanya. Baik Syifa maupun David tak ingin memperpanjang masalah semalam. Karena bagaimanapun mereka tidak bisa memaksa hati seseorang. Memaksa mereka berhenti untuk menyukai adalah sesuatu yang sulit dan bukan kuasa mereka jika orang itu sendiri tak ada keinginan untuk berhenti.
Syifa dan David sudah sampai di perusahaan. Rangga langsung menghampiri keduanya.
" Semua sudah beres?,"
" Sudah. Seperti perintahmu sebentar lagi semua karyawan akan berkumpul." jawab Rangga.
" Selamat atas pernikahan kalian. Maaf tidak bisa hadir." Rangga menganggukkan kepalanya tersenyum ke arah Syifa.
" Terimakasih ,"
" Tenang, tidak lama lagi kami akan menggelar resepsi pernikahan yang megah. Dimana semua orang yang kami kenal akan kami undang,"
Syifa hanya diam. Mereka baru membahas itu sekilas saat berkumpul dengan keluarga David.
" Oh ya, tamu tak di undang yang dari kemarin datang memaksa untuk menemuimu. Bahkan dia sudah datang dari pagi.".
David menghela nafas. Lelah menghadapi wanita ambisius sepertinya.
" Lalu dimana dia sekarang?,"
" Dia di ruang meeting. Awalnya dia memaksa masuk ke ruangan mu, tapi aku tolak."
"Bagus. Sepertinya dia memang harus di peringatkan. Atau kau suruh dia....."
David membisikkan sesuatu di telinga Rangga membuat Rangga mengangguk.
" Aku duluan ya, Syifa. Semoga bisa kuat ada di samping David," Rangga terkekeh saat David memelototinya.
Syifa hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.
" Dia datang lagi. Apapun yang dia katakan, tolong kamu lebih percaya padaku," pinta David sambil menarik tangan Syifa untuk merangkul lengannya.
" Seperti Mas yang mempercayaiku, aku pun percaya padamu. Jika kita tidak saling percaya, bagaimana kita bisa menghadapi ujian yang datang yang akan menghancurkan pernikahan kita?,"
David mengangguk. Ia bersyukur Syifa bisa mempercayainya.
Keduanya, mulai memasuki ruangan yang sangat besar dimana sudah banyak karyawan yang berkumpul disana.
" Kita mau apa mas?," tanya Syifa penasaran saat David membawanya ke podium yang ada di hadapan mereka.
TBC
👍❤❤❤
favorit
👍❤