Imamku, Surgaku

"Abang marah ya sama Aza?" Tanya Azalea ke arah Husain yang menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen di atas meja kerjanya.

Melihat tidak ada reaksi atau sepatah katapun yang Husain keluarkan, Azalea menatap memelas ke arah sang suami. Ini memang bukan pertama kalinya Husain mendiamkannya karena kesalahan yang ia lakukan. Tapi tetap saja Azalea merasa sedih ketika Husain mendiamkannya saat perasaan suaminya itu sedang kesal atau marah padanya. Kata Husain, itu lebih baik daripada ia harus memarahi istrinya atau bahkan mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat istrinya sedih.

"Aza minta maaf Abang. Maafin Aza ya." Pinta Azalea dengan wajah memelas.

Tak kehabisan akal, Azalea berlari kecil mengelilingi meja kerja Husain sambil mengucapkan permintaan maaf pada Husain.

"Abang maafin Aza ya."

"Abang Aza minta maaf."

"Besok-besok gak kayak gitu lagi deh." Ucap Azalea sambil mengelilingi meja kerja Husain.

Entah sudah berapa kali Azalea berputar mengelilingi meja kerja Husain hingga akhirnya Husain menyerah dan menangkap tangan Azalea untuk ia bawa ke pangkuannya.

Husain tatap mata berkaca-kaca Azalea yang juga menatapnya dengan wajah memelas. Masih tidak berniat mengeluarkan sepatah katapun. Bukan karena ia masih marah pada Azalea, melainkan ia sedang menunggu tingkah menggemaskan apa lagi yang akan Azalea keluarkan untuk meminta maaf padanya. Lagi pula, sebenarnya Husain tidak marah pada Azalea. Namun ia marah pada dirinya sendiri yang tidak menjaga Azalea dengan baik sehingga banyak laki-laki di luar sana yang masih berani mendekati istrinya secara terang-terangan.

Tanpa di duga-duga, Azalea meniup wajah Husain yang mana menyebabkan Husain secara spontan langsung menutup kedua matanya.

"Jangan dibuka dulu matanya," titah Azalea yang di iyakan oleh Husain.

Setelah memastikan Husain tidak membuka matanya, Azalea mengangkat kedua tangan Husain dan menyatukan kedua tangan Husain seperti seorang yang tengah berdoa. Sementara Azalea juga melakukan hal yang sama pada tangannya.

Azalea lantas berdoa,

" اَللَّهُمَّ رَبَّ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنْ مُضِلَّاتِ الفِتَنِ

Ya Allah, Tuhan Nabi Muhammad, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh (setan) yang menyesatkan dalam cobaan."

Berbeda dengan Azalea yang sedang khusuk berdo'a, maka Husain sedang mati-matian menahan rasa gemasnya pada sang istri yang selalu saja mendapatkan banyak ide untuk menghilangkan rasa kesal dan marah di hatinya.

Husain kira, Azalea sudah berhenti berdoa ketika Husain tak lagi mendengar ucapan Azalea. Namun ternyata salah. Azalea masih menyambung doanya beberapa saat kemudian.

"Ya Allah, hapuskan lah amarah di hati suami hamba sehingga ia bersedia memaafkan kesalahan hamba. Dan ampunkanlah dosa hamba yang membuat suami hamba marah kepada hamba hari ini. Aamiin." Azalea menyapu kedua tangannya pada wajahnya. Lalu setelah itu ia bergantian melakukannya pada Husain.

"Abang masih marah gak sama Aza?" Tanya Azalea setelah Husain membuka kedua matanya.

Tak lagi bisa menahan kedutan di bibirnya, Husain langsung mengembangkan senyum manisnya membuat Azalea juga ikut tersenyum.

"Gemes banget sih istri Abang." Husain langsung memberikan banyak kecupan di wajah Azalea hingga wajah Azalea memerah. Ia baru berhenti menciumi Azalea setelah Azalea mengeluh wajahnya basah karena ciuman dari Husain.

"Abang, Abang tahu gak kalau setelah melihat senyuman Abang, Aza baru menyadari bahwa rezeki dari Allah tidak hanya berupa harta dan segala kemewahan duniawi." Puji Azalea dengan mata yang menatap takjub pada senyum manis Husain.

"MasyaAllah, manis sekali istriku." Kepalang gemas, Husain mendekap Azalea dengan erat membuat Azalea hampir kesusahan bernapas.

"Jangan kayak gini lagi, sayang. Abang gak kuat. Tuh kamu gak dengar jantung Abang disko di dalam sana." Ujar Husain sambil mengelus kepala Azalea yang tertutup hijab segi empat.

Azalea menganggukkan kepalanya. Ia memang mendengar dengan jelas degupan jantung Husain yang menggila di dalam sana. Sama seperti dirinya.

"Jadi Abang udah maafin Aza kan?" Tanya Azalea.

Husain menganggukkan kepalanya. "Abang gak marah sama kamu, sayang. Abang cuma kesel doang kenapa banyak laki-laki yang mendekati kamu secara terang-terangan. Padahal kamu sudah jadi istri Abang. Kayaknya setelah ini Abang harus ngurung kamu di rumah biar gak ada satupun yang bisa lihat wajah istri Abang."

Bukannya marah atau tidak terima, Azalea malah menganggukkan kepalanya dan mengiyakan ucapan Husain dengan senang hati. "Boleh juga tuh. Kayaknya Aza di rumah aja deh nungguin Abang pulang dan ngurusin Abang dan rumah kita 24 jam. Sekalian temenin ibu di rumah. Kasian ibu gak ada temennya di rumah," ucap Azalea.

Mendengar perkataan istrinya, sontak Husain langsung melonggarkan pelukan mereka dan menatap wajah Azalea dengan pandangan takjub.

"MasyaAllah, istri sholehah nya Abang," puji Husain tersenyum bahagia ke arah Azalea.

...- Husain dan Azalea -...

Pulang dari kantor, Azalea meminta Husain untuk berhenti di warung pisang coklat keju yang sudah menjadi langganan Azalea sejak ia masih duduk di bangku SMA. Entah mengapa ia mendadak ingin makan makanan yang manis dan jatuhlah pilihannya pada pisang coklat keju.

"Iya, nanti habis sholat Ashar kita singgah di warung pisang coklat keju," ujar Husain yang sedang menyetir.

Karena jadwal pulang kantor mereka bertepatan dengan jam sholat Ashar, maka Husain membelokkan stir mobilnya ke arah mesjid untuk menunaikan kewajiban sholat Ashar sebelum membeli pisang coklat keju yang Azalea inginkan.

Sesampainya di mesjid, Husain tak langsung menuju ke tempat wudhu khusus laki-laki, melainkan ia menunggu Azalea berwudhu di tempat wudhu khusus perempuan sampai selesai dan masuk ke dalam mesjid. Setelah memastikan Azalea masuk ke dalam mesjid dengan aman dan telah mengenakan mukena travel yang selalu istrinya itu bawa kemanapun, barulah Husain masuk ke dalam tempat wudhu untuk ia berwudhu.

Selesai melaksanakan sholat Ashar berjamaah di mesjid, Husain berlalu keluar dari mesjid bersamaan dengan jamaah laki-laki lainnya. Tak lama setelah keluar dari mesjid, sudut mata Husain langsung menangkap siluet Azalea yang sedang memasang sepatunya. Dengan gerakan cepat, Husain langsung menghampiri Azalea yang sudah menunggunya.

"Sudah, sayang?" Tanya Husain setibanya ia di hadapan Azalea.

"Sudah, Abang." Ujar Azalea sambil mengangguk.

Melihat ramainya orang yang berlalu lalang di sekitaran mesjid membuat Husain langsung menggandeng Azalea untuk segera berjalan menuju mobil mereka terparkir. Sesekali Husain dengan sigap meletakkan tangannya di samping badan Azalea di saat ada laki-laki yang berjalan tepat di samping Azalea. Husain tidak ingin sama sekali istrinya bersentuhan dengan lelaki yang bukan mahram nya.

Begitupun dengan Azalea, ia langsung memepetkan dirinya pada Husain di kala ada laki-laki yang berjalan di sampingnya dengan jarak yang lumayan dekat.

Disaat mereka hampir sampai di tempat dimana mobil mereka terparkir, Husain tanpa sengaja melihat ke arah laki-laki yang menatap istrinya dengan tatapan kagum. Mengetahui itu, Husain mendadak di landa cemburu dan juga kesal. Telapak tangan kirinya langsung menutup wajah mungil Azalea agar laki-laki ajnabi itu tidak bisa melihat paras cantik istrinya.

"Kenapa, Abang?" Tanya Azalea dengan raut wajah bingungnya.

"Gapapa, sayang. Tadi ada yang ngelihatin kamu. Dan Abang gak suka ada laki-laki ajnabi yang melihat kamu dengan tatapan kagum. Abang cemburu," jawab Husain terus terang.

Mendengar itu, Azalea lantas membantu Husain menutup wajahnya sendiri menggunakan tas mukena miliknya. Membuat Hati Husain yang semulanya kesal mendadak berbunga-bunga.

"MasyaAllah, Allah memang tahu mana yang terbaik untuk Abang." Ujar Husain yang langsung membuat kedua pipi Azalea merona.

Sesuai dengan janjinya pada Azalea, Husain menghentikan mobilnya tepat di depan warung yang menjual pisang coklat keju. Kali ini, hanya Husain yang turun dari mobil dan memesannya. Karena Husain tidak ingin kejadian di mesjid tadi terulang kembali.

Tak butuh waktu lama, pesanan Azalea sudah jadi. Selesai membayar Husain langsung membawa 3 kotak pisang coklat keju ke dalam mobil.

"Alhamdulillah. Akhirnya keturutan juga pengen makan yang manis-manis." Ujar Azalea saat Husain menyodorkan pelastik berisi pisang coklat keju ke arahnya.

"Makasih ya, Abang,"

"Sama-sama, sayang." Balas Husain sambil mengelus kepala Azalea yang tertutup kerudung.

-to be continued-