NovelToon NovelToon
MENGANDUNG BENIH TITIPAN CEO

MENGANDUNG BENIH TITIPAN CEO

Status: tamat
Genre:Poligami / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:79.6k
Nilai: 5
Nama Author: Julia Fajar

Hutang budi membuat Aisyah terpaksa menerima permohonan majikan sang ayah. Dia bersedia meminjamkan rahimnya untuk melahirkan anak Satria dengan Zahra melalui proses bayi tabung.

Satria terpaksa melakukan hal itu karena dia tidak mau menceraikan Zahra, seperti yang Narandra minta.

Akhirnya Narandra pun setuju dengan cara tersebut, tapi dengan syarat jika kesempatan terakhir yang dia berikan ini gagal, maka Satria harus menikahi Gladis dan menceraikan Zahra.

Gladis adalah anak dari Herlina, adik tiri Narandra yang selalu berhasil menghasut dan sejak dulu ingin menguasai harta milik Narandra.

Apakah usaha Satria dan Zahra akan berhasil untuk mendapatkan anak dengan cara melakukan program bayi tabung?

Yuk ikuti terus ceritaku ya dan jangan lupa berkarya tidaklah mudah, jadi kami para penulis mohon dukungannya. Terimakasih 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia Fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28. MELEPAS RINDU

Aisyah terbangun karena ingin ke toilet, tapi saat melihat tangannya digenggam oleh Satria, diapun tidak berani bergerak. Aisyah takut jika pergerakannya akan membuat Satria terbangun.

Namun sesak ingin buang air, membuat Aisyah gelisah hingga akhirnya Satria pun terbangun.

"Ada apa Syah, kamu harus?"

"Maaf Mas jadi membangunkan Mas Satria. Aku ingin ke toilet."

Satriapun bangkit, lalu berkata, "Ayo, mau aku gendong?"

"Nggak usah Mas, jalan saja," jawab Aisyah malu."

"Aku pegangi selang infusnya. Ayo, nanti sakit jika di tahan-tahan."

Aisyah yang sudah tidak tahan buru-buru turun, tapi kakinya tersangkut hingga dia hampir terjatuh. Untung saja Satria sigap menahan tubuhnya yang limbung.

"Kan, kamu itu masih lemas. Untung tidak terjatuh. Biar aku gendong saja!"

Aisyah pun akhirnya menurut meski dia malu dan dia menyembunyikan wajahnya di dada Satria.

"Mas tunggu di sini saja, ya!" pinta Aisyah.

"Jika perlu bantuan panggil saja ya Syah."

Aisyah pun mengangguk, lalu masuk ke dalam sembari memegang selang infus. Dia kepayahan karena takut tangannya mengeluarkan darah jika botol infus lebih rendah ketimbang tangannya.

Namun Aisyah malu untuk meminta tolong. Akhirnya diapun mempunyai akal, meletakkan botol infus di atas bak air yang ada di kamar mandi tersebut.

Setelah selesai Aisyah pun keluar dan karena kakinya basah, dia hampir terpeleset.

Kembali Satria berhasil menopang tubuhnya.

"Nah kan, aku bilang apa, kamu itu masih lemas, bagaimana jika sampai tadi terjatuh."

Tanpa bertanya lagi, Satria pun langsung menggendong Aisyah kembali ke tempat tidur.

Aisyah tidak berani menolak atau berkata apapun, karena kekhawatiran Satria memang beralasan.

"Tidurlah lagi, aku akan menjagamu."

"Mas, kasihan Mbak Zahra. Terus terang aku merasa nggak enak. Kalian sudah berpisah lama, pasti Mbak Zahra rindu dan butuh perhatian dari Mas."

"Pulanglah Mas, aku tidak apa-apa kok ditinggal, aku janji tidak akan turun dari sini sampai perawat atau dokter datang."

"Sungguh kamu tidak apa-apa aku tinggal?"

Aisyah pun mengangguk dan menjawab, "Ya, susullah Mbak Zahra, Mas."

"Baiklah, kalau begitu kamu tidur ya. Aku pulang dulu dan ingat jangan turun sampai suster atau dokter datang. Minta bantuan suster jika ingin ke kamar mandi."

Setelah mendapatkan anggukan dari Aisyah, Satria pun menyambar kunci mobil da bergegas pergi.

Kini Aisyah sendiri, sambil memandangi langit-langit diapun berhayal, andai Satria hanya miliknya seorang, hidupnya pasti akan bahagia.

Satria yang sudah tiba di rumah, langsung memencet bel hingga membuat Zahra yang baru saja terlelap, kaget dan terbangun.

Zahra berjalan ke arah pintu, bukannya langsung membuka, dia bertanya terlebih dahulu dari balik pintu.

"Siapa?"

"Aku, Satria Ra!"

Setelah mendengar suara siapa yang ada diluar, Zahra pun membukakan pintu dan langsung bertanya, "Lho, Mas kok ninggalin Aisyah?"

"Iya, demi kamu. Aku rindu kamu Ra, apa kamu tidak merindukan ku?" tanya Satria sembari mendaratkan ciuman di bibir mungil Zahra.

Sejenak keduanya terhanyut, mereka menikmati rindu yang sudah membuncah ingin bersatu.

Satria menggendong Zahra, membawanya ke kamar, lalu menutup pintu dengan kakinya.

Hasrat yang sudah lama tidak tersalurkan, membuat keduanya sama-sama menikmati moment panas yang berujung kepada penyatuan.

Tak cukup sekali mereka melakukannya dan Satria baru menghentikan permainannya saat Zahra sudah kehabisan tenaga.

Keduanya pun terbaring kelelahan, lalu tertidur sembari berpelukan.

Aisyah tidak bisa tidur sejak Satria pulang, entah mengapa perasaannya tiba-tiba sedih, padahal tadi dirinya lah yang meminta agar Satria bermalam bersama Zahra.

Pikiran-pikiran buruk pun berdatangan, hingga membuat Aisyah sesenggukan sembari mengelus perutnya.

Malam pun berganti pagi, Aisyah turun dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Dia harus mengerjakan kewajiban meskipun sembari duduk.

Saat suster masuk, Aisyah bertanya, apakah hari ini dia bisa diizinkan pulang atau tidak.

Suster mengatakan harus menunggu keputusan dari dokter dan dokter baru akan datang memeriksa sekitar pukul 10 nanti.

Zahra dan Satria yang kelelahan, bangun kesiangan, lalu keduanya buru-buru membersihkan diri dan menunaikan kewajiban meski hari sudah terang benderang.

Setelah itu Zahra bersiap, mereka harus segera kembali ke rumah sakit.

Karena tidak sempat membersihkan rumah, Zahra pun meminta tolong kepada salah seorang pembantu dari rumah Narandra untuk melakukannya.

Setelah pembantu tidak, Zahra dan Satria bergegas berangkat ke rumah sakit. Mereka akan membeli sarapan di kantin rumah sakit saja.

Setibanya di sana, Zahra pergi ke kantin, sementara Satria langsung menuju ruang rawat Aisyah.

Dia terkejut saat mendapati tempat tidur kosong. Kemudian Satria memeriksa kamar mandi dan dia juga tidak menemukan Aisyah ada di sana.

Satria berlari keluar dan menanyakan kepada suster jaga, tentang keberadaan Aisyah.

Dan suster itupun memberitahu jika Aisyah saat ini sedang berjalan-jalan di taman rumah sakit bersama salah seorang perawat.

Satria pun merasa lega, tadi dia sempat berpikiran buruk, jika Aisyah pergi meninggalkan rumah sakit secara diam-diam.

Dengan setengah berlari, Satria mencari Aisyah di taman rumah sakit dan dia melihat Aisyah duduk di kursi roda dengan di dorong oleh seorang perawat.

Aisyah tampak lebih segar dan Satria melihat tawa Aisyah yang lepas membuatnya semakin cantik.

Satria mendekati keduanya secara diam-diam dan dia mendengar Aisyah bertanya-tanya tentang bagaimana tata cara merawat baby tanpa asi dari ibunya.

Perawat menyarankan agar Aisyah memberikan asi hingga baby berusia 2 tahun meskipun nantinya juga diselingi dengan susu formula.

Perawat yang menoleh ke arah Satria tersenyum saat Satria memberi kode jika dia yang akan menggantikan tugasnya mendorong kursi roda Aisyah.

Aisyah tidak menyadari hal itu, hingga saat dia bertanya lagi dan tidak kunjung mendapatkan jawaban, barulah dia menoleh.

Satria menyeringai menunjukkan barisan giginya yang rapi, lalu berkata, "Aku senang melihatmu tampak lebih segar dan ceria. Bosan ya Syah, di kamar terus?"

"Iya Mas, tadi dokter bilang jika hari ini aku diperbolehkan pulang."

"Syukurlah Syah, ayo kita kembali ke ruangan, aku ingin bertemu dokter karena ada yang ingin aku tanyakan."

"Oh ya Mas, mana Mbak Zahra? kok Mas datang sendiri?"

"Zahra sedang ke kantin, barangkali sekarang sedang mencari kita yang tidak ada di ruangan."

"Nah itu, Zahra!" tunjuk Satria.

"Mbak, kami disini!" teriak Aisyah sembari melambaikan tangan.

Zahra pun mendatangi mereka, lalu berkata, "Aku pikir kamu dan Mas Satria sudah pulang."

"Ya nggak lah Mbak, masa iya kami tega ninggalin Mbak di sini."

"Sini Mas biar aku saja yang mendorong kursi rodanya."

"Baiklah Ra, kalian kembali saja ke ruangan. Aku akan menemui dokter untuk menanyakan tentang kondisi Aisyah dan tentang izin pulang."

Aisyah dan Zahra pun kembali ke ruangan untuk bersiap-siap sambil menunggu Satria kembali.

Bersambung....

1
Dwi ratna
kesian ais
Dwi ratna
upik abu jd Cinderella ya syah
Dwi ratna
kebanyakan ma gladis tuh jd antagonis ya
Dwi ratna
berarti ssatria mw dnikahin sm sepupuny apa?
Dwi ratna
komen ah msa cm bca doang, kesian othorny...
Alya Yuni
Mati aja kau Zahra jdi prmpuan ko trllu bodoh
Alya Yuni
In yg buat ak mls bca npa penulis membuat sya mlas bca
Cinta Suci
alloh irham
neny
wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh,,mohon maaf lahir dan batin ya kak othor 🙏😘
neny: aamiin yra 🤲🤲
Juliatik: Sama-sama Kak. Terimakasih atas dukungannya ya Kak, semoga kita tetap diberikan kesehatan hingga lancar menjalankan ibadah puasa.🙏😘🥰🥰🥰
total 2 replies
Uchi Hafiz
lanjut
Puput pujiati
mantab
Uchi Hafiz
lanjut
neny
kerasa banget euy sakit nya di hati aq ,,,bentengi hati mu aisyah,,km harus kuat,,
Uchi Hafiz
lanjut
Avatar
Semangat..kak..
mama oca
mampir thor.. cerita yang bagus..semangat kakak
neny
cerita nya sangat menarik,,sy senang membaca nya,,semangat kak othor untuk menghasilkan karya terbaik,,tetap sabar dlm mencapai kesuksesan,,krn semua itu tdk instan,,,pokok nya semangat 💪💪💪😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!