Sepuluh tahun setelah dunia porak-poranda akibat perang nuklir, para penyintas hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Monster hasil mutasi berkeliaran, kelaparan menjadi musuh sehari-hari, dan manusia yang seharusnya saling membantu justru menjadi ancaman paling mematikan.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pejuang mencoba bertahan, menggenggam harapan tipis di dunia yang nyaris mati. Dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi global ini, tentunya dengan satu pertanyaan yang masih menggema.
"Benarkah dunia ini hancur karena nuklir? Atau karena busuknya hati manusia itu sendiri?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chubby Lion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trovan 2
Keesokan paginya.
"Djer!!" pintu kamar Kael terbuka.
"Tung tung tung sahurr!!" teriak Kai
"Bangun-bangun, bangun Kael"ucap Kai mendekat kekasur Kael.
"??!!, bukankah ini masih terlalu pagi?"tanya Kael mengusap-usap matanya.
"Ngh!!"Kael meregangkan tubuhnya.
"Yang lain udah pada ready tuh, sana siap-siap, kita tunggu di gerbang selatan"ucap Kai.
"Tidur bentar lagi ga bisa kah?"tanya Kael. Kai segera menarik kaki Kael dan menyeretnya.
"Alah, sana mandi"ucap Kai melempar Kael keluar ruangannya.
"Uh....iya iya"ucap Kael.
Setelah kurang lebih setengah jam berlalu akhirnya Kael sampai digerbang Selatan.
Kael berjalan sembari merapihkan knuckle nya. Kai, Lira dan seorang super kereta kuda telah siap disana.
ketiganya berkumpul di gerbang sana dan tidak lama kemudian komandan Revar menghampiri mereka untuk memberikan pengarahan terakhir sebelum keberangkatan dimulai.
Komandan Revar berdiri di depan mereka.
"Nampaknya semua nya telah siap ya?"tanya komandan Revar.
"Semuanya? bukannya kemarin disebutkan 5 orang ya yang akan mengikuti ekspedisi ini?"tanya Lira.
"Betul, nantinya akan ada dua orang yang membantu kalian, seharusnya mereka berada di Rank A saat ini, mereka sangatlah kuat dan akan membantu kalian"
"Jadi jangan terlalu khawatir"ucap komandan Revar.
"Dua anak muda itu akan menyusul kalian nanti, seharusnya mereka sudah mendapatkan suratnya"
"Seharusnya?"tanya Kai menyipitkan matanya
"Ada kemungkinan mereka tidak nerima suratnya dong?"bisik Kai.
"Aku bisa mendengarmu dari sini Kai, tenang saja mereka akan menyusul setelah misi sebelumnya selesai, seharusnya mereka berdua juga akan tiba tidak lama setelah kalian tiba di Trovan"
"Ingatlah jika situasi di Trovan mulai tidak dapat kalian kendalikan, segeralah mundur."
"Selalu utamakan keselamatan kalian, Trovan bukanlah Radovile, tidak perlu mengorbankan darah dan daging kalian untuk Trovan"
"Bantu saja sebisanya dan juga pastikan kalian tidak melakukan hal-hal aneh di Trovan"ucap komandan Revar.
Kael mengepalkan tangan, merasakan berat Knuckle tajam yang menjadi senjata andalannya.
Kai mengangguk dan segera menghitung jumlah belati yang terselip rapi di sabuk pinggangnya, sementara Lira mengenakan sarung tangan kulitnya dan memastikan setiap jari pas di tempatnya.
"Baiklah, jika kalian sudah siap, berangkatlah sekarang"ucap komandan Revar.
Tanpa banyak bicara, ketiganya segera menaiki kendaraan yang disediakan. sebuah kereta kuda sederhana.
"Dizaman yang semi modern ini, masih aja ya pakai kuda"bisik Kai
"Apakah Radovile akan bangkrut? kenapa ga pakai mobil aja?"pikir Kai
"Sudahlah, berhenti mengeluh"ucap Lira
"Tapi ternyata ada juga ya hewan yang belum termutasi"tanya Kael.
Kai dan Lira menatap kearah Kael, "Sigh" Lira menghela nafas.
"Itulah untungnya, bersyukur tidak semuanya menjadi mutasi, namun jumlah mereka seperti yang kau lihat, minoritas"ucap Lira.
"Mereka (makhluk non mutasi) sangat dijaga kehidupannya, tanpa kamu ketahui Radovile memelihari berbagai jenis hewan yang masih normal dan dibudidayakan"
"Namun tidak jarang pula ada hewan mutasi atau makhluk apapun itu yang bermutasi namun dapat dijinakkan"ucap Kai.
"Seperti di wilayah Jaabana, itu adalah salah satu kerajaan pasur dizaman ini, mereka memiliki tunggangan berupa kadal gurun"ucap Kai
"Ouh aku mulai mengerti, itu masuk akal, melihat bagaimana manusia juga terbagi menjadi dua, normal dan mutas."pikir Kael.
Kereta kuda perlahan berjalan dan bergerak dengan kecepatan konstan. Mereka melewati jalanan rusak dan bangunan bangunan reruntuhan tua.
Sepanjang jalan suasana sekitar hanya dipenuhi oleh reruntuhan yang rusak.
Suasana agak canggung, hingga Kai mengajak bicara mereka.
"Ga ada topik kah?"tanya Kai
Lira dan Kael menggelengkan kepala.
"Hnmm kalian mau liat pertunjukkan ga?"tanya Kai mengeluarkan belatinya.
"Sebaiknya jangan aneh-aneh Kai"ucap Lira
"Oh ga aneh-aneh kok cuman pertunjukan sirkus sederhana"ucap Kai memutar-mutar belatinya dan melemparnya keatas selayaknya memainkan bola juggling disirkus.
Saat memamerkan kemampuannya, tiba-tiba kereta kuda terhenti dan membuat Kai terdorong kearah Lira.
Wajah Kai hampir menyentuh Lira dan belati Kai terjatuh dilantai.
"Kai!!"ucap Lira memukul kepalanya
"Aduh...."ucap Kai
Kael segera menatap kearah jalan dan memeriksa apa yang terjadi, ternyata beberapa mutasi tingkat 1 muncul di jalan dan menghalangi kuda mereka.
Mereka adalah makhluk kecil dengan tubuh mengerikan, dipenuhi duri tajam layaknya seekor landak dengan ukuran seekor anjing.
"Oh sepertinya ini akan menjadi pemanasan kita," ujar Kai dengan senyum lebar. Dia melompat keluar kendaraan dan melemparkan dua belati, tepat mengenai makhluk pertama.
"Headshot"ucap Kai, sebelum Lira memukul kepalanya untuk yang kedua kalinya.
"Tung!"
"Aduh... kenapa dipukul lagi??"tanya Kai
"Tingkah mu konyol"ucap Lira singkat.
Kael menatap mereka dan tersenyum tipis, kembali fokus Kael segera majh dan menghantam mutasi lain dengan Knuckle-nya, serangannya cepat dan mematikan.
Lira dengan tenang menyaksikan mereka dari samping kendaraan.
Pertarungan ini tak perlu waktu lama dan segera selesai dengan cepat, mereka kembali masuk ke dalam kendaraan.
"Aku tidak mengira kamu akan berkembang secepat ini Kael, kau telah berkembang melihat bagaimana dirimu bisa membunuh mutasi tingkat 1 tanpa kemampuan Radiant dengan mudah"puji Kai.
"Yaa walaupun mutasi tingkat 1 bahkan tidak membuatku berkeringat," kata Kai sambil duduk kembali dan menyombongkan dirinya.
"yaa simpanlah energimu, kita belum sampai," balas Lira sambil menatap ke sekitar..
Setelah beberapa jam, perjalanan menjadi semakin membosankan. Jalan yang panjang dan sunyi hanya ditemani dengan percakapan ringan dari Kai dan Kael.
Sesekali Kai bercanda dan candaannya terdengar Cringe. "Kalian tau kenapa ayam menyebrangi jalan?"tanya Kai.
"Kenapa?"
"Karena kandangnya ada disebarang jalan"ucap Kai sembari tertawa.
"Ada apa dengan humor lelaki satu ini, aku masih tidak tau kenapa aku bisa berteman dengannya, sigh..."gumam Lira menghela nafas
Namun setelah penantian panjang akhirnya mereka tiba di Trovan.
Mereka turun dari kereta dan Kai segera melangkah maju menuju gerbang besar markas Trovan.
Gerbang itu terlihat kokoh meskipun terdapat beberapa retakan besar di sana-sini. Dua penjaga berdiri di depan gerbang, membawa senapan besar dengan tatapan curiga.
"Jadi ini ya Trovan, cukup miris juga melihat temboknya berlubang"
"Temboknya pasti kekurangan odol gigi"ucap Kai berniat bercanda
Lira segera menarik telinga Kai, "hentikan candaanmu, sana minta izin masuk"ucap Lira mendorong Kai
Kai segera mengangkat tangannya dengan santai. Aku Kai, kesatria dari Radovile dan password nya "Fried Chicken," katanya dengan nada me banggakan diri.
"Haihhh sekarang aku menyesal menyuruh nya meminta akaes masuk"ujar Lira
Kael hanya tertawa kecil, "tapi dia terlihat lebih ceria hari ini, bukankah itu hal tang Bagus?"tanya Kael.
"Hnmm benar juga sih"ucap Lira
Penjaga itu saling pandang lalu mengangguk. "Silakan masuk."
Saat gerbang terbuka, mereka disambut dengan pemandangan yang menunjukkan keadaan Trovan yang agak ricuh dimana-mana.
Markas Trovan yang tampak hancur akibat serangan mutasi. Bangunan-bangunan yang terlihat rusak, beberapa yang hampir runtuh sepenuhnya.
Dan sekelompok warga bekerja keras memperbaiki tembok-tembok yang bolong disudut jalan.
Kondisi mereka benar benar kritis, bahkan anak-anak kecil duduk di dekat reruntuhan, wajah mereka lelah namun penuh dengan harap.
Sementara itu, para prajurit Trovan berpatroli dengan waspada, senjata mereka siap digunakan kapan saja.
"Saatnya pahlawan disambut, ayo kita keruangan utama"ucap Kai semangat.
"Ada apa dengannya hari ini"ucap Lira heran.