NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 — Pertemuan yang Tidak Diinginkan

Alana melangkah masuk ke rumahnya. Seperti biasa, beberapa asisten rumah tangga segera menyambutnya, termasuk Ibu Siti—ibu kandung Nisya—yang menjadi satu-satunya pekerja paruh baya di antara mereka yang masih muda.

“Nona, apakah Anda membutuhkan sesuatu?” tanya salah satu dari mereka dengan sopan.

“Tolong buatkan es americano dan antar ke kamar,” jawab Alana tanpa menghentikan langkah. Namun, baru beberapa langkah kemudian ia teringat sesuatu dan berhenti.

“Oh ya, tolong cucikan jaket ini.” Ia menyerahkan jaket yang dibawanya kepada salah satu asisten rumah tangga terdekat.

“Baik, Nona. Akan segera saya cucikan,” sahut asisten itu sambil menerima jaket dari tangan Alana.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Alana kembali melangkah menuju kamarnya. Rumah itu nyaris selalu sunyi, hanya diisi oleh para asisten rumah tangga, satpam, dan sopir. Kedua orang tuanya jarang sekali berada di rumah.

Alana melemparkan tasnya sembarangan ke atas sofa di kamarnya, lalu merebahkan diri di atas ranjang sambil menatap langit-langit. Ia tahu Jendral telah membohonginya—tidak ada bau air liur di jaket lelaki itu. Namun entah mengapa, ia tidak terlalu mempermasalahkannya.

“Huft,” Alana menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Banyak hal tak terduga terjadi hari ini.

“Jendral bodoh kalau suka sama cewek kayak gue,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari langit-langit kamar. Ia tidak akan melakukan apa pun untuk menghentikan perasaan Jendral, tetapi ia juga tidak akan membiarkan lelaki itu masuk ke dalam hatinya.

Tidak lama, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, disusul suara asisten rumah tangga dari luar.

“Maaf mengganggu, Nona. Ini es americano yang Anda pesan,” ucap sang asisten.

“Masuk saja,” sahut Alana tanpa mengubah posisi. Tubuh dan pikirannya sedang terlalu lelah untuk bergerak.

Asisten rumah tangga itu masuk dan meletakkan es americano di atas meja nakas, tahu persis apa yang harus dilakukan saat melihat Alana masih berbaring di ranjang.

"Terima kasih," ucap Alana. Ia tidak lupa berterima kasih pada asisten rumah tangga tersebut. Ia boleh saja tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tua, tapi itu bukan alasan untuk tidak memiliki etika.

Asisten rumah tangga itu mengangguk sebagai respons, lalu pamit keluar dari kamar Alana. "Jika tidak ada lagi yang Anda perlukan, saya izin keluar," ucapnya dengan sopan.

Alana mengangguk, membiarkan asisten rumah tangga itu keluar. Setelah pintu kamarnya tertutup, ia kembali menatap langit-langit kamarnya. Jika dilihat dengan mata, Jendral sebenarnya lelaki tampan yang banyak diidamkan perempuan, tetapi tidak bagi perempuan dengan banyak trauma seperti Alana.

"Semoga aja dia cepat sadar," gumamnya, lalu memejamkan mata sejenak. Saat mata itu hendak terpejam lebih lama, ia teringat pada es americano buatan asisten rumah tangganya.

"Gue minum dulu deh, biar pikiran gue fresh," ucap Alana sambil mengubah posisinya menjadi duduk. Ia meraih es americano di atas meja, lalu mulai meminumnya.

Ada alasan mengapa Alana lebih menyukai es americano dibandingkan minuman manis lainnya—ia tidak cocok dengan rasa manis. Hidupnya sudah terlalu pahit untuk bisa menikmati manisnya minuman seperti orang-orang pada umumnya.

Ting.

Sebuah notifikasi pesan mengalihkan perhatian Alana dari es americano-nya. Ia meletakkan gelas itu di tempat semula, lalu berjalan menuju sofa untuk mengambil ponsel yang tersimpan di dalam tasnya.

Naresh:

Lo senggang malem ini? Dinner bareng, yuk.

Alana menatap layar ponselnya cukup lama. Aneh, pikirnya. Tiba-tiba sekali Naresh mengajaknya makan malam. Biasanya, kalau memang ingin makan bareng, Naresh langsung datang dan mereka akan makan di rumahnya—bukan lewat pesan.

Naresh:

Dinner di luar.

Tidak butuh waktu lama bagi Alana untuk menyetujui ajakan Naresh. Ia langsung mengetikkan balasan dan mengirimkannya.

^^^You:^^^

^^^Gue senggang kok, ayuk.^^^

Senyuman tipis terlukis di bibirnya saat pesan itu terkirim. Centang dua di layar ponselnya langsung berubah biru—tanda bahwa Naresh sedang standby di sana.

Naresh:

Nanti gue jemput lo.

^^^You:^^^

^^^Sip.^^^

Alana membawa ponselnya ke arah ranjang, lalu duduk di sana dan kembali menyesap es americano yang sempat terabaikan.

"Setelah ini gue harus mandi dan siap-siap," gumamnya pelan setelah menelan sisa minuman di mulutnya.

Ini adalah pertama kalinya, setelah sekian lama, Naresh mengajaknya makan malam di luar. Karena itu, ia ingin menunjukkan penampilan terbaik—agar Naresh tahu, dirinya benar-benar antusias menyambut malam ini.

***

Malam pun tiba. Semua berjalan lancar—mulai dari Alana yang bersiap tampil cantik hingga Naresh yang datang menjemputnya tepat waktu. Namun, masalah muncul saat mereka tiba di restoran tempat makan malam itu akan berlangsung.

Di sana, mereka bertemu Jendral dan gengnya.

Sebenarnya, tidak ada yang dilakukan Jendral maupun gengnya. Mereka hanya duduk di meja mereka sendiri, tidak mengganggu. Tapi bukan soal tindakan mereka—yang bermasalah adalah hati Alana.

Ada sesuatu yang bergetar dalam dirinya saat tatapan Jendral menangkap kehadirannya… bersama Naresh. Terlebih lagi, mereka duduk di meja yang berdekatan.

"Kebetulan sekali ya?" ucap Dewa, memecah ketegangan tipis yang sempat terjadi. Ia belum pernah berkenalan langsung dengan Naresh, sahabat Alana. Tapi mereka adalah The Rogues—informasi apa pun, termasuk tentang Naresh, tentu sudah ada di tangan mereka.

Aska mengangkat tangan, seolah sedang menyapa teman lama setelah sekian lama tak bertemu.

"Tenang, kali ini gue nggak bakal video-in lo kok," ucapnya sambil bercanda kepada Alana. Meski bernada ringan, ada kegugupan terselip. Ia masih ngeri membayangkan tatapan Alana waktu dirinya ketahuan merekam perempuan itu diam-diam.

Naresh menatap Aska dan Alana secara bergantian. The Rogues memang dikenal sebagai geng yang bisa dengan mudah mendapatkan informasi, tapi dia—Naresh—adalah CCTV berjalan-nya Alana. Ia tahu setiap hal yang terjadi pada Alana di sekolah, bahkan yang tak diucapkan sekalipun. Dan satu lagi: Naresh juga seorang hacker. Informasi tentang The Rogues? Sudah ada di tangannya.

"Alana nggak pinter ngobrol," ucap Naresh, mewakili sahabatnya yang tetap diam merespons candaan Aska.

"Lo tahu banget tentang Alana kayaknya," Jendral menyambar ucapan Naresh, meskipun matanya tetap tertuju pada Alana. Rasa cemburu menggelayuti dirinya, melihat Alana makan malam bersama Naresh. Namun, di dalam hati, Jendral tahu dirinya bukan siapa-siapa bagi Alana. Bahkan, mereka baru saja bertemu dan saling mengenal tadi pagi.

"Ya, gue sahabatnya. Tentu gue tahu," balas Naresh dengan santai, tidak terpengaruh oleh ucapan Jendral. Kepribadiannya yang tenang memang sudah terkenal—ia hampir tidak pernah tampak terpengaruh oleh apa pun, apalagi dalam situasi seperti ini.

"Sahabat?" Jendral tertawa, seolah mentertawakan pengakuan Naresh. "Gue nggak yakin kalian cuma sahabatan."

Suasana langsung menjadi lebih tegang, apalagi Jendral dan Alana masih saling menatap. Tatapan mereka terasa seperti dua orang yang sedang berusaha membaca pikiran satu sama lain, tanpa kata-kata.

"Kita nggak punya kewajiban buat bikin lo yakin," jawab Alana, semakin menambah ketegangan di udara. Suaranya tenang, tapi setiap kata terasa tajam.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!