Demi menghindari kejaran para gadis Reby Putra Maheswara membawa seorang gadis desa yang bernama Rania untuk ia jadikan tameng agar tidak ada yang berani lagi mendekatinya, namun yang terjadi malah hatinya terikat pada gadis yang selalu mengklaim dirinya sebagai calon suami itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Alika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Rania dan Radit pun kini sudah sampai di kediaman Maheswara, Rania berdecak kagum saat melihat rumah yang besar dan begitu mewah. Rania berpikir bayi siapa pikir Rania yang ada di rumah ini.
"Ayo kita masuk, Nyonya Bira sudah menunggu didalam," ajak Radit. Rania pun mengikuti Radit dari belakang. Pikiran Rania pastilah orang yang Radit sebut Nyonya Bira adalah ibu dari bayi yang akan Rania asuh hari ini.
Setelah mengantarkan Rania kepada Bira, Radit pun kembali ke kantor karena masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan apalagi hari ini Reby tidak masuk bekerja otomatis pekerjaannya menjadi bertambah banyak.
Bira tersenyum saat melihat Rania, setelah melihat Rania dari dekat ia seperti merasa pernah melihat Rania tapi dimana, selain di pesta kemarin tapi Bira lupa pernah melihatnya dimana. Namun setelah Rania datang akhirnya biarpun mengerti apa yang dimaksud oleh Regan dengan Dokter cinta itu.
"Rania, hari ini kami bantu aku ngurusin anak aku ya. Dia lagi sakit. Dia paling anti sama dokter jadi aku minta bantuan kamu buat rawat dia, " ucap Bira.
"Iya Nyonya, " jawab Rania.
"Jangan panggil Nyonya atuh, " Rania tersenyum saat mendengar nada bicara Bira karena ternyata wanita cantik ini satu spesies dengannya.
"Terus Rania manggilnya apa, ?"
"Emmm, panggil Mommy aja gak apa-apa. Jangan panggil Tante karena aku bukan Tante -tante," ucap Bira sambil tertawa.
"I-Iya Mom..."
"Nah itu, panggil Mom aja gak apa-apa. Ayo Mom anterin ke kamar anak Mommy," ajak Bira.
"Bayinya lagi tidur ya, ?" Tanya Rania sambil berjalan mengikuti Bira.
"Iya, bayi gede kalau sakit suka manja banget. Di periksa sama dokter gak mau. Di suruh minum obat juga susah," jawab Bira. Semakin penasaran saja Rania dengan bayi besar itu. Dan juga ia takut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Rania hanya gadis remaja yang beranjak dewasa, ia belum mempunyai pengalaman dalam mengurus bayi. Jadi jujur saja ia merasa bingung dengan apa yang akan ia lakukan sekarang pikirnya.
'Coba aja ada A Reby, pasti Rania teh sekarang lagi kerja sama A Reby dan gak usah ngurusin bayi,' gumam Rania dalam hati.
"Nah ini kamarnya, kamu tolong bantuin jaga yah. Mommy ada di kamar yang itu kalau kamu perlu sesuatu," ucap Bira yang akan ikut menjaga anaknya dari luar kamar. Karena takut Reby akan mengajak Rania bercocok tanam.
Ceklek.
Rania pun membuka pintu kamar Reby, kamar itu terlihat sepi, dan anehnya kamar ini tidak terlihat seperti kamar bayi. Melihat tatanan ruangannya terlihat seperti kamar seorang pria di lihat dari warna cat nya yang terlihat gelap namun tetap elegan.
"Mana bayinya ini teh, " gumam Rania.
Rania melihat ke arah ranjang, namun ranjang itu terlihat kosong dengan selimut berantakan seperti habis dipakai. Rania pun ingin ke kamar Bira, takutnya Bira menunjukkan kamar yang salah karena di kamar itu ternyata tidak ada bayi dan tidak terlihat seperti kamar bayi.
Baru saja Rania akan melangkahkan kakinya ke luar, tiba - tiba sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.
"Kenapa kau datang kemari, apa kau merindukanku, ?" bisiknya di dekat telinga Rania hingga hingga tubuh Rania terasa meremang. Dan Rania sangat kenal dengan suara ini, suara orang yang selalu memanjakannya akhir-akhir ini. Rania pun membalikan tubuhnya dan melihat ke belakang, dan ternyata benar jika yang sedang memeluknya saat ini adalah Reby.
"A Reby, ngapain A Reby di sini,,,,?" Tanya Rania.
"Ini rumahku, tentu saja aku ada disini, "jawab Reby.
"Terus bayi besar yang katanya harus dirawat Rania teh mana,?" Tanyanya masih bingung.
"Bayi besarnya ada di hadapanmu, " jawab Reby dan kemudian memeluk tubuh kecil itu. Rania merasakan hawa panas di tubuh Reby.
"Ihhh jadi ini bayi gede nya, Rania udah deg -degan tahu." ucapnya sambil menepuk dada Reby perlahan. Reby tersenyum namun wajahnya terlihat pucat.
"A Reby badannya panas, ayo tidur, " ucap Rania dan mengajak Reby untuk tiduran di kasurnya.
"Aku akan tidur tapi kau temani aku, "
"Iya Rania temenin, ayo, " ajak Rania dan menuntun Reby kemudian ia pun membantu Reby membaringkan tubuhnya. Rania pun menyelimuti Reby dan memegang keningnya.
"Rania ambil air buat kompres dulu ya,"
"Jangan, duduklah di sini," ucap Reby dan memegang tangan Rania. Rania pun menurut dan membelai rambut Reby dengah lembut. Ia masih tidak menyangka jika macan salju yang galak itu kini berada di dekatnya dan tidak berdaya.
Rania pun terlihat melamun, namun Reby tiba-tiba menariknya dan juga mengungkungnya. "Beri aku obat dulu, " ucapnya dan kemudian mencium bibir Rania dengan lembut dan penuh cinta.
Ciuman kali ini terasa sangat lembut mungkin karena Reby juga sedang sakit, jadi ia merasa lemas.
Reby menumpahkan semua kerinduannya pada Rania, begitu pun dengan Rania yang menyambut ciuman dari Reby. Mereka berdua tengah asik bertukar saliva saat ini. Sampai terdengar suara cempreng terdengar dari luar.
"Eby.....awas, di kontrol gagang sapunya, " teriak Bira dari luar kamar dan langsung menghubungi Regan.
"Astaga, " Reby terkejut namun Rania merasa sangat malu dibuatnya.
"Mas suami, ini mah harus cepet-cepet ngadain hajatan !!!"
"Apa ...!!!"
thanks ya Thor lucu tak membosankan ..