NovelToon NovelToon
A Night With Mr. Ex-Husband

A Night With Mr. Ex-Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Selingkuh
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Eleanor tak pernah membayangkan akan bertemu Nicholas lagi, mantan suami yang bercerai darinya tujuh belas tahun silam. Semua berawal dari pesta rekan kerja yang ia datangi demi menemani sahabat kecilnya, William. Malam yang mestinya biasa berubah kacau saat tatapannya bertemu dengan Nicholas, lelaki yang dulu pernah ia cintai habis-habisan sekaligus orang yang paling ia hindari saat ini. Pagi hari setelah pesta, Eleanor menemukan dirinya terbangun tanpa pakaian di samping Nicholas. Pertemuan malam itu membawa hubungan baru dalam hidup keduanya. Apalagi setelah Nicholas dikejutkan dengan keberadaan remaja berusia enam belas tahun di rumah Eleanor.
Bagaimana takdir akan membawa hubungan mantan suami istri itu kembali? Atau justru Eleanor akan menemukan cinta yang baru dari seorang berondong yang sudah lama mengejar cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Terpengaruh

Eleanor berdiri di depan lemari pakaian, jemarinya menyisir deretan gaun yang tersusun rapi. Ia menatap satu per satu, mengukur bukan hanya potongan dan warna tapi juga pesan yang akan dikirimkan begitu ia memakainya.

Akhirnya, ia menarik sebuah gaun satin biru tua dengan potongan yang elegan, ringan dan menonjolkan garis tubuhnya. Gaun itu membuat kulitnya yang halus terlihat semakin segar, memberi kesan muda tanpa kehilangan wibawa seorang wanita dewasa. Rambut hitamnya ia biarkan terurai lembut dengan sedikit gelombang di ujung, riasan wajahnya tipis yang mempertegas mata dan bibir. Tidak ada kilau berlebihan, tidak ada perhiasan mencolok. Hanya sepasang anting mutiara kecil yang menggantung manis di telinga.

Ia meraih clutch kecil dan memastikan undangan terselip di dalamnya. Eleanor menarik napas panjang lalu bergumam pada dirinya sendiri. “Ini hanya makan malam kerja, tidak lebih.”

Restoran hotel bintang lima di jantung Paris itu berkilau malam ini. Eleanor melangkah masuk dengan langkahnya yang tenang, heelsnya mengetuk lantai dengan irama yang beraturan. Beberapa kolega dan klien sudah berkumpul, menyambutnya dengan senyum ramah.

“Madame Chen,” salah satu direktur pria paruh baya berdiri menyambut, “senang sekali Anda bisa hadir.”

Eleanor tersenyum anggun, berjabat tangan lalu duduk di kursi yang sudah disediakan. Percakapan ringan segera mengalir mulai dari tentang kota, cuaca lalu lintas yang semakin padat. Eleanor tidak banyak bicara namun mampu menjawab dengan santai ketika diminta berpendapat.

Suasana berjalan nyaman hingga pintu ruang VIP terbuka menampilkan Nicholas dengan setelan jas hitam yang terpotong sempurna dan kemeja putih bersih tanpa dasi yang memberi kesan santai tapi tetap berkelas. Tatapan matanya menyapu ruangan dan berhenti tepat pada Eleanor. Sekilas, seperti tidak ada orang lain di sana.

Eleanor menegakkan punggung, menahan napas sesaat lalu mengalihkan pandangan dengan anggun. Ia menyambut salah satu klien wanita dengan obrolan ringan, seolah tidak menyadari kehadirannya.

Nicholas berjalan mendekat, berjabat tangan dengan para tamu satu per satu. Suaranya rendah, dalam, bergetar halus seperti bariton yang dipoles waktu. Namun ketika ia akhirnya berdiri hanya dua kursi dari Eleanor, semua energi di meja itu seolah berubah.

Ia hanya memberi anggukan kecil padanya, sopan dan nyaris terlalu formal. Tapi matanya menyimpan sesuatu yang intens dan dalam. Eleanor membalas dengan senyum tipis yang dingin. Tidak ada salam dan tidak ada kata.

Nicholas duduk tepat di depan kursi Eleanor. Ia masih menatapnya seolah sedang menunggu kapan akan bereaksi. Tapi Eleanor tetap tenang, memutar gelas anggurnya perlahan lalu melanjutkan obrolannya dengan klien di sebelahnya.

Hidangan pertama disajikan, foie gras dengan saus manis yang harum. Percakapan di meja perlahan berubah dari basa-basi menjadi lebih serius.

Eleanor yang terbiasa dengan pola jamuan bisnis, segera mengambil peran. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, suaranya jernih dan mantap.

“Jika rencana ekspansi ke Asia Timur benar-benar ingin berjalan lancar, saya sarankan perusahaan tidak hanya memikirkan distribusi. Anda perlu mempertimbangkan faktor budaya yang dapat menjadi hambatan serius jika diabaikan.”

Beberapa klien mengangguk terlihat antusias. Namun salah satu pria muda di ujung meja tersenyum, melambaikan tangan ringan.

“Madame Chen,” katanya ramah, “kami sudah cukup puas dengan analisis Anda saat rapat. Malam ini, kami ingin mengenal Anda secara lebih… personal.”

Eleanor terdiam sesaat. Senyum tipisnya masih terjaga, tapi dalam hati ia kaget.

Personal?

Ia melirik undangan yang terlipat di clutch kecilnya. Tulisannya jelas dinner of agreement. Jamuan untuk menandai kesepakatan, bukan pertemuan sosial untuk kedekatan personal.

Sekilas ia melirik ke arah Nicholas. Pria itu duduk santai dengan satu tangan di tepi meja, menatapnya dengan senyum tipis dan alis terangkat seolah sudah tahu reaksi Eleanor.

Eleanor menyesap anggurnya, lalu menoleh kembali pada klien.

“Tentu,” jawabnya lembut. “Saya tidak keberatan. Paris terlalu indah untuk dihabiskan dengan pembicaraan angka semata.”

Para tamu tertawa kecil, suasana menjadi lebih hangat. Obrolan pun mengalir ke arah cerita ringan seperti makanan favorit, kota yang paling berkesan bahkan pertanyaan iseng tentang bagaimana Eleanor beradaptasi di Eropa.

Eleanor menjawab semua dengan elegan. Tidak ada jeda ragu, tidak ada tanda bahwa ia merasa terganggu.

Nicholas terus mengamati. Ia menunggu ledakan kemarahan, protes atau sekadar tatapan menuntut. Namun sebaliknya, Eleanor Chen tetap duduk anggun, santai dan sama sekali tidak terganggu.

Hidangan utama datang, filet daging sapi yang dipotong tipis dengan saus merah anggur mengkilap di atasnya. Percakapan di meja kini penuh tawa ringan. Eleanor tetap menjaga ritme dengan satu komentar cerdas diakhiri satu senyum anggun dan cukup keheningan untuk membuatnya tampak misterius.

Nicholas memiringkan tubuhnya sedikit, seakan ingin masuk ke dalam lingkaran kecil obrolan Eleanor dengan dua tamu.

“Madame Chen,” suaranya serak dan dalam, “Anda terlihat… lebih muda malam ini.”

Eleanor menoleh perlahan, alisnya terangkat sedikit. “Apakah itu komentar profesional, atau sekadar basa-basi biasa?”

Nicholas tersenyum tipis, “Anggap saja pengamatan jujur.”

Klien di sebelah Eleanor menimpali sembari tertawa kecil, “Nicholas selalu terlalu to the point. Tapi dia benar, Anda memang memancarkan energi muda malam ini.”

Eleanor membalas dengan senyum sopan, lalu melanjutkan obrolan dengan klien itu tanpa memberi ruang lebih pada Nicholas. Seolah kalimatnya tadi hanya angin lalu.

Namun Nicholas tidak berhenti. Ia mencondongkan diri sedikit, menggeser gelas anggurnya.

“Lucu,” bisiknya lagi ketika jeda muncul, “bagaimana seseorang bisa berubah total hanya dalam semalam.”

Eleanor menoleh dengan ekspresi datar.

“Orang bisa berubah setiap saat, Nicholas. Itu bukan hal aneh atau… Anda hanya baru sadar?”

Ada keheningan sejenak di antara mereka, ketegangan halus yang hanya bisa dirasakan keduanya. Klien lain melanjutkan obrolan riang, tak menyadari permainan kecil yang terjadi di bawah permukaan meja itu.

Nicholas menatapnya lebih lama seolah ingin menyingkap lapisan demi lapisan di balik wajah tenangnya. Tapi Eleanor tidak bergeming, ia fokus pada makanannya.

Jamuan memasuki hidangan penutup, crème brûlée dengan permukaan karamel yang retak ketika sendok menyentuhnya. Para tamu masih bercakap ringan dengan segelas anggur masing-masing yang menghangatkan ruangan.

Nicholas menunggu saat yang tepat, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke Eleanor. Suaranya rendah, nyaris berbisik.

“Apakah kita akan terus berpura-pura malam itu tidak pernah terjadi?”

Eleanor berhenti sesaat, sendok kecilnya menggantung di udara. Ia kemudian menaruhnya kembali perlahan di piring, menegakkan tubuh dan menoleh padanya dengan senyum ringan yang tak terbaca.

“Pura-pura?” jawabnya datar. “Nicholas, itu hanya kesalahan satu malam. Kita sama-sama mabuk. Saya tidak terbiasa memperpanjang hal-hal yang tidak berarti.”

Dalam sekejap tatapan Nicholas menajam. Ia tidak percaya Eleanor yang mengabaikannya sejelas ini. Ia bukan wanita yang sama tujuh belas tahun lalu.

Eleanor meneguk sedikit anggurnya, lalu beralih bicara dengan salah satu klien tentang galeri seni terbaru di Le Marais. Percakapan mengalir mulus, semua orang di meja bisa merasakan betapa ia menguasai suasana dengan elegan.

1
Jordin Yanti
bagus thor
Henik Astutik
Ditunggu POV Nicholas tor.. sepertinya ada 'sesuatu' terjadi di masa lalu dan masih jadi misteri yang belum terungkap kebenarannya. Semangat tor. selalu ditunggu up nya. 👍💪
Grace Putri: aku malah mikirnya nich sakit hati krna mgkn pas ketauan di club sama cewek lain, trs ele mau bunuh diri, ele lgsng menghilang tp tbtb ada surat cerainya, kya dibantu hilang sama temennya.
total 2 replies
Grace Putri
lanjutttt thor
Grace Putri
lanjut thorrrrrr, aaaa makin seru makin bnyk yg bacaa jugaaa
Grace Putri
wahhh dar der dor sih hbs ini pasti, sad bgtttt ele
Grace Putri
up lg thorrrr
Ais
nicholas ini emang manipulatif dan NPD ya apa dia ngak sadar atas kesalahannya yg tertangkap basah lagi naikin LC di club malam duh nicholas apa perlu kepala kamu dipukul pake palu biar sadar apa yg sdh kamu perbuat sm ele justru kamu yg sdh melukai harga diri ele dan kehormatan ele sbg istri yg mencintai kamu dgn tulus😤😤😤😤capek banget ktm manusia macam nicholas ini
Grace Putri
ga ngerti sama nich, tp aku berharap author bikin banyak kejutan kedepannya, aku siap menunggu dar der dor nich ele wkwkw
Vivian
𝚜𝚎𝚖𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚔..
𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚞𝚙𝚍𝚊𝚝𝚎 𝚡.. 🤭
𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞 𝙺𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚊𝚗 𝚡.. 💪
Elmira
ceritanya bagus 😘😘😘
Grace Putri
tambah lg thorrr 🫣
Grace Putri
oh, apa william ya yg nolong ele pas mau bundir 17 tahun lalu ?
Ais
bnr jng mau ngalah dan kalah lagi dr nicholas bantai aja laki bastard ini ele dgn cara sikap kamu yg anggun dan elegan dan kita lihat siapa yg akan mengakui kekalahan serta meminta maaf emang jenis pecundang sejati nicholas ini😤😤😤😤
Grace Putri
3 bab lagi thorrr wkwwkwk
Grace Putri
nungguinnn thorr
Ais
muak sm laki"pecundang macam nicholas ini buat ele kuat thor biarkam dia resign dan biar nicholas tambah uring"an dan menyesali smua perbuatan buruknya sm ele aneh aja kok bs 17 tahun nicholas ini ktm ele bersikap smakin sombong dan arogan bukannya minta maaf sm smua kesalaham yg dia perbuat 😤😤😤
tia
lanjut thor
Grace Putri
aku ga terima bgttt sbnrnya kalo sama nich lg, mslhnya 17 tahun kemana aja, trsss pas msh suami istri dia tuh knpppp coba
minsy
please thor eleanor ngga boleh sama nicolas lagi biar aja mereka hidup masing2 atau apa kek,,pokoknya BIG NO kalau sama nicolas lagi apapun kesalapahaman mereka dulu masa baru sekarang mau balik lagi sama ele gila apa
Grace Putri
mau nabung bab, tp ihhh penasaran bgttttt.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!