SUGAR Hot Duda
~Sugar, kau tau berapa lama aku sendiri, melewati malam sunyi kedinginan dan itu lebih menyakitkan dari pada patah hati...
~Sugar, kau tau setiap detik bayangmu mengungkungku. Menjadikan malam-malam kesendirian penuh dengan kabut karena hadirmu di sisiku.
Tak perduli, berapa lama aku harus menahan...
Berapa lama aku harus memenjarakanmu dalam situasi ini.
Tapi, sejengkal pun tak akan kubiarkan orang lain menyentuhmu~
Kamu hanya milikku, meski aku masih terikat janji bersamanya.
🍁🍁🍁
Tap... Tap... Tap...
Langkah Bara begitu tergesa saat memasuki rumah yang tampak sepi seolah tak ada kehidupan. Dua hari yang lalu Najira sudah memecat pembantu rumah tangganya tanpa izin dan sekarang? Istrinya terlihat sangat santai di sambungan telepon mengatakan bahwa diri akan baik-baik saja di rumah tanpa siapapun.
Di depan gerbang terlihat wajah panik Pak Jovi, satpam jaga yang terkejut saat dirinya tiba-tiba datang kembali ke rumah lebih awal dari perkiraan pulang.
Bara mendekus, seraya menatap tajam lelaki paruh baya itu hingga ketakutan.
"Maafkan saya, Pak. Jika terjadi sesuatu dengan Ibu di dalam. Saya tidak tahu apa-apa, saya cuma di suruh diam jika ingin masih bekerja disini." Pak Jovi menunduk dalam, keringat bercucuran membuat Bara semakin yakin bahwa di dalam sana, sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
Bara masuk ke dalam rumah yang tampak sepi, hatinya mencelos menapaki tangga demi tangga menuju kamarnya. Dari balik pintu, ia mendengar suara erangan. Suara yang sering Bara dengar saat bercinta dengan Najira.
"Bang sat." Bara mengepalkan tangannya, tubuhnya melemas seketika saat mendengar suara familiar itu memuakkan telinga. Di dalam, Najira dengan napas terengah memeluk laki-laki.
Ingin rasanya Bara masuk, menghajar habis laki-laki yang tengah meniduri istrinya. Ingin rasanya Bara mengamuk, memang benar ia belum sepenuhnya mencintai Najira. Tapi, selama ini ia selalu memperlakukan Najira dengan baik, memberi nafkah lahir dan batin dengan harapan ia bisa memenuhi janji kepada orang tua Najira agar menjaganya.
"Lagi Mas, ayo lagi aku sudah mau sampai." Suara lembut Najira terdengar jelas, Bara masih di depan pintu dan berharap semua ini hanya mimpi. Mimpi buruk dalam rumah tangga Bara dan Najira.
"Apa kau senang, Honey. Kapan suamimu pulang? Aku akan terus datang dan membuatmu tak sanggup berjalan."
Deg
Bara meradang, lalu dengan gesit ia mendobrak pintu kamar yang menjadi penghalang. Sepasang manusia yang telah bergelung nikmat terperanjat.
"Mas B-bara..." pekik Najira, lantas mendorong laki-laki yang menindihnya, kemudian membalut tubuh polos dengan selimut.
"Belum selesai? sayang sekali aku datang di saat kalian belum mencapai kli maks."
Najira menunduk, sementara laki-laki di atasnya beringsut mundur, mengenakan kembali pakaiannya lalu kabur sebelum Bara menghabisinya.
Bara terdiam, Ingin rasanya memukul habis laki-laki itu, tapi entah kenapa tubuhnya kini seolah tak bisa bergerak.
"Mas, ini tidak seperti yang kamu fikirkan." Najira menunduk, Bara malah membiarkan lelaki itu pergi, bahkan tangannya sama sekali tak tergerak menghajar tuk memberi pelajaran.
"Aku pulang untuk memberimu kejutan..." Bara tersenyum, menghela napas sejenak dan menatap Najira dalam-dalam.
"Tapi ternyata justru kamu yang mengejutkanku, Na."
"Mas, aku bisa jelaskan."
"Setelah aku fikir lebih baik kita jalan masing-masing, kamu berhak hidup dengan laki-laki yang kamu cintai." Suara Bara tercekat, sejujurnya hal ini membuat dirinya trauma. Mungkin setelah melepaskan Najira, ia tidak akan lagi mengenal apa itu pernikahan.
"Aku nggak mau pisah sama kamu, Mas." Rengek Najira.
"Tapi itu tidak mungkin, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan yang sudah kamu kotori bahkan di atas ranjang pengantin kita." Suara Bara meninggi, ia bangkit lantas memasukkan pakaian ya ke dalam koper.
"Mas kasih aku kesempatan, aku khilaf." Najira terisak, tidak tahukah jika saat ini Bara begitu jijik melihatnya, melihat tubuh polosnya sisa percintaan dengan laki breng sek tadi.
"Aku akan pergi, secepatnya akan aku urus perceraian kita. Rumah ini akan aku berikan untukmu. Karena memang ini yang aku punya." Bara tersenyum kecut.
Mulai hari ini, ia harus berjuang keras sekali lagi, harapan memiliki anak agar hidup mereka lebih sempurna lenyap sudah.
Orang tua Bara berniat memberikan aset hartanya setelah Bara dan Najira memiliki keturunan, tak disangka kehidupan semakin rumit dan kini hubungannya dibatas kehancuran.
Pengkhianatan, nyata jelas di hadapan Bara. Meski begitu, ia tetap menegakkan kepala dan menyeret kopernya menuruni tangga.
Najira menangis, ia segera mengenakan pakaian asal dan mengejar langkah Bara.
Bara memasukkannya ke dalam mobil, lantas berlalu meninggalkan pelataran rumah yang sudah hampir satu tahun ini ia tempati bersama Najira. Meski awalnya tanpa cinta, Bara adalah laki-laki baik, ia ingat tepat hari ini di satu tahun yang lalu adalah hari dimana ia mengikat janji di depan penghulu bersama Najira. Namun, baru saja ia menyiapkan sebuket bunga dan cincin sederhana bermata berlian kecil yang berada di saku, Najira sudah lebih dulu memberikan kejutan besar untuknya. Sampai di pagar rumah, Pak Jovi lantas membuka pintu gerbang agar mobil Bara bisa lewat.
Tau jikalau Najira berlari mengejarnya, Bara lantas melempar buket bunga beserta kartu ucapan itu keluar mobil.
"Pak Bara melempar bunga ini keluar, Bu." Pak Jovi menyodorkan buket bunga yang koyak akibat lemparan Bara yang penuh dengan rasa kecewa.
Najira menunduk, meratapi buket bunga terselip kartu ucapan itu dengan derai air mata.
'Happy Anniversary 1 tahun, sayangku Najira. Aku berdoa, lembaranku berikutnya akan terus bersamamu, melewati setiap detik kisah kita sama-sama dan berjuang meraih puncak bahagia sesungguhnya, akan ada hari dimana ada aku, kamu dan anak-anak kita, beri aku kesempatan sekali lagi untuk belajar lebih serius mencintai kamu'
Tertanda,
Suamimu.
***
Najira memeluk erat buket rusak itu, hatinya hancur bersama dengan penyesalan yang menyesakkan.
Najira menyesal? Mungkin, karena ia tergoda akan pesona Revan, laki-laki breng sek yang selalu ada bersamanya saat Bara sedang kerja ke luar kota.
"Lebih baik, Bu Najira masuk dan tenangkan diri, Pak Bara masih kalut, tidak baik kalau dipaksa menerima penjelasan." Meski ragu, Pak Jovi berusaha memberikan nasehat. Walau dalam hati Pak Jovi merasa bersyukur, karena pada akhirnya Pak Bara bisa melihat kebusukan istrinya.
Pak Jovi bukan orang jahat yang mendoakan rumah tangga Bossnya berantakan, ia hanya kasian dengan nasib Pak Bara yang diduakan.
Najira masuk kembali ke dalam kamar, ia menangis tersedu-sedu, rambutnya berantakan dengan tangan terus memeluk buket bunga yang telah rusak, sama persis seperti rumah tangganya saat ini.
"Maafkan aku, Mas Bara. Aku selalu merasa kamu tidak pernah mencintaiku, padahal kamu sedang menata hati dan meyakinkan diri. Seharusnya aku tidak tergoda dengan laki-laki lain," gumam Najira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Elisanoor
Betina goublok 😅
2023-12-05
0
maulana ya_manna
mampir thor
2023-04-23
0
🔵🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ𝑴ᴏᴍ's卂ᵒᶠᶠ
jangan salahin pekerja lah kan dia hanya patuh sama perintah majikan,
2023-03-31
0