“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Dua puluh tujuh
"Yes, Yes, yes."
Ana langsung berjingkrak kegirangan saat melihat majikannya itu sudah keluar dari dalam kamarnya.
Setelah itu dia pun langsung meraih keranjang tumpukan baju kotor itu dan melangkahkan kakinya ke arah pintu, agar secepatnya bisa menyelesaikan pekerjaannya.
Jedugh...
"Auuwwwww," Rintih Ana pelan, sembari mengurut-ngurut hidungnya yang sakit karena terbentur oleh pintu kamar majikannya itu.
Belum sempat dia keluar dari sana, Aris sudah terlebih dahulu membuka pintunya dari arah luar. Pasalnya ia kelupaan untuk mengambil kunci mobilnya, karena terlalu terburu-buru saat keluar tadinya.
Ana pun langsung cepat-cepat bersembunyi kembali di belakang pintu, untungnya tak lama setelah itu Aris sudah keluar kembali, karena sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan dia juga tak ada menyadari kehadiran gadis itu sama sekali.
"Fuhhh, untunglah hidupmu masih selamat Ana," Gumam Ana saat melihat pria itu sudah keluar kamar.
Beberapa menit kemudian.
Setelah Ana menyelesaikan tugasnya, dia pun langsung menjemur semua pakaian majikannya itu di balkon. Setelah itu barulah dia beranjak ke ruang tamu, untuk bersantai sejenak, sambil menonton televisi.
Pet...pet....pet...
"So...bakso....., so baksoooooo......."
Ujar abang-abang si penjual bakso sedikit berteriak, sehingga sampai terdengar ke dalam rumahnya Aris.
Ana pun langsung menelan liurnya saat membayangkan bakso itu, sudah begitu lama dia tak memakan bakso, makanan favoritnya tersebut.
"Bang, Bakso bang," Panggil Ana sembari melambai-lambaikan tangannya ke arah penjual bakso itu.
Penjual itu pun langsung berhenti sejenak, dan juga langsung membelokan gerobaknya, demi menghampiri pembelinya itu.
"Berapa Porsi Neng?" Tanya abang bakso itu.
"Satu aja bang," Sahut Ana, sembari duduk di kursi teras rumah majikannya itu.
Tak lama setelah itu lewatlah beberapa ibu-ibu yang kebetulan baru pulang dari berbelanja, karena di tangannya di penuhi dengan kresek belanjaan.
"Buk...bukk, liat noh! baru kali ini saya melihat pemilik rumah itu, cantik geulis ya buk? Hah benar-benar sesuai sama pak Aris yang sangat tampan," Ujar ibu-ibu itu berbisik sembari tersenyum ke arah Ana.
"Iya, ya buk," Sahut yang lainnya.
"Beli bakso neng?" Sapa salah satunya.
"Ia Buk," Jawab Ana sembari tersenyum.
"Ibu-ibu mau? biar saya yang bayarin sekalian," Tawar Ana.
"Gak usah neng, kita-kita udah makan kok," Sahut ibu-ibu itu.
"Ya udah neng, kita permisi dulu ya?" pamitnya.
Ana pun hanya mengangguk menanggapi mereka.
"Ini Neng Baksonya," Ujar Abang penjual bakso itu sembari memberikan mangkok baksonya kepada Ana. Dengan cepat Ana pun langsung menerimanya.
"Neng, kok abang baru kali ini ngelihat empun rumahnya keluar, biasanya pintu rumahnya di tutup terus, abang sampe mikir kalau ini rumah ntu gak ada penghuninya, soalnya sepi pisan tah neng?" Ujar Abang-abang itu menyampaikan rasa penasarannya.
Ana tak tau harus menjawab apa, karena dia sendiripun baru beberapa hari tinggal di sini.
Dia hanya bisa diam dan juga menanggapi abang-abang itu dengan sebuah senyuman.
"Ya udah bang, berapa baksonya?" Tanya Ana sembari memberikan mangkok baksonya yang sudah habis itu kepada empunnya kembali, lalu mengelap mulutnya terlebih dahulu dengan tisue.
"15000 Neng," Sahut Abang itu.
Ana pun langsung memberikan uang pas kepada abang-abang itu.
Setelah itu, abang-abang penjual bakso itu pun langsung melanjutkan perjalanannya kembali, demi menjajakan baksonya keliling kampung.
"Pertanyaan yang aneh memang,
memangnya di rumah ini ada misteri apa?"
Batin Ana bertanya-tanya sendiri. Lalu kembali masuk ke dalam rumah.