Hay gaes, penasaran kan sama cerita Dave dan Vera yang tiba-tiba menikah.
Sebelum kalian membaca cerita ini, ada kalanya kalian membaca ceritaku yang judulnya "Partner Ranjang Om Duda"
Dave William Pratama, Putra tunggal dari keluarga Pratama, nasib percintaan tidak semulus seperti wajahnya.
Mencintai sahabatnya yang bernama Zena, membuat Dave harus menikahi Vera, adik tiri dari Zena.
Kecelakaan yang menimpa ibunya, telah merengut nyawa keluarga Vera, membuat Vera terpaksa menikah dengan Dave.
Verania Putriani, wanita cantik yang usianya baru menginjak 20 tahun. Sebagai mahasiswa yang terpopuler di kampusnya, banyak yang mengagumi kecantikannya, dia merupakan kekasih dari Putra Cort Wilson.
Di saat malam pertamanya dengan Dave, Vera justru pingsan dan dinyatakan keguguran.
Amarah, kebencian, sangat jelas tercetak di raut wajah Dave.
Yuk, simak ceritanya. Cerita ini khusus aku buat di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
"Nyonya, anda baik-baik saja kan?" tanya Lord saat menemukan Vera yang sedang menangis.
Vera menggeleng, "Aku tidak baik-baik saja, Lord. Hatiku sedang hancur. Aku mau pulang, aku mau pulang hiks ... hiks, aku belum sanggup menerima semua kenyataan ini, aku belum sanggup Lord," ujar Vera menjatuhkan dirinya di lantai. Beruntung dia sempat bersembunyi, di saat Putra dan Putri menyadari keberadaannya.
"Tapi Nyonya, jam kelas anda belum selesai," ucap Lord membantu istri Tuan nya bangkit.
"Bawa aku pergi Lord, aku mau menenangkan diriku dulu. Tolong ... aku tidak sanggup melihatnya bermesraan dengan wanita lain," titah Vera merasakan seluruh tubuhnya melemas tidak bertenaga.
"Biar saya antar ke taman kampus. Mungkin, di sana ... Nyonya bisa menenangkan diri," ujar Lord di setujui oleh Vera.
"Antar aku ke sana Lord, tubuhku tidak sanggup berjalan."
"Baik Nyonya," jawab Lord merangkul pundak istri Tuan nya berjalan menuju taman kampus.
Setelah sampai di taman kampus, Vera meminta Lord meninggalkannya sendiri di taman, hatinya terasa sakit dan hancur melihat pengkhianatan yang dilakukan kekasihnya.
"Apa ini, alasanmu menghilang dariku?" gumam Vera dengan air mata yang mengalir deras, "Jika ini alasanmu, kenapa ... kamu memberikan sebuah janji manis kepadaku, kenapa! Kenapa kamu berjanji akan mengenalkan ku pada keluargamu, Kenapa! Kenapa kamu meninggalkanku di saat kita pernah melakukan hal dewasa," gumam Vera meremas ujung dressnya.
"Di mana dia?" tanya Dave yang baru saja tiba dengan napas tidak teratur.
"Tuan, Nyonya ada di sana, dia tidak mengizinkan saya untuk menemaninya, maafkan saya," jawab Lord menundukkan kepalanya.
"Jangan merasa bersalah. Lebih baik, kau awasi aku dan istriku, jangan sampai ada yang melihat kebersamaanku!" titah Dave berjalan menghampiri istrinya.
"Aku benci kamu, Put! Kamu bilang, kamu selalu mencintaiku, tapi kenapa ... sekarang semuanya berubah, kenapa setelah aku menemukan keberadaanmu, aku mendapatkan kenyataan yang begitu pahit," gumam Vera menghapus air matanya dengan tissue.
"Aku menyekolahkanmu di sini untuk bersenang-senang, bukan untuk menangis, tidak ada yang boleh membuatmu menangis selain aku, hanya aku ... aku yang boleh membuatmu menangis dan tersiksa," ujar Dave menjatuhkan tubuhnya di samping Vera.
"Mas Dave?" ucap Vera saat menoleh sumber suara, "Sejak kapan Mas Dave di sini?" sambungnya lagi sambil menghapus air matanya.
"Kembalilah ke kelas, aku ditelfon dosenmu saat rapat pentingku!" ujar Dave berbohong.
"Sungguh? Maafkan aku Mas, aku tidak tahu, jika dosenku mempunyai nomer Mas Dave, tapi ... bolehkah hari ini aku pulang lebih awal, aku tidak mau melihatnya Mas, hatiku benar-benar rapuh," ujar Vera menatap pria di sampingnya dengan air mata yang mengalir deras.
"Aku sakit Mas, hiks ..., hiks," lanjutnya lagi, dia menghamburkan diri ke dalam pelukan suaminya.
"Dia mengkhianatiku Mas,"
Dave membalas pelukan istrinya, dia mengusap punggung istrinya agar tenang.
Mendapatkan balasan dari suaminya, tangis Vera pecah, dia tidak tahu harus berbuat apa, yang dia butuhkan hanya sandaran dari orang terdekatnya.
Merasakan punggung istrinya semakin bergetar dan jasnya yang melekat menjadi basah, Dave justru bingung harus melakukan apalagi untuk menenangkan hati istrinya.
"Ceritakan semuanya, maka aku ... tidak akan menghukummu malam ini," ucap Dave membuat Vera melepaskan pelukannya.
Vera tersenyum, dia menghapus air matanya, "Aku-aku tidak apa-apa Mas, maaf aku terbawa suasana," jawab Vera.
"Baiklah, aku akan menghukummu di tempat ini," ancam Dave membuat mata Vera melotot, dia melihat sekeliling taman dan menemukan Lord diujung taman sedang memantaunya.
"Ja-jangan Mas, aku bukan hewan. Walaupun aku kotor, tapi ... aku tahu tempat Mas!" gerutu Vera memberi jarak.
"Haha ... aku pikir, orang sepertimu tidak tahu tempat. Sekarang, ceritakan semua padaku! Atau ... aku akan meminta Lord untuk bercerita," titah Dave menatap mata sembab istrinya.
'Pasti sudah lama dia menangis,' batin Dave.
"A-aku menemukannya Mas, pria yang aku cintai, Ayah dari anak yang pernah aku kandung," jawab Vera memalingkan wajahnya dan menatap lurus ke depan.
"Lalu? Kenapa menangis? Bukankah, seharusnya kamu senang?" tanya Dave menaikan satu kakinya ke atas kursi.
"Aku melihatnya sedang berciuuman dengan wanita lain Mas, mereka sangat mesra, bahkan dia membantu wanita itu menggantikan pakaiannya,"
"Aku harus apa Mas? Di satu sisi, aku merasa senang, karena bisa bertemu dengannya, tapi ... di satu sisi, hatiku juga hancur karena melihatnya bersama yang lain."
"Lupakan dia, kamu sudah memiliki suami."
"Aku, melupakannya Mas? tanpa kamu suruh, aku berusaha melupakannya Mas, hatiku sakit!".
"Aku mau pindah kampus Mas, aku tidak ingin bertemu dengannya setiap hari," ucap Vera memalingkan pandangannya menatap suaminya.
"Pindah? Untuk apa?"
"Mas ... Please!" Vera mengatupkan kedua tangannya.
"Aku sudah membayar semua biaya kuliahmu sampai lulus, dan sekarang, kau bilang pindah? Lalu bagaimana dengan uangku hah!" jawab Dave tidak percaya.
"Mas ...."
"Aku tidak akan memindahkanmu ke fakultas manapun," ujar Dave tidak ingin dibantah.
"Ta-tapi Mas, aku tidak bisa bertemu dengannya setiap hari," jawab Vera membersihkan sisa air matanya.
"Sekalagi membantahku, aku tidak akan segan-segan menghukummu di sini,"
"Sekarang, kita pulang," titah Dave beranjak dari tempat duduknya.
"Ta-tapi, aku masih ada jam kampus Mas, Dari pagi, aku juga belum memasuki kelas,"
"Tolong Mas, pindahkan aku, aku mohon ...," rengek Vera memegang tangan suaminya.
"Boleh, asalkan ...," Dave mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya, semakin mendekat, sampai mereka berdua bisa merasakan hembusan napasnya masing-masing.
"Mas-- Hemph--" ucapan Vera terhenti saat bibirnya sudah dibungkam oleh bibir suaminya.
"Mas, yang benar saja. Aku kan sudah bilang, aku bukan hewan yang mau di perlakuan seperti ini di tempat terbuka," ketus Vera setelah berhasil melepaskan ciuman maut suaminya.
Kedua sudut bibir Dave terangkat, jemarinya membersihkan sisa air liurnya yang tertinggal di sekitar bibirnya.
"Ayo pulang," titah Dave mengabaikan ucapan Vera,
Vera beranjak dari tempat duduknya. Wajahnya sangat malu saat melihat Lord yang sedang melihatnya.
"Bagaimana bisa, dia menciumku di saat ada Lord," gerutu Vera berjalan mendahului suaminya.
'Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, kau istriku, sudah seharusnya semua yang berada di tubuhmu menjadi milikku, termasuk hatimu,' batin Dave mengikuti langkah kaki istrinya.
"Bicara dengan dosen istriku, bilang ... jika dia pulang lebih awal," titah Dave saat berhadapan dengan anak buahnya.
"Baik Tuan."
"Dan satu lagi, dia akan pulang bersamaku. Jadi, kembalilah ke rumah."
"Baik Tuan," jawab Lord.
Di saat Vera sedang berjalan keluar kampus, tiba-tiba dia melihat pria yang baru saja membuatnya menangis, seketika Vera langsung memutar tubuhnya dan berlari bersembunyi di tubuh suaminya.
"Mas, ada dia ... aku belum sanggup bertemu dengannya," ujar Vera.
Bersambung😘
ya bagus sih ceritanya. walaupun berkutat di peran utama nya aja. 👍