Suamiku Tuan Muda Lumpuh

"Hey, mengapa? Kapan kau kemari? Dan ada perlu apa? " Tanya Alfian menatap aneh Rendi.

"Astaga, tuan muda aku sudah berdiri di sini beberapa menit yang lalu, dan melihat tuan muda sedang melamun, kalau boleh tau, apa yang sedang tuan muda pikir kan?" Tanya Rendi yang selalu kepo dan tidak peduli jika akan kena semprot oleh Alfian dengan kata-kata pedas nya.

"Tidak usah banyak tanya, sekarang apa mau mu kemari? " Tanya Alfian kesal karena Rendi telah mengangu pikiran nya.

"Aku sudah menemukan sekertaris yang cocok untuk tuan muda. " Ucap Rendi memberi map biru yang berisi dokumen keterangan sekertaris baru Alfian.

"Ah iya, kau atur saja semuanya, dan kapan harus masuk kerja, aku sedang malas. " Ucap Alfian yang sudah menjadi bucin dengan sang istri sehingga pikiran nya ke mana-mana dan menjadi tidak fokus.

"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Tuan muda bilang sedang malas? " Batin Rendi bingung.

Sementara itu Rara baru saja tiba di kantor Alfian.

"Pak Anas tunggu di parkiran saja ya, setelah aku mengantarkan makan ini aku ingin kesuatu tempat. " Ucap Rara kepada pak anas.

"Baik nona muda. " Jawab pak Anas sambil tersenyum.

Rara pun masuk ke kantor Alfian kemudian menaiki lift untuk menuju ruang kerja Alfian.

"Permisi... " Ucap Rara masuk ke dalam ruangan Alfian yang memang sudah terbuka dari tadi.

"Nona muda. " Ucap Rendi melirik Rara dari atas hingga bawah.

"Rendi keluar lah, aku lapar ingin makan. " Ucap Alfian saat melihat Rara sudah berdiri di depan mata nya.

"Baik tuan muda. " Ucap Rendi keluar dari ruangan tersebut.

"Tuan muda ini makan siang nya. " Ucap Rara memberikan rantang tersebut ke pada Alfian.

"Apa kau tidak lihat? Aku sedang sibuk bekerja? " Tanya Alfian pura-pura sibuk dengan laptop nya.

"Ya sudah aku taruh di sini saja. " Ucap Rara menaruh makanan tersebut di meja kerja Alfian.

"Aku akan telfon mama dan Lena. " Gumam Alfian lagi.

"Hmm? Kenpa tuan muda? Bukan kah mereka sedang sibuk? " Tanya Rara bingung.

"Iya aku hanya sekedar memberi tahu mereka jika kau tidak melayani ku dengan baik. " Ucap Alfian lagi.

"Apa? Maksudnya? Tapi tuan muda aku sudah melakukan apa yang tuan muda ingin kan. " Jelas Rara khawatir.

"Terserah kau saja. " Ucap Alfian hendak mengambil ponsel nya.

"Tunggu, baik lah-baik lah. " Ucap Rara mengerti dan berjalan mendekati Alfian.

Rara membuka makanan tersebut kemudian mengambil sendok dan hendak menyuapi Alfian.

Namun tiba-tiba saja Alfian menarik nya sehingga ia terduduk di pangkuan Alfian dan terjadi lah adu pandang.

"Tu..tuan muda ap.. apa yang kau lakukan. " Ucap Rara gugup.

Karena tidak ingin menatap mata Alfian terlalu lama, Rara pun memejamkan mata nya dengan tangan yang masih memegang sendok makanan.

Namun siapa sangka Alfian akan berbuat lebih nakal dari itu.

Chup...

Sebuah ciuman mendarat di bibir Rara dan hal itu membuat sang pemilik bibir cantik berwarna cery itu memelotot kan mata nya.

Rara tidak habis pikir kenapa sikap Alfian berubah padanya, tidak seperti biasanya selalu galak dan tidak ingin berdekatan dan sekarang malah sebaliknya.

Makin lama Alfian makin memperdalam ciuman nya sementara Rara hanyut dalam pikiran nya.

"Emhhh." Leguh Rara memukul pelan dada Alfian saat ia makin kehabisan nafas.

Alfian menatap Rara dengan smrik nya.

"Tuan muda, apa yang kau lakukan itu adalah ciuman pertama ku hiksss. " Rengek Rara memukul-mukul dada Alfian.

"Apa? Mau marah? Dengar! Itu hak ku! " Bentak Alfian sambil menahan tangan Rara yang memukul nya.

Seperti nya ada yang sudah mulai bucin bahkan sudah mulai brani nyosor ya.

Rara bungkam ia tidak bisa menjawab apapun, ia tau jika yang dikatakan oleh Alfian itu benar, jika dirinya adalah sepenuhnya milik Alfian.

"Mau makan atau tidak? " Tanya Rara mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja. " Jawab Alfian lagi.

Alfian juga bingung dengan dirinya sendiri, mengapa ia bisa sangat merasa nyaman dengan Rara, bahkan bibir Rara terasa membuat nya candu, dan ia merasa dirinya tidak karuan saat Rara dekat dengan nya.

Kita sadar jika es juga akan menjadi cair jika bertemu dengan api.

Sebagai mana Alfian yang bisa saja dengan cepat berubah karena prilaku Rara terhadap nya yang begitu sabar dan ikhlas.

Akan tetapi itu semua juga tidak mudah di jalani, di dalam diri Alfian masih ada rasa penasaran yang amat besar tentang jati diri Rara yang sebenarnya dan alasan Rara menikah dengan nya, seperti nya kali ini Alfian sudah mulai merasa takut jika akhirnya nanti Rara akan sama seperti Hera.

Setelah selesai makan Rara pun berpamitan kepada Alfian untuk pulang duluan ke mansion karena pak Anas telah lama menunggu di mobil.

"Hati-hati." Ucap Alfian kepada Rara yang membereskan rantang makanan.

"Iya, terima kasih tuan muda atas perhatian nya. " Ucap Rara sambil tersenyum.

"Tidak usah Terima kasih aku hanya basa-basi. " Jawab Alfian yang ingin menutupi rasa peduli nya yang mulai timbul kepada Rara.

"Menyebalkan sekali orang ini. " Batin Rara mengerutu.

"Sudah cepat sana keluar. " Ucap Alfian lagi.

Rara hanya diam kemudian berjalan menuju pintu keluar dari ruangan tersebut.

Diparkiran kantor pak Anas telah menunggu Rara.

"Pak maaf aku lama. " Ucap Rara kepada pak Anas.

"Tidak masalah nona. " Ucap pak Anas.

"Kita ke rumah sakit ***** ya pak. " Ucap Rara masuk ke dalam mobil.

"Lah nona muda, apa nona sedang sakit? " Tanya pak Anas khawatir.

"Tidak pak aku ingin membesuk seseorang. " Ucap Rara lagi.

"Ouh, begitu, baik lah nona. " Ucap pak Anas kemudian menyalakan mesin mobil nya dan segera melaju meningalkan kantor Alfian.

Sbenarnya hari ini adalah hari ulang tahun Irma, dan Rara berniat ingin menjeguk nya secara diam-diam.

Sementara itu di sisi lain.

"Mau kemana mereka? Ini bukan jalan pulang ke mansion. " Ucap Alfian menatap layar ponsel nya.

Ya Alfian telah memasang GPS di mobil yang di gunakan untuk keperluan Rara setiap hari, tujuan nya agar ia bisa lebih mudah mengawasi Rara kemana pun ia pergi.

Ya namanya juga Alfian Alendra apapun yang ia ingin kan bisa ia lakukan dengan mudah meskipun fisik nya kini sedang bermasalah.

"Jalan menuju rumah sakit *****?Apa yang ingin dia lakukan di sana? Mana mungkin ia akan priksa soal punggung nya yang memar, aku lihat dia tadi baik-baik saja." Gumam Alfian lagi.

Alfian pun menelfon Rendi untuk segera datang ke ruangan nya.

....