Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding Day
Tidak terasa hari ini adalah hari pernikahan Abi dan Dara. Pagi tadi sudah dilakukan ijab qobul yang dihadiri hanya keluarga dan kerabat dekat. Kedua orang tua alm Yanti pun hadir karena mereka menganggap Dara seperti putrinya sendiri jadi tidak mungkin tidak hadir. Abi dan Dara mengenakan pakaian pengantin adat Jawa bewarna putih. Ketika mengucapkan ijab qobul pun Abi hanya membutuhkan satu tarikan nafas dan langsung sah.
Abi bersikeras untuk mengadakan resepsi di sebuah hotel di Solo yang tidak bisa ditolak bapak dan ibu Haryono. Abi memilih konsep internasional untuk acara resepsi.
"Mas, kamu sudah tahu baju yang dipakai mbak Rara?" tanya Antasena yang sekarang mengganti panggilannya ke Dara.
"Belum. Andara bilang nggak boleh pengantin pria melihat gaun pengantin wanita. Tadi saja pas ijab, mas juga baru lihat kebayanya" jawab Abi yang kini sudah memakai jas bertuxedo hitam.
"Hehehehe tapi mbak Rara cantik banget" puji Antasena.
Abi melirik ke Antasena dengan wajah datar namun dalam hatinya kesal istrinya yang baru sah beberapa saat lalu dipuji pria lain walaupun adik sepupu sendiri.
MC acara pun mengumumkan bahwa sang pengantin wanita datang dan membuat para tamu undangan berdiri untuk melihatnya. Abi pun bersiap untuk menerima istrinya datang.
Istri. Adara sudah resmi menjadi istriku.
Di pintu utama ballroom tampak Dara didampingi oleh Naina dan Firza berjalan dengan anggun. Mengenakan gaun pengantin berwarna putih dengan model kemben flare skirt dengan pita besar di belakang, Dara hanya menggerai rambut panjangnya yang diberi aksen jepit bunga satu set dengan antingnya. Makeup yang diaplikasikan flawless yang semakin menonjolkan kecantikan Dara.
Melihat Dara, Abi hanya terpaku.
Cantiknya istriku.
"Wah, pengantin prianya sampai terbengong bengong nih melihat kecantikan pengantin wanitanya. Maaf ya para kaum jomblowan yang hadir, pengantin wanitanya sudah sold out" ucapan MC acara membuat para tamu tertawa.
Abi kemudian mengulurkan tangannya yang disambut Dara dengan senyum manis namun sedetik kemudian Dara melihat wajah suaminya menjadi datar dan dingin.
Ada apa ini?
Dara menutupi rasa bingungnya dengan tetap menebarkan senyumnya pada tamu undang sepanjang jalan menuju pelaminan tapi Abi sudah kembali menjadi Abi yang kaku dan susah digapai.
Melihat kedua pengantin itu berjalan menuju pelaminan membuat hati Edo dan Bamantara sedih. Kedua pria beda usia itu berusaha menerima dengan lapang dada walaupun butuh proses.
Berkat konseling Dara sebelum dia pindah ke Jakarta, hubungan Tara dengan ibunya menjadi lebih baik lagi dan kini mereka pun datang ke acara pernikahan Dara.
Kini Abi dan Dara sudah duduk di pelaminan. Dara melirik ke suaminya yang masih memasang wajah datar namun berusaha tersenyum ketika para tamu undangan datang memberikan ucapan selamat. Bahkan Abi memutuskan mengundang semua koleganya yang di Jakarta untuk hadir di resepsi karena Dara tidak mau pemborosan.
Edo datang ke panggung dengan wajah yang dipaksakan untuk bahagia.
"Selamat ya Dara, semoga bahagia dan langgeng" ucapnya tulus.
"Terimakasih Do" senyum Dara yang mendapat lirikan tidak suka dari Abi.
"Tenang bro, aku tidak akan merebut Dara selama kamu tidak membuatnya sedih dan terluka" bisik Edo ke Abi yang semakin membuat wajah pria tampan itu mengeras.
"Tidak akan, Bro" desis Abi dengan senyum sandiwara. Edo pun turun dari panggung dengan senyum smirk.
Bamantara dan kedua orangtuanya datang mengucapkan selamat bahkan Bu Sofia memeluk Dara lama berterimakasih atas semuanya.
"Saya memutuskan resign Bu Dara, saya mau mendampingi Tara hingga lulus SMA dan kuliah nanti. Saya bersyukur Bu Dara bisa menyadarkan saya dan suami sebelum kami kehilangan Tara" ucap Bu Sofia.
"Saya hanya membuka jalan dan kalian lah yang hebat bisa saling mengalahkan ego masing-masing. Semoga semakin membaik ya Bu. Kalau butuh teman cerita, saya bersedia mendengarkan." Dara kembali memeluk Bu Sofia.
Tara pun ikut memeluk gurunya yang tentu saja mendapat pelototan Abi.
"Terimakasih Bu Dara" lalu dia bersalaman dengan Abu. "Pak Abi, jaga Bu Dara jangan sampai pak Abi menyakitinya sebab pada saat itu, saya akan membawa Bu Dara pergi dari pak Abi." Tara menatap Abi dengan wajah serius penuh keyakinan.
"Tidak akan bocah!" seringai Abi. Dalam hatinya kesal sudah ada dua pria beda usia yang mengancamnya membawa Dara pergi.
Dara hanya terkikik melihat interaksi Tara dan Abi.
"Puas kamu, aku diancam dua orang di hari pernikahanku sendiri?" desis Abi.
Dara langsung terdiam walaupun hatinya geli.
Abi mendengus kesal.
Apakah kamu tidak tahu Adara, kecantikanmu hari ini membuat banyak pria ingin mengambilmu dari sisiku. Dan bahu serta punggungmu yang terbuka itu rasanya ingin kubuka jas ku dan kututupi semuanya agar tidak ada mata yang jelalatan melihat tubuhmu!
***
Antasena sedang mengantri stan kambing guling ketika melihat Naina ikut mengantri di belakangnya.
Ketika gilirannya, Anta meminta dua piring berisi potongan kambing guling lalu berjalan ke belakang tempat Naina masih antri.
"Naina bukan?" sapa Anta.
Naina menatap Anta lalu menunduk.
"I..iya" bisiknya.
"Aku Anta adik mas Abi. Ini udah aku ambilkan kambing guling nya" Anta menyerahkan sepiring kambing guling ke Naina. "Yuk makan disitu" tunjuk Antasena ke sebuah meja kosong.
Naina pun mengikuti Antasena sambil membawa piring berisikan makanan favoritnya.
"Tunggu disini" Antasena pun pergi meninggalkan Naina yang bengong dan tak lama dia datang membawakan dua gelas fruit punch.
"Biar ga seret nanti" senyum Antasena.
Keduanya makan dalam diam.
"Ehem, Naina katanya dosen ya" Antasena berusaha membuka pembicaraan.
"Iya."
"Dosen apa?"
"Linguistik di fakultas sastra Inggris" jawab Naina.
"Wah hebat. Kan itu sulit, harus membaca kata bahasa Inggris menggunakan yang di dalam kurung kalau di kamus kan?"
"Semacam itu tapi Linguistik berkaitan dengan filsafat bahasa, stilistika dan retorika, semiotika, leksikografi, dan terjemahan." Naina menatap Antasena sambil tersenyum.
Manisnya.
"Eh maaf, saya lupa bukan ruang kuliah" bisiknya sambil menunduk kembali.
"Kamu itu lucu Nai, pemalu tapi bisa jadi dosen" kekeh Antasena geli.
Wajah Naina semakin memerah dan warnanya sama dengan gaunnya yang warna pink.
"Mas Anta nih" omel Naina.
"Eh kambing guling dah habis. Yuk cari makanan yang lain" Antasena menghela lengan Naina yang langsing.
Merasakan sentuhan Antasena, membuat Naina tersentak karena baru kali ini mendapat sentuhan dari seorang pria, apalagi pria itu setampan Antasena.
Bolehkah aku mengagumi dirimu mas Anta?
***
Firza masih berkeliling mencari makanan lainnya. Gadis itu memang sedikit kalap karena sepagi tadi dia baru sarapan roti bakar dan langsung menjadi seksi sibuk buat ijab Dara. Selama berkeliling dia sudah meyicip hampir semua makanan yang tersedia.
Ketika menemukan stan es krim, wajahnya langsung sumringah. Setelah meminta pada pelayan yang bertugas mengambilkan, Firza pun berbalik namun dia menabrak seseorang dan es krim itu pun jatuh ke gaunnya yang bewarna pink.
"Aaaahhhh! Gaunkuuuu!" jeritnya heboh.
"Lagian siapa suruh nabrak! Lihat jasku juga kena!" omel pria yang ditabrak Firza.
"Lho pak Edo?"
"Eh temennya Dara?"
***
Firza dan Naina ketika menjadi Bridesmaids.
***
Yuhuuu
Up pagi dulu yaaaa
Jangan lupa like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️