Menjalin bahtera rumah tangga selama delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seorang Marisa dan juga Galvin.
Namun pernikahan yang dilandaskan perjodohan itu tak membuat hati Galvin luluh dan memandang sosok sang istri yang selalu sabar menunggu.
Adanya buah hati pun tak membuat hubungan mereka menghangat layaknya keluarga kecil yang lain.
Hingga suatu hari keputusan Marisa membuat Galvin gusar tak karuan.
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengganggu
Galvin melepas ikatan dasi yang mencekik lehernya hingga membuat benda itu bergelantungan di bahu kanan dan bahu kirinya.
Ia juga melepas dua kancing kemeja teratas membiarkan udara AC menembus pori-pori nya yang terbuka.
Marisa yang melihat sikap Galvin dibuat bingung sendiri, ia mendekat perlahan tanpa melakukan apapun di sana.
Galvin memandang setiap sudut kamar hotel yang ditempati oleh Marisa sekarang ini, hotelnya memang sangat bagus dan indah pantas jika Marisa betah dan tidak pulang-pulang ke rumah.
"Emm.... A-aku..... Akan mengambil minum dulu.... " Ucap Marisa berlalu menuju dapur.
Di dalam dapur Marisa mencoba menetralkan detak jantungnya, ia terlalu terkejut akan kedatangan Galvin. Belum jelas kenapa pria itu datang kemari dan dari mana dia tahu hotel Marisa tinggal.
Sambil mengira-ngira Marisa membuatkan segelas kopi untuk Galvin meski bukan kopi hitam layaknya kesukaan pria tersebut.
Marisa mengaduk-aduk kopi dengan amat sangat lambat seolah mengulur waktu untuk bersitatap dengan Galvin, Marisa lagi-lagi menarik nafas panjang. Kenapa jadi begini? Ini tak sesuai rencana awal Marisa pergi ke Jogja. Tadinya ia ingin menghindari suaminya tetapi Galvin justru mendatangi Marisa hingga ke Yogyakarta.
Ughh.....!
Kopi telah siap dihidangkan, Marisa membawa satu gelas di tangannya menuju ruang tamu dimana Galvin berada.
Pria itu masih tetap duduk dan mengistirahatkan tubuhnya.
Marisa menaruh secangkir kopi di atas meja dan duduk berhadap-hadapan dengan Galvin, mereka sama-sama diam.
Situasi yang mendadak ini sangat membuat Marisa tak tahu harus melakukan apa, menatap Galvin pun ia tak kuasa.
Galvin pun tak mengeluarkan suara sedikit pun, dia bahkan tidak memberitahu apa alasannya datang kemari.
"Kau.....
Kenapa....
Kenapa bisa ada disini?" Pertanyaan yang sedari tadi ingin Marisa ucapkan akhirnya terlontar kan dari mulut manis itu.
Galvin menoleh dan menatap wajah istrinya, ada sesuatu yang bergetar dalam jiwa raga Galvin melihat wajah cantik Marisa yang hanya mengenakan setelah tidur. Marisa terlihat sangat seksi dimatanya.
"Hanya sekedar jalan-jalan" Jawab Galvin singkat.
Dengan hanya sekali mendengar Marisa bisa tahu jika Galvin hanya sedang beralasan dan tak mengatakan jawaban yang sebenarnya.
"Tolong jangan bercanda Galvin! Kau tahu aku ke sini untuk menenangkan diri dan sekarang kau malah datang dengan alasan yang tidak jelas" Ucap Marisa berani, ia benar-benar kesal dengan Galvin yang dengan santainya merusak rencana Marisa.
"Aku tidak tahu, kau bahkan tidak memberitahu ku jika kau akan pergi" Ucap Galvin yang langsung membuat Marisa skakmat akan kalimatnya.
Perkataan Galvin kini menjadi boomerang tersendiri bagi Marisa, apa yang Galvin ucapan memang benar adanya.
Tapi apakah itu penting? Memberitahu Galvin jika ia akan pergi? Galvin bahkan tak peduli saat ia ada di rumah.
Melihat Marisa yang diam Galvin tersenyum miring, ia tahu wanita didepannya ini tak mampu membalas seruan Galvin.
Dengan santai Galvin mengambil kopi yang tersedia di meja dan meminumnya sedikit demi sedikit.
"Tapi aku benar-benar tidak ingin diganggu Galvin, tolong mengertilah...... " Desis Marisa memohon.
"Aku tidak akan menganggu mu. Kamar di hotel ini sudah penuh jadi aku terpaksa harus menginap di kamar hotel mu, kau bisa melakukan apapun yang kau mau, aku janji tidak akan menganggu" Tutur Galvin.
Marisa hampir putus asa mendapat berbagai alasan yang diajukan oleh Galvin, entah kenapa Galvin sangat aneh di dirasanya.
"Kau seharusnya menemani Devano saat aku tidak ada, dia pasti kesepian"
Galvin meletakkan kembali kopi itu di atas meja dan memposisikan tubuhnya dengan tegap.
"Bukankah kau menitipkan nya pada Ibu? Lagipula aku bingung harus menjawab apa saat dia bertanya tentang mu pada ku" Ujar Galvin jujur.
"Kau bisa berbohong Galvin, Devano masih kecil dia pasti akan percaya" Sembur Marisa yang merasa sikap Galvin sungguh tak masuk di akal.
Galvin diam membisu, ia terus menatap lurus ke arah Marisa.
Manik bening itu memang membuat Galvin sedikit tergoyah untuk tetap melakukan tujuan utama ia datang.
"Jadi kau benar-benar ingin aku pergi?" Tanya Galvin pada Marisa.
Marisa diam tak menjawab, ia sangat ingin bilang 'iya' tapi hati dan otaknya tidak seimbang satu sama lain.
Ia pun memilih mengalihkan pembicaraan.
"Disini hanya ada satu kamar" Ucap Marisa memalingkan pandangan ke sembarang arah.
"Tidak masalah, aku bisa tidur di sofa ini"
Mendengar itu Marisa menatap kembali wajah Galvin dengan tatapan tajam.
"Galvin sebenarnya apa alasan mu ada disini hah?! Kenapa kau tiba-tiba muncul dan dari mana kau tau tempat aku tinggal?!" Sentak Marisa dengan emosi yang meledak-ledak.
"Apa ada yang salah? Aku hanya ingin bertemu dengan istriku"
Cessss......
Jawaban Galvin membuat Marisa kelabakan dan menatap tak percaya pada sang pemilik suara, kini ia tidak hanya merasa bingung pada suaminya, Marisa juga merasa aneh dibuatnya.
Ia memutar bola mata malas lalu bangkit dari sofa.
"Terserah kau saja! Yang penting jangan ganggu aku!"
Setelah berbicara demikian Marisa berlalu dan berjalan ke arah kamar.
Saat ia akan menutup pintu kamar tiba-tiba pintu itu justru terbuka dan menampakkan Galvin yang juga ikut masuk ke dalam sana.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Aku ingin mandi, kamar mandinya pasti ada di dalam sana. Aku harus membersihkan tubuhku dulu"
Marisa terbengon tak habis pikir, Galvin dengan tidak tahu malunya masuk ke dalam kamar lalu membuka pakaian dan menyisakan celana panjang yang menutupi kaki jenjang itu.
Marisa melamun sambil terus menatap Galvin, waktu tidurnya kian terganggu dengan adanya sang suami disini.
"Oh iya, bisakah kau ambilkan barang-barang ku di bagasi mobil selagi aku mandi? Aku ingin mengganti baju ku" Galvin menyodorkan kunci mobil pada Marisa.
Marisa yang tengah melamun tanpa sadar mengambil benda itu hingga Galvin menutup pintu kamar mandi Marisa pun tersentak dan tersadar kembali.
Marisa menatap kucing mobil yang dipegang nya, Marisa mendesah pasrah mau tidak mau Marisa pun keluar dari kamar hotel menuju parkiran untuk membawa barang-barang Galvin.
Lima belas menit kemudian Marisa kembali ke pintu nomor 110 dengan membawa barang yang Galvin maksud, ternyata pria itu tak membawa banyak barang hanya satu ransel saja dan itu pun tidak sampai penuh.
Marisa masuk kembali ke dalam kamarnya, di sana Galvin sedang duduk di tepi ranjang dengan memakai selembar handuk di pinggangnya sembari memainkan ponsel berlogo buah tersebut.
Galvin yang menyadari kedatangan Marisa menyimpan ponselnya dan beranjak mendekat.
"I-ini... Barang-barang mu, cepatlah memakai pakaian. Aku ingin segera tidur" Ucap Marisa tanpa melihat ke arah lawan jenis.
"Baiklah.... Terimakasih" Galvin mengambil tas miliknya dan meletakkan di atas ranjang lalu mengeluarkan pakaian santai untuk ia kenakan.
Setelah mengambil pakaian Galvin tidak langsung mengenakannya, tetapi ia justru berbalik dan mendekat ke arah Marisa.
Wanita itu sontak melotot dan refleks mundur seiring galvin yang berjalan maju.
•
•
•
•
Yuk Vote Novel ini Supaya Mamie Semangat Lagi Nulisnya 🔥🥰🔥