Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi penting
Kini Darren sudah berada tepat di hadapan Aqila, sedangkan Dokter Arthur masih tetap menggenggam kuat tangan Aqila.
Sorot matanya yang tajam terus tertuju ke arah tangan sang adik.
"lepaskan tangan adikku!" Darren menatap sinis ke arah Dokter Arthur.
Hingga pada akhirnya Dokter Arthur melepaskan genggaman tangannya.
"La, tolong dengarkan dulu penjelasanku, aku hanya ingin mengajakmu makan siang bareng, itu saja kok!" ujar sang Dokter.
Kemudian Darren meraih tangan Aqila agar berada di dekatnya."Aqila akan makan siang denganku, jadi kau jangan ganggu dia!" cetusnya dengan nada membentak.
"Hey, aku yang sudah mengajak Aqila lebih dulu!" kali ini Dokter Arthur tidak mau kalah, ia belum tersadar jika Darren adalah kakaknya.
"Maaf Dokter, aku sudah janji lebih dulu dengan kakaku!"
"Oh, jadi pria ini adalah kakakmu! Baiklah perkenalkan aku adalah Dokter Arthur, calon adik iparmu!" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Darren yang mendengar hal itu semakin bergejolak, kedua tangannya sudah ia kepal, dan ia enggan menyambut uluran tangannya untuk berjabat tangan.
"Apa yang kau maksud dengan calon adik ipar hah?" tanya Darren kembali membentak.
Aqila yang melihat hal itu, ia mencoba untuk melerai keduanya.
"Ayo kak, kakak tidak usah meladeni perkataan dari Dokter Arthur!" Aqila berusaha mengajak sang kakak untuk keluar dari dalam Lobby, dua karyawan resepsionis sampai tidak menyangka atas kejadian ini.
"Wah, rupanya Dokter baru itu jadi rebutan dua cogan, alamak kapan aku bisa seperti itu?" ujar Dira.
"Woyyy, jangan ngimpi Dir!" sahut Dita sambil tertawa kecil.
Akhirnya Aqila dan Darren pergi meninggalkan dokter Arthur seorang diri, sehingga Dokter Arthur terlihat kesal atas sikap Darren padanya.
"Aqila bilang barusan pria sinis itu adalah Kakaknya, kok aku lihat tidak seperti seorang kakak tapi tepatnya seorang kekasih, apakah Aqila berniat membohongiku? Apa jangan-jangan iya sudah memiliki calon suami? Aish...kenapa aku tidak suka jika harus menerima kenyataan pahit seperti ini sih!" gumamnya pelan. Akhirnya Dokter Arthur memutuskan untuk pergi makan siang seorang diri di salah satu kantin Rumah Sakit, padahal tadi niatnya ingin mengajak Aqila makan siang di luar.
Sepanjang perjalanan, Darren terus saja memasang wajah masamnya, ia sama sekali tidak mengatakan satu patah katapun, Aqila yang menatap tajam sang Kakak merasa ada yang aneh dengannya.
Akhirnya sekitar lima belas menit, keduanya tiba di salah satu restoran yang menyajikan aneka masakan jepang, salah satu makanan favorit mereka.
ternyata Darren sudah reservasi tempat untuk mereka berdua.
Kemudian sambil menunggu pesanan datang, Darren akhirnya menanyakan sesuatu tentang Dokter Arthur.
"Sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dengan Dokter menyebalkan itu La?" Darren menatap lekat Aqila dan ia sangat membutuhkan jawabannya.
Aqila sempat menelan ludah, padahal ia tidak ingin keluarganya tahu tentang kejadian ini, namun apa mau dikata, Darren keburu tahu semua ini.
Aqila mencoba menghela napas sejenak, ditatapnya dengan dalam wajah sang Kakak.
"Baiklah Kak, aku akan cerita padamu, siapa sebenarnya Dokter Arthur itu." lalu Lala menceritakan awal mula pertemuannya dengan Dokter Arthur, hingga pas di bagian akhir dimana Dokter Arthur menyatakan perasaan padanya, tiba-tiba Darren menggebrak meja dan langsung beranjak dan berdiri dari tempat duduknya.
"Lantas apa jawabanmu La, setelah Dokter menyebalkan itu menyatakan perasaannya padamu, apa kau menerimanya, oh... apakah kalian sempat putus dan sekarang berniat balikan lagi, benar begitu!" Darren malah menuduh Aqila yang tidak-tidak, entah kenapa dadanya serasa terbakar saat mengetahui hal itu, Darren seolah tidak terima. Ia pun tidak habis pikir kenapa ia bisa sampai semarah ini?
'Ada apa dengan diriku ini, aku tidak mungkin cemburu dengan Dokter menyebalkan itu kan? Itu artinya aku telah jatuh hati terhadap adikku sendiri, meskipun aku dan Aqila bukanlah saudara kandung, dia adalah adik angkat ku, aarrkkkhhhh....kenapa ini harus terjadi? Aku tidak boleh memiliki perasaan seperti ini terhdap Aqila, jika sampai ia tahu, pasti Aqila akan membenciku, dan aku tidak mau sampai hal itu terjadi!' pikirnya dalam hati.
Lalu Aqila mulai menjawab pertanyaan dari sang Kakak yang dengan seenaknya telah menuduh dirinya yang tidak-tidak dengan Dokter Arthur
"kak, aku dan Dokter Arthur tidak pernah sedikitpun memiliki hubungan yang spesial, asal kak Darren tahu, kalau aku telah menolak cintanya, aku hanya menganggap Dokter Arthur hanya sebatas Dosen dan juga teman, tidak lebih!" jawabnya berusaha meyakinkan sang Kakak.
Mendengar hal itu Darren merasa jauh lebih lega.
"Kau yakin dengan ucapanmu itu La?"
Lalu Aqila menggenggam kedua tangan kakaknya.
"Kakak harus percaya padaku, jika suatu saat aku telah jatuh cinta dengan seorang pria, kak Darren adalah orang pertama yang akan aku beritahu!"
Deg!
Darren langsung terdiam seketika, entah kenapa dadanya terasa nyeri saat Aqila mengatakan hal itu.
'Ku harap itu semua tidak akan pernah terjadi, ayolah Darren jernihkan pikiranmu, kau jangan gila!' batinnya mulai cemas.
Kemudian hidangan yang sudah mereka pesan telah datang, Darren tidak lagi merespon perkataan dari Aqila.
Setelah mereka selesai makan siang, tiba-tiba saja ponsel milik Darren berbunyi, dan saat tahu siapa yang telah menelponnya ia bergegas mengangkatnya.
"Iya Ton, bagaimana kabar selanjutnya, apakah kau menemukan sesuatu?" tanya. Darren sangat penasaran.
"bisa kita bertemu sekarang Bos?" tanya Tony dari balik sambungan teleponnya.
"Bisa, yasudah kau tunggu aku sekitar dua puluh menit, nanti aku sharelok tempat pertemuan kita!"
"Siap Bos!"
Akhirnya panggilan telepon pun berakhir, sedangkan Aqila sedari tadi menatap serius kakaknya.
"Kak Darren mau kemana? Apa telah terjadi sesuatu?" Aqila terlihat cemas
"Tidak ada apa-apa kok La, hanya urusan pekerjaan saja, yasudah kalau begitu kakak tidak bisa lama, sebaiknya kakak antar kamu kembali ke rumah sakit!"
Aqila mengangguk pelan, sebenarnya ia masih ingin bersama sang kakak, namun apa mau dikata, sepertinya kakaknya telah sibuk dengan urusan pekerjaannya.
Setelah mengantar Aqila kembali ke Rumah Sakit, kini Darren bergegas pergi untuk menemui Tony, seorang Detektif yang telah ia sewa selama satu tahun terakhir.
Kini Darren mengajak bertemu dengan Tony di salah satu Cafe yang posisinya tidak jauh dari perusahaan Syailendra.
Tony sempat melambaikan tangannya, ketika Darren berusaha mencari keberadaannya di dalam Cafe.
Setelah itu Darren duduk dan saling berhadapan dengan Tony
"Bagaimana Ton, apakah ada berita baik mengenai Mamahku?" tanyanya sudah tidak sabar.
"Ada Bos, saya sudah mendapatkan informasi penting yang telah Bos Darren inginkan selama ini, mengenai plat mobil yang kemarin anda informasi kepadaku, ternyata mobil itu merupakan pemilik salah satu pengusaha di kota ini, dan saya yakin pasti Bos mengenal juga dengan orang tersebut !"ucapnya sambil menyeruput kopi Americano pesanannya.
"Apakah kau yakin jika pemilik plat nomer mobil tersebut adalah salah satu pengusaha di kota ini? Kau benar-benar sudah menyelidikinya secara teliti?" sepertinya Darren belum sepenuhnya yakin atas informasi yang telah di berikan oleh Tony.
Kemudian Tony memberikan informasi kepemilikan atas plat nomer mobil tersebut.
"B 20xx NX, apakah itu betul nomor plat nomer yang telah bos beritahukan kepadaku kemarin?"
Darren langsung mengangguk cepat."Iya Ton, aku masih sangat ingat dengan plat nomer yang telah membawa ibuku pergi!"
Kemudian Tony menyerahkan satu lembar kertas dan diatasnya tertera bahwa informasi di dalam kertas tersebut berasal dari Samsat kepolisian, di situ tertera dengan sangat jelas siapa pemilik kendaraan tersebut, dengan seriusnya Darren membaca isi dari dalam surat yang sudah ia genggam dan saat ia tahu siapa pemiliknya, matanya terbelalak ia sampai menutup mulutnya karena kaget.
"Miko wijayanto, dia adalah pemilik mobil yang telah membawa Mamahku pergi? dasar bedebah!" Darren sampai mengepalkan tangan, bahkan kertas tersebut telah berubah menjadi ringsek olehnya.
Bersambung...
☘️☘️☘️☘️☘️
wah Daren boleh diharapkan oleh Saga utk mngurusi perusahaan.