NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Jam 2 siang aku dan ibu berangkat ke klinik Om Aryo. Ternyata klinik Om Aryo itu bukan klinik kesehatan yang biasa aku temui. Ini adalah klinik psikotes, dan aku juga baru tahu bahwa Om Aryo adalah teman sekolah ibu sewaktu SMA. Sekarang beliau menjadi seorang psikiater.

Awal masuk ke dalam klinik, aku diwajibkan mendaftar dan setelahnya diberi beberapa kertas yang berisi soal-soal, aku harus menjawab semuanya. Setelah itu, aku dipertemukan dengan Om Aryo.

Setelah berbincang dan memberikan cerita kehidupanku, Om Aryo menyatakan aku mengalami depresi. Tapi aku merasa baik-baik saja. Aku tidak pernah berpikir untuk mati seperti Bulan. Aku juga tidak pernah berpikir untuk menbunuh siapapun seperti Suci. Aku normal. Kenapa aku dianggap depresi? Dan apa hubungannya dengan aku selalu pingsan?

Aku sangat tidak menerima diagnosa itu. Sehingga, sejak pulang dari sana, aku selalu berdebat dengan ibu. Aku baik-baik saja, tapi Ibu sangat khawatir.

"Bu! Om Aryo itu manusia! Dia ga bisa mengetahui apapun tentang manusia lain! Itu diagnosa cuma dari beberapa hal ceritaku aja! Aku juga ga ngerasa depresi. Aku biasa aja! Aku bahagia kok hidup sama ibu!" bantahku.

"Tapi ..." Ibu terdiam sejenak dan meneteskan air mata. Satu hal yang aku benci saat ini. AKU BENCI PSIKIATER! "Kamu pasti ngerasa kesepian kalo ibu tinggal kerja."

"Ga! Malahan aku seneng! Aku bisa main game sepuasnya!" bantahku lagi.

Dan kami terus berdebat. Ibu sangat percaya pada diagnosa itu tapi aku tidak sama sekali.

Malam harinya, aku menceritakan itu semua kepada Alex.

"Coba tanya ibu lo, pas lo masih kecil pernah kejadian sesuatu ga? Mungkin itu muncul gegara kejadian itu!" ucapnya.

"Ga ada yang aneh-aneh sih. Cuma dulu pas masih kecil, gue pernah hilang. Sekitar umur 5 tahun. Gue juga masih inget kok kejadiannya. Bahkan gue juga inget gue ada di mana waktu itu. Cuma gue ga bisa balik aja, ga tau jalannya. Itu juga penyebab orang tua gue cerai," jelasku.

"Hah?! Cerai? Kok cerai cuma gegara lo hilang?"

"Ya gue tuh inget banget kalo gue dibawa bapak-bapak. Dan gue inget banget kalo itu tuh bapak gue! Dia juga bilang kok kalo dia itu bapak gue. Makanya gue ikut. Terus gue ga dianterin balik ke rumah yang biasanya. Tapi kayak rumah tua gitu. Ya gue sih mikirnya itu rumah nenek gue. Karena gue ga pernah ke rumah nenek. Terus ya gue biasa aja. Terus ada orang, tiba-tiba gue digendong. Gue dibawa pulang. Ternyata gue tuh udah hilang 2 hari dan dicari-cari warga sekampung. Dan yang bawa gue balik itu ya warga kampung gue. Terus kan gue ditanyain kenapa hilang, ya gue ceritain itu. Terus bapak gue mikir kalo bapak yang nyulik gue itu selingkuhan ibu. Makanya berantem terus cerai."

"Waah, kompleks banget hidup lo, Mut."

"Ya, gue sih biasa aja ya. Tapi KENAPA GUE DIBILANG DEPRESI?!" teriakku kesal.

"Mungkin muka lo kayak orang depresi ha ha!" ejek Alex sambil tertawa.

"Muka gue?" tanyaku pelan, tak percaya Alex akan mengatakan hal semacam itu.

"Eh. Gue bercanda aja Mut." Dia mendadak meminta maaf.

"Gue depresi gegara lo, Lex!" bentakku.

"Loh, kenapa? Sorry, Mut. Gue ga maksud apa-apa."

"Gue tuh mau juga diajak jalan-jalan jajan malam minggu kayak cewek lo! Kan gue selingkuhan lo! Boleh dong setidaknya sekaliii aja lo ajakin! Gegara lo cuma ngajakin cewek lo, gue jadi depresi!" ocehku.

Seketika itu tawa Alex pecah dan membuat kupingku agak sakit sebab headset yang menendang gendang telinga.

"Emang lo mau gue ajakin ke mana?" sahutnya sambil terkekeh.

"Ya ke mana kek. Gue juga ga tau. Gue kan jarang jalan-jalan. Sekali-kali lo tuh bawa gue kabur ke luar rumah gitu. Biar kayak Rapunzel sama pangerannya. Gue kan juga mau." Aku tak mendengar balasan suara Alex dari kalimat tersebut. "Kenapa lo diem? Pasti lo mikir gue jajannya bakalan banyak kan?"

"Kok lo tau? Anjir! Bisa-bisa habis duit gue cuma buat jajanin cewe. Mana duit bulanan masih lama dikasih lagi, sekarang aja baru tanggal 3," jawaban itu membuatku sedikit ilfil dengan Alex. Itu terdengar seperti dia pelit untukku. Tapi untuk pacarnya dia rela uang jajannya habis.

"Gue juga punya duit kali Lex! Ga lo doang yang bisa pegang duit di bumi ini. Gue cuma mau lo ajakin aja. Jajan mah gue masih sanggup bayar sendiri. Gini-gini gue independen women," balasku sambil mentertawakan kalimatku sendiri.

"Gue bukannya nyuruh lo bayar sendiri. Gue kan cowok, ya ga enak aja ngajakin lo jalan malah lo bayar sendiri," balasnya.

"Heiiii! Diam kau! Independen women itu bisa sendiri! Bayar makanan sendiri! Belanja sendiri! Jajan sendiri!"

"Terus kenapa lo mau gue ajakin jalan?"

"Yah kan independen women juga mau di atitutu tayang tayang!" Seketika itu kami tertawa.

"Lo belajar dari mana sih jadi gila gini?" tanya Alex.

Aku hanya berdiam diri sambil tersenyum-senyum.

"Kalo malam minggu kayaknya gue ga bisa, Mut. Jum'at ini kan libur, tanggal merah. Nah, malam Jum'at aja kita jalan. Gimana mau ga?" Alex memang tidak seromantis yang aku bayangkan.

"Malam Jum'at? Lo ngajakin gue jalan, apa ngajakin ngepet?!" bantahku.

"Jalan lah! Oh iya, ada tempat es krim baru buka loh di alun-alun! Cobain yuk! Katanya lo suka es krim."

Kyaaaaa >.< Padahal aku tau bahwa Alex ingat kata-kata yang pernah aku katakan. Tapi aku merasa dia mengingat setiap detail tentang diriku. "Boleh. Jadi malam Jum'at nih?"

"Oh iya, gue ga tau rumah lo. Hari Kamis, gue anter lo pulang ya? Biar gue tau rumah lo."

Lex! Lo tuh lagi deketin gue atau apa sih?! Lo kira gue ga baper apa lo giniin?!

"Mut!" panggil Alex menyadarkanku.

"I—iya," jawabku tergagap.

***

Hari senin ini aku kembali berbaring di UKS. Kali ini rasanya bertambah parah sebab biasanya aku langsung tersadar setelah pingsan beberapa detik. Tapi sekarang petugas UKS berkata bahwa aku sadar setelah 5 menit jatuh pingsan. Bahkan guru-guru sudah menyiapkan mobil untuk membawaku ke rumah sakit, tapi untungnya aku segera sadar.

"Lo tuh anemia deh kayaknya, Mut. Makanya lo ga kuat berdiri lama-lama," ucap Suci.

"Kalo anemia seharusnya pas cek darah, keliatan dong darahnya kurang," balas Bulan.

Aku menghela napas dan menatap lemari UKS yang bening menampakkan wajahku pucat.

"Lo ga sarapan ya?" tanya Suci.

"Kalo ga sarapan maag gue kambuh," balasku.

"Kurang olahraga kayaknya," balas Bulan.

"Kayaknya," sahutku lemas.

***

Sangat aneh. Hingga aku pulang sekolah, rasanya tubuhku lemas dan tidak sanggup untuk berdiri. Tidak pusing. Hanya saja rasanya aku tidak bisa seimbang dan hendak pingsan.

Sementara Mutia dan Suci sudah pulang terlebih dahulu, aku duduk di pos keamanan sekolah. Menyandarkan kepala pada tiang. Rasanya aku ingin berbaring. Bahkan untuk bernapas pun aku merasa lelah.

Tiba-tiba saja aku melihat semuanya berputar dan bergerak tak beraturan. Pohon di hadapanku bertambah besar dan aku terbaring. Aku merasakan ada tangan yang menopang tubuhku untuk tidak terbaring ke lantai. Siapa itu? Aku tak bisa mengenalinya, sebab aku ....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!