"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Will you?
Acara terus berjalan dengan tertib. Daniel dibantu oleh Aaron dan beberapa rekannya. Berbagai acara terus berjalan. Namun sayangnya, Gavin tak bisa memimpin keberlangsungan acara, karena ia tengah bergegas ke Rumah sakit, untuk melihat kondisi Ellea yang tengah jatuh pingsan.
Gavin tak menyangka, jika Ellea akan pingsan mendengar kabar bahagia itu. Padahal, seharusnya Ellea bahagia, karena Gavin akan bertanggung jawab padanya, dan akan menikahinya. Mungkin, Ellea kaget karena sebelumnya Gavin tak memberi tahu perihal pernikahan ini.
Sesampainya di Rumah sakit, Gavin segera menuju UGD, untuk memastikan keadaan Ellea. Saat ditemui, beruntung Ellea telah sadar. Ellea yang melihat kedatangan Gavin, lemas seketika. Ellea malas sekali untuk bertemu dengannya. Sungguh, ingin rasanya menghindari Gavin, namun apalah daya Ellea. Kini, ia sudah tak bisa menghindar. Sejauh apapun Ellea menghindar, Gavin pasti mengikutinya.
"Ellea, kau baik-baik saja, kan?" Gavin duduk di kursi tunggu pasien.
Ellea hanya menatap Gavin. Ia tak ingin menjawab, karena ada tiga orang pengawal yang tengah menunggunya. Seakan tahu maksud dari tatapan Ellea, Gavin pun memerintahkan ketiga pengawalnya untuk meninggalkan bilik ruangan Ellea. Mereka pun berlalu, karena patuh pada apa yang dikatakan Gavin Alexander.
"Kau bebas berbicara sekarang," ujar Gavin.
Ellea menghela napas. Ia terus memandangi Gavin. Hidupnya mulai berantakan sejak mengenal Gavin. Ellea tak menyesal memiliki Daniel, tapi Ellea sangat-sangat menyesal bertemu dengan Gavin kembali. Ingin rasanya mati saja, jika ia tak mengingat Daniel, yang memang membutuhkan kasih sayangnya.
"Untuk apa kau mengatakan hal konyol dan tak masuk akal itu? Kenapa kau selalu seenaknya memutuskan apa yang kau inginkan? Kenapa kau angkuh sekali, kenapa?" Ellea sangat kesal.
"Ellea, aku sudah memikirkan semua ini dengan sangat matang. Ini adalah yang terbaik, dan kau akan aman dengan cara ini. Memang, hal ini terkesan memaksa. Tapi, jika aku membiarkanmu, itu lebih berbahaya. Akan ada banyak tangan yang menyakitimu dan Daniel, lebih dari ancaman pertama yang kau dapatkan. Bersamaku, adalah yang terbaik, karena aku akan melindungimu dengan seluruh kekuatanku," jelas Gavin.
"Karena itulah, dari awal aku telah menghindarimu! Aku tak ingin berhubungan orang orang yang berduri seperti dirimu! Inilah penyesalan terbesarku, karena telah bertemu kembali denganmu! Sungguh, kau sangat egois. Aku benar-benar tak bisa menerima semua ucapanmu. Aku sangat muak mendengarnya, Gavin Alexander!" keluh Ellea.
"Benarkah? Kau menyesal bertemu denganku, Ellea? Kenapa kau tak melihat sisi positif dari apa yang telah aku lakukan? Bukankah Daniel itu anakku? Bukankah Daniel itu darah dagingku? Bukankah seorang anak itu butuh pengakuan dan kasih sayang dari seorang Ayah? Bukankah dia juga menyayangiku, Ellea? Jika kau bilang, aku sangat egois, maka aku juga berhak, mengatakan bahwa kau juga egois! Kau hanya mementingkan perasaanmu, tapi tidak mementingkan perasaan Daniel sama sekali! Kau terlalu egois, Ellea! Aku meminta kau untuk menikah denganku, karena Daniel. Karena dia pasti ingin Ibu dan Ayahnya selalu ada untuknya. Bukankah Daniel akan sangat bahagia, jika kita berada dalam satu ruang lingkup yang dinamakan keluarga?" Gavin terus mencecar Ellea dengan banyak pertanyaan.
Ucapan Gavin memang tak salah. Daniel sangat menginginkan Ayah dan Ibunya. Ellea pahami itu. Hanya saja, cara dan penyampaian Gavin yang terkesan buru-buru dan dikejar-kejar, tentu saja membuat Ellea shock, dan tak siap mendengar berita mengejutkan itu. Jika saja, sebelum diumumkan pada media dan tamu, Gavin bertanya dahulu pada Ellea, mungkin kejadiannya tak akan seperti ini.
"Kau pun hanya memikirkan perasaan Daniel, tapi kau tak sedikitpun memikirkan perasaanku!" Ellea kesal, ia hampir saja menangis karena benar-benar kecewa.
"Aku memikirkan perasaanmu. Aku akan mencoba memberimu status, agar nama dan statusmu tak dipandang sebelah mata oleh orang lain. Aku ingin kau dihormati dan dihargai oleh orang lain. Karena apa? Karena Kau bukan wanita biasa. Kau adalah wanita hebat, yang telah melahirkan anak hebat juga. Kau wanita yang layak dicintai. Kau wanita yang layak mendapatkan kasih sayang seorang pria. Jika aku mengingat pada hal itu, aku merasa egois telah membiarkan kalian. Dengarkan aku, Ellea ... kau adalah wanita yang sudah aku sentuh, dan kau juga melahirkan darah dagingku. Kalau sudah begitu, kau adalah orang yang pantas untuk aku nikahi, bukan? Apa lagi yang kau pikirkan? Kau bisa mencoba dan menjalaninya perlahan-lahan. Kau tak harus marah dan menahan diri, karena semua ini. Everything's will be Okay, Ellea."
Penjelasan demi penjelasan telah dilontrakan Gavin. Bahkan, Ellea tak sanggup berkata-kata, karena ucapan Gavin telah mewakili semua pertanyaannya. Ellea hanya bisa berkelit, karena memang ia memiliki alasan lain untuk menolak menikah dengan Gavin.
"Aku tak ingin menikah. Aku tak butuh pria dalam hidupku. Aku ingin hidup berdua bersama anakku. Hanya itu keinginanku, itu saja. Aku memiliki alasan kuat untuk semua ucapanku. Aku tak ingin disebut sebagai wanita yang materialistis. Hidup denganmu, akan membuat diriku terbebani. Aku mendapat beban berat yang harus aku pikul. Sekali lagi, maaf Tuan Gavin, aku tak ingin menikah denganmu. Ucapanmu sangat membuat hatiku terluka." Tegas Ellea.
"Ellea, aku tak mungkin menarik semua ucapanku. Kau bisa melihat di artikel dan tajuk internet. Kabar pernikahanku pasti sudah tersebar luas sampai ke pelosok sekalipun. Aku berkata akan menikahimu, bukan hanya sekedar ucapan belaka. Tapi semuanya memang berasal dari hatiku. Aku sudah memantapkan diriku, untuk bertanggung jawab atas semuanya. Walau kau bisa berkata, jika tak ada cinta diantara kita, maka ... cobalah untuk membuka hati dan perasaan masing-masing. Yakinlah Ellea, rasa itu akan muncul belakangan." Tegas Gavin.
Mendapat ucapan itu, Ellea hanya terdiam. Ia tak sanggup lagi berkata-kata. Ia bingung menilai hati dan perasaannya. Ia merasa tak mampu untuk menerima semua keputusan Gavin yang terkesan mendadak. Hanya mampu terdiam dan melamun, karena pikiran Ellea begitu kosong. Ia tak ingin terlibat dengan Gavin. Baginya, Gavin adalah duri tajam yang harus ia hindari.
"Menikahlah denganku, dan buktikan semua ucapanku. Kau hanya tinggal mencobanya. Jika nanti aku tak bersikap sesuai ucapanku, kau berhak meninggalkan aku, dan membawa Daniel, Ellea. Semua keputusan ada padamu. Kumohon, demi kebahagiaan Daniel dan keselamatan kalian, berlindung lah di belakangku. Aku akan membuktikan semua ucapanku, dan aku bersumpah, kau akan tenang di sampingku. Maafkan aku, yang melakukan semua ini dengan mendadak, tapi aku sungguh ... tak bermaksud untuk bercanda dan mempermainkan ucapanku. Karena aku hanya ingin jujur, dan mengeluarkan semua yang ada dalam benakku. Walau terkesan mendadak dan mengejutkan, tapi kau harus yakin, aku hanya mencoba untuk bergerak cepat, demi kalian berdua ...."
Haruskah aku percaya pada ucapannya?
*Bersambung*
Teman-teman ... Jangan lupa vote.nya ya ❤❤❤
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.