HIDDEN DEVIL

✨Happy Reading✨

Emilia terdiam ketika melihat sosok laki-laki yang tak terduga muncul di hadapannya.Lidahnya terasa kelu tak dapat berucap satu kata pun saat tubuh mungilnya di peluk erat oleh-oleh lelaki itu.

“Kemana saja kau?...aku sudah mencari mu kemana-mana tapi tak satu orang pun tahu kemana kau pergi”ujar laki-laki bertubuh tinggi dan tampan yang tak lain adalah Brain

“Brain..lepaskan aku”Emilia berusaha melerai pelukan mereka

“Tidak..biarkan aku memelukmu sebentar saja”pintanya dengan nada sendu

Dengan sangat terpaksa Emilia mengijinkan Brain memeluknya meskipun ia merasa tidak nyaman.

Namun tiba-tiba dari arah pintu masuk seorang pria berjalan dengan langkah panjang dan wajah yang terlihat begitu marah.

Emilia menajamkan penglihatannya memastikan bahwa laki-laki itu sedang berjalan ke arahnya dengan raut wajah yang emosi.

“Berani sekali kau menyentuhnya”geram Damian

Ya...laki-laki itu tak lain dan tak bukan adalah Damian.

Dengan emosi yang sudah memuncak,ia menarik baju Brian dan tanpa basa basi sebuah pukulan mendarat sempurna di wajah tampan Brian.

Bbbuugghhh!!!

“Damian...”teriak Emilia yang terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Damian.

“Brain..kau baik-baik saja”tanya Emilia yang langsung menghampiri Brain namun segera di tarik oleh Damian.

“Jika kau berani menyentuhnya maka aku tidak akan segan-segan untuk mematahkan tanganmu”ancam Damian

Emilia menghentikan gerakannya dan menarik kembali tangan yang ingin menyentuh wajah Brain yang mulai membiru dengan bibir yang mengeluarkan darah.

#FLASHBACK ON

Tingggg....

Lift yang membawa Damian sudah berhenti tepat di depan ruangannya.Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan tempatnya bekerja namun sebuah pertanyaan tiba-tiba terbesit di dalam benaknya

“Kenapa aku membiarkan wanita itu pergi seorang diri..bagaimana jika dia mengambil kesempatan untuk kabur dari ku?”ia termenung sejenak lalu setelahnya ia berbalik arah masuk kembali ke dalam lift.

Sesampainya di lantai dasar ia berpapasan dengan Louis yang baru saja ingin naik ke atas.

“Apakah ada sesuatu yang tertinggal tuan?”tanya Louis

“Tidak..hanya saja aku terlalu ceroboh membiarkan rubah kecilku berkeliaran seorang diri”jawab Damian sembari terus melangkah.

Louis ingin menyusul namun ia mengurungkan niatnya karena ia tak ingin ikut campur dengan urusan pribadi tuannya.

Kembali lagi ke Damian,ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan seseorang yang dia sebut sebagai rubah kecilnya.

“Kemana perginya rubah kecil itu..”gumam Damian

Beberapa derik kemudian ia teringat sesuatu.Dengan sigap ia merogoh saku jas nya mencari benda kotak yang bisa membantunya untuk mencari Emilia.

Gerakan tangannya yang cepat menekan setiap tombol yang ada di layar ponselnya membuat ia tak mengalami kesulitan sedikit pun untuk mendapatkan posisi Emilia saat ini.

Ya..Damian melacak keberadaan Emilia melalui chip yang ia tanam di lengan emilia.

“Tak jauh dari sini”gumamnya

Ia kembali melangkahkan kaki menuju titik merah yang terlihat tak bergeser dari tempat itu.

Tak berselang lama ia sampai di tempat tujuan,namun ia dibuat terkejut melihat pemandangan yang mampu membuat hatinya merasa panas.

Seorang laki-laki tengah memeluk erat Emilia,bahkan Damian sangat ingat siapa laki-laki itu dan hal itu semakin membuatnya emosi.

Dengan langkah panjang ia berjalan masuk ke dalam coffee shop itu dan langsung menghadiahkan sebuah pukulan keras ke pipi laki-laki yang berani memeluk rubah kecilnya.

#FLASHBACK OFF

Mata Damian tak hentinya menatap tajam wanita yang ada di hadapannya saat ini.Entah kenapa ia menjadi sangat emosi ketika melihat wanita yang ia klaim “mainan baru”nya di sentuh oleh laki-laki lain.

“Aku menyuruhmu untuk membeli kopi dan kue bukan untuk bertemu dengan kekasih oh bukan kekasih tapi mantan kekasih”ujar Damian menatap tajam ke arah Emilia

“Kau salah paham...ini tidak seperti yang kau lihat”Emilia mencoba menjelaskan kejadian sesungguhnya.

“Salah paham seperti apa yang ingin kau jelaskan..kesalahpahaman tentang kau yang menikmati pelukan dari laki-laki ini”kini tatapannya berpindah ke arah Brain yang masih terduduk di lantai

“Lalu apa salahnya jika aku memeluk Emilia..dia sahabatku dan kita sudah lama tidak bertemu..siapa kau yang berani melarang kami?”sahut Brain dengan berani

Ddeeggg!!

Pertanyaan Brain membuat Damian sadar posisi nya saat ini.Entah kenapa ia menjadi sangat emosi ketika melihat Emilia dipeluk oleh laki-laki lain.

Namun di detik berikutnya Damian tersenyum dan itu membuat Brain mengernyitkan dahinya.

“Hah..aku akan menjelaskannya padamu..”Damian tiba-tiba menarik Emilia kedalam pelukannya dan memegang bahu itu dengan salah satu tangannya

Emilia sedikit tersentak dengan apa yang dilakukan oleh Damian.

“Biar aku jelaskan...dia adalah mainan baruku..dan apapun yang menjadi milik seorang Damian tidak boleh di sentuh oleh siapa pun itu..apalagi laki-laki bajingan seperti mu”Damian sengaja menekankan kalimat terakhirnya

Brain melotot tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya.

“Apa katamu?....mainan?...dia itu manusia bukan benda..bagaimana bisa kau menyamakannya dengan mainan?”brain benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Damian

Sedangkan Emilia merasakan sesak dibagian dadanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Damian.Fakta itu tak bisa dihilangkan bahwa Damian hanya menganggapnya sebuah mainan.

“Kenapa tidak..aku seorang Damian dan apapun bisa aku lakukan..bahkan aku bisa menutup coffee shop ini jika aku mau”senyum khas devil tersemat di wajah tampannya.

Sedangkan di sudut ruangan,seorang laki-laki yang tengah menyaksikan sahabatnya di pukul terlihat tersenyum penuh arti.Sebelumnya ia ingin menolong namun ketika mengetahui siapa yang menjadi lawan dari sahabatnya ia memilih untuk diam dan menonton adegan itu.

“Menarik...sepertinya ini akan menjadi semakin mudah”gumamnya

Setelah mengatakan kalimat terakhirnya,Damian keluar dari ruangan itu tak lupa ia menarik tangan Emilia untuk ikut bersamanya.

Sepanjang perjalanan Damian terus berjalan dengan cepat sembari menarik tangan Emilia.Ia benar-benar emosi dengan apa yang dia lihat tadi.Seakan tuli,ia tak menghiraukan rengekan Emilia yang mengeluh sakit.

Beberapa kali Emilia harus menyeret kakinya agar bisa menyeimbangi langkah panjang Damian.Bahkan tak bisa dihitung beberapa ia tersandung karena tidak memperhatikan jalannya.

Air matanya sudah mengalir deras karena rasa sakit pada kaki,pergelangan tangan dan juga hatinya

Bersambung...