NovelToon NovelToon
Quadrangle Romance

Quadrangle Romance

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lalarahman23

Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.

Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.

Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.

Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10: Ciuman pertama.

"Emm, mungkin dia mencari kesenangan dengan cara yang salah... kau harus lebih memperhatikannya!" Saranku.

Gyumin meletakkan foto keluarga tersebut di atas meja, bayangan cahaya sore yang masuk dari jendela menciptakan aura hangat di sekitar mereka. Dia menatap foto itu sejenak sebelum menjawab. "Aku akan lebih memperhatikannya," seraya tersenyum ke arah Manda.

Aku mengerenyitkan kening, merasakan bahwa ada sesuatu yang tersirat di balik senyumnya. "Ada apa? Kenapa tersenyum?" tanyaku, ingin menggali lebih dalam.

"Semalam tidurmu nyenyak?" tanya Gyumin, memandangi Manda dengan penuh perhatian.

"Kau merusak tidurku semalam... jadi aku tidak melanjutkannya," jawab Manda, mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan Gyumin yang intens.

Gyumin tertawa kecil. "Maaf, tapi aku juga sangat terkejut dengan teriakanmu... emm, Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Aku berbalik, berjalan dan mengambil tas di atas ranjang. "Apa lagi? Sekarang antar aku pulang ke Apartemen. Aku ingin melanjutkan tidurku tanpa gangguanmu."

"Ku kira, kau akan menginap lagi..." goda Gyumin sembari tersenyum.

"Kau jangan bercanda. Antar aku pulang!" ujarku tegas, lalu berjalan keluar.

Gyumin mengikuti Manda dari belakang, mencoba mencairkan kekesalannya dengan godaan yang tak ada habisnya.

Setelah beberapa saat, kami pun tiba di Apartemen.

"Kenapa tidak menyuruhku masuk untuk menikmati secangkir hot coffee? Cuacanya sangat dingin," usul Gyumin sembari berpura-pura kedinginan.

"Kau mau? Baiklah! Tapi hanya untuk itu," kataku sembari memetik jari ke arah wajahnya.

"Setelah itu, kau harus pergi. Lalu aku akan melanjutkan tidurku."

Gyumin tersenyum mengangguk. "Baiklah!" Dia masuk ke dalam Apartemen dengan langkah yang ceria.

Di dalam Apartemen, aku berjalan ke arah dapur untuk membuatkannya secangkir kopi. Sementara Gyumin menunggu dengan sabar di ruang tamu. Aroma kopi yang harum mulai menyebar di udara saat aku kembali dengan secangkir kopi panas.

Aku meletakkannya di atas meja. "Minumlah," kataku.

Gyumin mendekat dan menatap Manda. "White coffee?" Tanya Gyumin sembari duduk dan langsung meminumnya.

Aku duduk di dekatnya, mencoba menciptakan jarak tetapi tetap dekat. "Kau sedang apa?" tanyaku, mencoba mencairkan suasana.

Gyumin meletakkan cangkir kopi dengan lembut di atas meja. "Aku tertarik dengan foto-fotomu yang terpajang, manis sekali," ujarnya sembari tersenyum.

"Lain kali, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam Apartemenku lagi," kataku dengan tegas, merasa perlu menetapkan batasan.

"Aku tetap akan datang walaupun kau memarahiku..." goda Gyumin dengan nada ceria, mencoba membuatku tersenyum.

Panggilan telepon masuk dari Mama Manda, memotong percakapan kami. Aku menerima panggilan dengan wajah cemas, merasa perlu untuk mengatur situasi dengan baik.

Gyumin menyaksikan dengan kekhawatiran yang jelas tergambar di wajahnya. "Ada apa?" tanyanya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Aku memberikan isyarat agar dia diam, lalu fokus mendengarkan Mama di ujung telepon.

"Mereka tidak mau pulang dan masih menunggumu di luar!" teriak Mama dengan nada khawatir.

"Ck! Mama abaikan saja!" ujarku dengan nada kesal, lalu mematikan telepon.

Gyumin melihat betapa kesalnya Manda setelah mematikan telepon tersebut. "Ada apa?" tanyanya lagi, kali ini dengan lebih khawatir.

Aku menghela nafas, merasa perlu membagikan beban ini dengannya. "Haruskah aku menceritakannya?" tanyaku, mencari dukungan.

Gyumin mengangguk mantap. "Aku akan mendengarkannya," sahutnya dengan penuh perhatian.

"Jadi, sebenarnya aku pergi ke Korea untuk menghindari masalah yang aku buat sendiri..." ceritaku panjang lebar, menjelaskan kebingungan dan kesulitan yang pernah aku hadapi di rumah.

Gyumin terdiam sejenak, matanya memperlihatkan kekaguman dan simpati. "Wah, kau memang memiliki tantangan tersendiri ya," ucapnya dengan hati yang terbuka.

Aku menunduk, merasa lega bisa berbagi cerita dengan seseorang yang mengerti. "Itulah yang aku takutkan, aku juga ingin hidup normal seperti orang lain. Selama ini, hanya kau yang bisa dipercaya," ucapku dengan tulus.

"Emm... di sini, kau harus selalu berhati-hati dalam memilih teman. Kejahatan ada di mana-mana," kata Gyumin dengan serius, memberi peringatan yang penting.

"Aku akan berhati-hati," sahutku dengan mantap.

"Berbahagialah, aku akan selalu ada untukmu!" ucap Gyumin dengan penuh dukungan, matanya berkaca-kaca.

"Gyumin, terimakasih atas segalanya," ujarku sembari tersenyum padanya, merasa terharu dengan dukungannya.

Kami saling bertatapan sejenak, atmosfer yang tercipta membuat Gyumin mendekat dan menciumnya. Aku terkejut sejenak, namun kemudian membalikkan tubuhku dengan lembut.

"Emm... Gyumin, kau harus pulang! Aku ingin istirahat," ujarku dengan jantung yang berdebar, mencoba mengakhiri momen yang tiba-tiba itu.

"Kenapa berbicara membelakangiku?" Tanya Gyumin, suaranya penuh kebingungan dan kekhawatiran, memecah sunyi di antara mereka.

Dengan perasaan malu, aku pun berbalik melihat ke arahnya, mata kami bertemu sejenak sebelum aku menundukkan pandanganku. "Ka-kau, harus pergi!" ucapku terbata-bata, mencoba menutupi rasa canggung yang merambat di dalam diriku.

Gyumin tersenyum, senyum yang mengandung rasa lega dan harapan. Mengangguk pelan, dia menjawab dengan suara yang lembut. "Sampai jumpa besok." Dia berdiri, meninggalkan Apartemen Manda dengan hati yang berbunga-bunga.

Aku pun terdiam mematung, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Apa yang baru saja terjadi?! Kenapa aku berciuman dengannya! Akkh! Aku benar-benar sudah gila!" bisikku pada diri sendiri, mencoba meredakan kekacauan dalam hatiku.

Di dalam mobilnya, Gyumin melamun, tersenyum sendiri sembari menggigit bibir bawahnya dengan jantung yang berdebar. "Aku sudah sangat gila, aku memang sudah menjadi gila! Bagaimana aku menghadapinya? Pasti ini akan menjadi sangat canggung. Aku tidak menduga hal ini akan terjadi," gerutunya, kepada dirinya sendiri, sementara jalanan bergulir di bawah lampu-lampu kota yang redup.

...(⁠ ⁠˶⁠ ⁠❛⁠ ⁠ꁞ⁠ ⁠❛⁠ ⁠˶⁠ ⁠)...

Keesokan harinya, di Taman kampus.

Gyumin duduk menunggu Manda di tempat biasa mereka bertemu. Waktu terasa seperti mengalir begitu lambat, hampir satu jam telah berlalu tanpa kehadiran Manda. Gelisah merayap di dalam hatinya, dia akhirnya mengambil keputusan untuk menghubungi Manda.

Ponsel berdering, membangunkan Manda yang terbaring lemah di ranjang, menggigil di balik selimut, suhu tubuhnya tinggi.

Aku menerima panggilan tanpa membaca asal dari penelepon. "Ya, ada apa?" suaraku terdengar lemah, mengkhawatirkan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Gyumin, suaranya penuh dengan kecemasan yang tidak tersembunyi.

"Aku sedang tidak enak badan... aku tidak bisa masuk hari ini," jawab Manda dengan suara serak dari seberang sana.

"Kau harus ke rumah sakit! Aku akan mengunjungimu sekarang juga, bertahanlah!" pintanya pada Manda, lalu bergegas menuju jalan raya dan menghentikan taksi yang lewat.

Sunyi dan sepi.

"Manda? Manda!? Kau baik-baik saja?!" teriak Gyumin dengan kekhawatiran yang semakin mendalam.

Di dalam perjalanan, Gyumin tidak henti-hentinya mencoba menghubungi Manda, namun tidak mendapatkan jawaban. Kekhawatiran itu memenuhi hatinya dengan setiap detik yang berlalu. Setibanya di Apartemen, Gyumin keluar dari taksi dengan tergesa-gesa, meminta petugas Apartemen untuk membuka pintu dengan paksa.

Pintu itu terbuka akhirnya. Dan betapa terkejutnya Gyumin melihat Manda terkapar pingsan di lantai Apartemennya. Tanpa ragu, Gyumin berlari mendekatinya, memangku kepala Manda yang tergeletak.

"Manda! Manda bangunlah!" serunya panik, lalu menggendong Manda dengan cepat untuk membawanya ke rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, di Rumah sakit.

Gyumin hampir berlari dengan tubuh Manda yang terasa begitu rapuh di gendongannya. "Tangani dia secepatnya! Dia adalah pasien VVIP!" perintahnya kepada para petugas di sekitarnya.

Mereka dengan segera membawa Manda ke ruang gawat darurat. Gyumin tidak tinggal diam, dia mendampinginya setiap langkah. "Badannya sangat panas, lakukan penyembuhan untuknya sebaik mungkin!" perintahnya lagi, suaranya penuh dengan kepedulian yang mendalam.

Beberapa menit kemudian, di ruang gawat darurat.

"Baik, silakan anda mengurus biaya administrasinya!" kata suster dengan tenang, setelah melakukan pemeriksaan awal pada Manda.

Gyumin segera menyelesaikan urusan administrasi itu, lalu kembali menemani Manda yang masih terbaring lemah, dengan infus yang terpasang di lengan tangannya.

Gyumin duduk di samping Manda, menunggu dengan penuh keteguhan hati.

Beberapa waktu kemudian, Manda dipindahkan ke ruang perawatan VIP. Gyumin tetap duduk di sisinya, menatap wajah Manda yang kini tampak lebih tenang.

Manda perlahan membuka kelopak matanya, menoleh ke arah Gyumin yang terlihat sangat mengkhawatirkannya.

"Kau merasa lebih baik?" tanya Gyumin dengan lembut, menggenggam erat tangan Manda.

Aku memegang kepalaku, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi?" tanyaku, mencoba memahami situasi yang kini begitu membingungkan.

...To be continued....

1
Iren Nursathi
apa yg terjadi thor jngn sampe ya
Iren Nursathi
jangan sampe foto nya tersebar thor kasihan
lalarahman23
Ingin BAB tambahan? Tolong sukai dan beri komentar kalian, juga penilaian anda. Terimakasih sudah mengikuti kisah Mandalika 📌
Ana@&
lanjut
Iren Nursathi
aku tidak suka tokoh anin jauhkan thor sudah terlalu banyak masalah manda
Sad Grill
asik ceritanya
lalarahman23: Terimakasih, Bab ke atas lebih menarik lagi kak.
total 1 replies
Iren Nursathi
makin seru lanjuuuuut thor
lalarahman23: Terimakasih, Jangan lupa kasi ratingnya ya Kak🙏
total 1 replies
Bintangkehidupan
Semoga Authornya doyan Update!
Bintangkehidupan
Semangat Thor! Yuk updatenya banyakinn
Bintangkehidupan
Cepetan lanjuttt🙀
Bintangkehidupan
/Puke//Puke//Puke/
Bintangkehidupan
GOMBALLL
Bintangkehidupan
Kasian in yeop, manda kamu bener bener yaa🙉
Bintangkehidupan
/Panic//Panic//Panic/
Bintangkehidupan
kok di gigit🙈
Bintangkehidupan
Kasian banget umin, pasti tersiksa banget di tinggalin manda. mana nikah sama sikopet it lagi. ngeri nasipmu
Bintangkehidupan
Padahal si mama itu dah bener, harusnya Manda move on, ini malah nekat balik lagi
Bintangkehidupan
Doohyun itu dari awal emang sebenernya suka sih sama manda, tapi ketutup sama sikapnya yang dingin.
Bintangkehidupan
/Whimper//Whimper//Whimper/
Bintangkehidupan
Ngakak😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!