🌹🌹🌹🌹
Karena ingin terlepas dari jerat kemiskinan, Sena dan Felli memutuskan untuk menjual kesucianya. Melewati 1 malam penuh Dosa.
"Fel, pokoknya aku mau yang seperti Om Rudi, walaupun sudah tua tapi masih terlihat tampan," pinta Sena sang adik sepupu.
Felli terkekeh.
"Ada yang mau menggunakan jasamu saja sudah untung, hahaha," akhirnya Felli tertawa terbahak.
21+
✍🏻 revisi typo 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY SUGAR 28 - Maaf Sayangku (2)
"Kenapa kamu bisa sampai disana?" ucap Hanan tegas, ia menatap tajam pada Sena, menarik gadis ini hingga berada di tengah-tengah ruangan itu.
"Sayang," desis Sena yang kesadarannya baru saja kembali. Melihat Hanan melepaskan topengnya dengan kasar.
"Aku_"
"Bagaimana bisa kamu sampai bertemu dengan orang itu?" tanya Hanan lagi dengan menggebu, sumpah demi apapun ia sangat kesal. Apalagi jika mengingat Hanaf yang hendak menyentuh Sena, wanitanya.
"Aku_"
"Jangan pernah ulangi lagi kelakuan cerobohmu itu, kalau aku tidak datang tepat waktu entah apa yang bisa dilakuan pria bejat itu padamu," marah Hanan, ia begitu geram. Sedikit saja tadi ia datang terlambat, pasti Hanaf sudah memperdaya Sena, memanfaatkan jabatannya.
Mendapati kemarahan sang kekasih, Sena makin merasa tak tenang. Ia bergerak belingsatan, menahan pipis.
"Sayang, aku_"
"Aku apa? kamu mau meminta maaf?" tanya Hanan dengan suara yang nampak begitu kesal, ia bahkan bertolak pinggang.
"Lepas topengmu," titah Hanan dan Sena menurut.
Sena benar-benar tak diberi kesempatan untuk bicara.
"Kamu kenapa?" tanya Hanan lagi saat melihat wajah Sena yang memerah, Sena juga terus menggerak-gerakkan tubuhnya tak tenang.
Kedua mata Hanan membola, ia yakin 100 persen Sena sudah diberi obat perangsang.
"Badjingan, berani-beraninya dia ..." Hanan tak bisa berkata-kata lagi, tak menyangka Hanaf ternyata memang manusia bejat.
"Tenanglah, aku akan membantumu," ucap Hanan yang suaranya mulai melunak, ia bahkan memegang kedua bahu Sena dengan sayang.
Pelan, Sena menggeleng.
"Aku bisa sendiri, tunjukkan saja dimana toiletnya," jawab Sena, berulang kali ia menggigit bibir bawahnya.
Mendengar itu, Hanan mendelik. "Mana bisa sendiri, jika tidak dituntaskan tubuhmu akan tersiksa," terang Hanan tak terima.
Tak sanggup menahan lagi, akhirnya Sena menangis.
Ia bahkan sampai menumpahkan cairan itu di dalam celananya. Turun hingga sampai ke lantai.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Hanan cemas.
"Aku pipis," jawab Sena diantara isak tangis, hampir 20 menit ia menahan keinginannya itu. Bahkan sampai membuat kantung kemihnya terasa sakit. Belum lagi saat Hanan menariknya dengan langkah besar.
Pandangan Hanan turun melihat kearah lantai yang sudah basah. Ia terkekeh, tak mampu berkata apa-apa.
"Tenanglah, jangan menangis, tunggu disini," ucap Hanan, ia lalu berjalan menjauhi Sena, menghidupkan lampu utama ruangan itu dan menuju ruang peristirahatannya, sebuah kamar di dalam ruang kerja.
Hanan keluar dengan membawa handuk putih ditangannya, kembali menghampiri Sena.
"Sudah, berhentilah menangis. Maafkan aku ya?" ucap Hanan dengan menahan senyumnya.
Hanan lalu melepaskan baju Sena, hingga hanya menyisahkan sebuah bra. Dan terakhir melilitkan handuk itu ditubuh sang kekasih.
"Masuklah ke ruangan itu dan mandi, nanti aku bawakan baju ganti," jelas Hanan lagi, ia bahkan menghapus air mata dipipi Sena.
Pelan, Sena mengangguk. Dengan sesenggukan ia masuk ke dalam kamar itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
20 menit kemudian, Sena sudah rapi. Mengenakan baju yang baru lagi. Wajahnya cemberut, menatap Hanan yang terus memperhatikannya dengan lekat.
"Maaf ya," ucap Hanan sekali lagi, ia masih saja mengulum senyumnya jika teringat kejadian tadi.
"Jadi kamu tadi cari toilet, tidak sengaja bertemu dengan pak Presdir?" tanya Hanan, seraya bangkit dari duduknya disisi ranjang dan menghampiri Sena yang sedang menyisir rambutnya didepan kaca besar, setinggi Hanan.
Sena tak menjawab, ia terus saja cemberut. Hingga dirasa olehnya sang kekasih yang memeluknya dari arah belakang. Kedua tangan Hanan melingar diseluruh perut Sena, dan dagunya ia daratkan di bahu sang gadis.
"Maaf sayangku," ucap Hanan lagi meniru kata Sena.
Mendengar itu, Sena nampak luluh. Ia menatap kedua mata Hanan di dalam cermin.
"Sudah dimaafkan?"
Sena mengangguk kecil.
"Cium," pinta Hanan, dan Sena langsung menoleh kebelakang untuk menjangkau bibir sang kekasih.
Ciuman Hanan tak ada yang sederhana, ia terus melumaat bibir Sena dengan ganasnya. Bahkan tangannya pun sudah meremas kedua gundukan itu dengan ganas.
Saat napas Sena tersenggal, barulah Hanan melepaskan ciumannya itu. Ciuman yang membuat bibir sang kekasih terasa kebas.
Hanan tersenyum, apalagi saat melihat bibir Sena yang memerah karena ulahnya.
"Sebagai permintaan maafku, malam ini aku tidak akan meminta pelayananmu. Kita pulang saja, aku akan mengajakmu menemui mamaku," terang Hanan.
Beberapa hari lalu, Hanan memang belum sempat membawa Sena untuk menemui Mariam. Tapi ingat kejadian tadi, ia tak ingin menundanya lagi. Sang ibu harus tahu, bahwa Sena adalah wanitanya. Hingga mamanya pun bisa melindungi Sena kelak.
Mendengar itu, Sena antara percaya dan tidak. Ia pikir ucapan untuk menemui mama hanyalah bualan semata.
"Serius?" tanya Sena dan Hanan mengangguk yakin, ia bahkam mencium pipi Sena sekilas.
Merasa bahagia, Sena pun berbalik dan memeluk tubuh Hanan erat.
"Terima kasih," ucap Sena tulus. Hanya kata terima kasihlah yang bisa ia ucapkan kali ini.
Sena, benar-benar sudah menggantungkan semua hidupnya pada Hanan. Andai pria ini pergi, Sena yakin ia akan hancur sehancur hancurnya.
Mana ada pria lain yang sudi menihakinya kelak.
"Jangan berterima kasih, aku mencintaimu Sen," balas Hanan, ia membalas pelukan Sena tak kalah eratnya.
"Jangan pernah berpikir aku masih mengangapmu sebagai wanita pemuas nafsuku saja," terang Hanan lagi dengan lembut.
"Percayalah, aku melakukan itu karena aku begitu mencintaimu. Ingin menjadikanmu hanya milikku seorang," jelas Hanan, meski terdengar egois namun memang benar seperti itulah kenyataannya.
Sena tak menjawab, ia hanya semakin memeluk tubuh Hanan erat. Sesekali juga ia menciumi dada kekasihnya itu.
"Tapi, akhir-akhir ini sepertinya kamu yang lebih banyak meminta," goda Hanan.
Mendengar itu Sena langsung melerai pelukannya, ia mencubit lengan Hanan kuat.
"Menyebalkan," desisnya kesal dan Hanan malah terkekeh.
"Tapi aku suka," timpal Hanan lagi seraya menarik hidung mancung Sena.
"Apalagi saat kamu melepas baju di dapur waktu itu_"
"Sayaang!!" potong Sena dengan cepat, wajahnya merona menahan malu. Memang sih, dia yang meminta lebih dulu tapi jika diingatkan seperti ini ia jadi malu sendiri. Apalagi saat membayangkan ia meliuk-liukan tubuhnya untuk menggoda Hanan, minta disentuh dan disentak.
Hii malu, batin Sena.
"Berhenti membicarakan tentang itu, kita jadi pergi atau tidak?" tanya Sena dengan nada kesal.
"Jadi sayangku," jawab Hanan mengikuti gaya Sena lagi saat menyebutnya sayangku.
Sena mencebik, terus saja terus! batinnya menggerutu.
Dan itu berhasil membuat Hanan tertawa terbahak.
"Pakai topengnya lagi," ucap Hanan setelah tawanya mereda.
Sena menurut, lalu keduanya keluar dari dalam ruangan itu dengan bergandengan tangan. Sena bahkan bergelayut manja dilengan Hanan. Topeng yang mereka kenakan membuat keduanya lebih leluasa bergerak.
Terlebih Sena sudah mengganti baju dan juga merubah gaya rambutnya.
pdhl.mau baca gmn respon sanaf manta istrinya nikah lagi..sama.brondong pula😌
bonchap dong🤧
lagiam lu ngaku nadia ttp jadi istri lu karma 15 thn kemudian lu udah tuirr, miskin lagi. cw mana yg mau😏