Gadis Tiga Karakter ini adalah novel kedua.
Perjalanan seorang gadis yang menagih janji orang yang membunuh orang tuanya.
Rani nama gadis itu.
Dalam usahanya dibantu Kakak dan Orang tua angkatnya.Yang mengharuskannya tidak menjadi dirinya sendiri.
Si Culun,gadis bertopeng dan si cantik
Itulah karakter yang harus dijalaninya.
Ada kisah cinta yang tak terbalas,cinta yang butuh kepastian dan ada misteri serta rahasia yang harus diungkapkan.
Full action dalam menghadapi lawannya.
Yuk ikuti ceritanya.,😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli kiranawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Dio di Rumah Sakit
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di luar gerbang pintu pagar sekolah mereka.
"Oya, aku ada urusan. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal?" tanya Dito.
"Nggak apa-apa. Lagi pula Dio kan nggak ada. Siapa lagi yang mau ganggu aku." jawab Rani sambil tersenyum, dan Dito membalas dengan mengulas senyumnya juga.
"Daaa Rani....!" pamit Dito seraya melambaikan tangannya.
"Daaa Dito....!" balas Rani sambil melambaikan tangannya. Rani memandang Dito sampai hilang dari pandangannya.
"Tin.....!"
Terdengar suara klakson motor, membuat Rani sangat kaget.
"Sersan Saga...! buat kaget saja!" seru Rani yang menghela napasnya.
"Ayo naik!" pinta Sersan Saga sambil menyodorkan helm pada Rani.
"Dasar...! Sepeda motor sama orangnya sama.Bikin jantungan!" gerutu Rani dalam hati sambil menerima kemudian memakai helm dan naik ke sepeda motor sport yang ditumpangi Sersan Saga.
Setelah Rani naik ke atas sepeda motor tepat dibelakangnya, Sersan Saga segera menyalakan sepeda motornya.
"Sersan Saga! bersediakah anda antar saya lihat keadaan Dio?" tanya Rani saat sepeda motor telah melaju di jalan raya.
Mendengar pertanyaan Rani, Sersan Saga tiba-tiba saja menghentikan sepeda motornya. Secara otomatis Rani memeluk Sersan dan hidungnya terbentur punggung Sersan Saga.
"Sersan! kalau mau berhenti itu bilang. Sakit nih hidung saya!" gerutu Rani.
Sersan Saga pun tertawa saat menoleh ke wajah Rani yang sudah turun dari sepeda motornya seraya memegang hidungnya itu.
"Malah ketawa!" seru Rani yang sebel.
"Habis hidung kamu merah kayak badut karnaval! Ha.... ha... ha...!" 'balas Sersan Saga dan dia pun tertawa.
Rani buru-buru melihat wajahnya di kaca spion sepeda motor Sport Sersan Saga.
"Ahh... iya, pokoknya Sersan harus tanggung jawab nih! Sakit tahu!" seru Rani sambil mencubit lengan Sersan Saga.
"Auw..i..iya iya..Aku traktir makan siang deh!" seru Sersan Saga yang pura-pura sakit saat Rani mencubitnya.
"Tapi aku mau tanya, kenapa kamu mau jenguk Dio. Padahal kan dia pernah membully kamu?" tanya Sersan Saga yang penasaran.
"Biar Dia yang jahat, tapi saya jangan! ayo jalan lagi, Sersan!" jawab Rani sambil tersenyum.
Sersan Saga pun membalas dengan senyuman pula, lalu mereka melanjutkan perjalanannya,
Akhirnya mereka sampai di Rumah sakit tempat keberadaan Dio di rawat. Setelah melewati beberapa lorong dan ruangan rumah sakit, akhirnya mereka berada di depan ruangan dimana Dio dirawat.
"Selamat siang, Dio apa kabar?" sapa Rani saat masuk ruangan Dio dan mendapati Dio sedang bersandar di tempat tidurnya dengan banyak perban luka ditubuh dan mukanya.
"Ra...Rani! Sa...Saga?" panggil Dio yang sangat kaget. Dio tidak menyangka, gadis yang sering dia bully itu akan menjenguknya bersama saudara sepupunya Saga.
"Eh, rupanya kamu belum makan ya? Rani suapin ya?" tanya Rani dengan tulus, saat melihat makanan yang disiapkan dari rumah sakit belum disentuh oleh Dio.
"Nanti malah merepotkan." kata Dio yang merasa canggung, tadi keburu Rani sudah membawa sepiring makanan rumah sakit itu.
"Repot apanya? Tidak sama sekali Dio!" seru Rani yang hendak menyuapi, Dio hanya diam dan memandang Rani dan Saga.
"Makan saja Dio, Rani tulus membantu kamu. Seandainya tak ada Rani, entah apa yang akan terjadi pada kamu." kata Sersan Saga yang menatap Dio
Dio terdiam dan terus menerima suapan makanan dari Rani.
"Kamu dihajar delapan orang geng Serigala hitam itu. Sebetulnya ada masalah apa dengan geng kalian?" tanya Sersan Saga sambil duduk dipinggir tempat tidur Dio
"Sa...saya ti...tidak ta...tahu" jawab Dio terbata -bata.
"Sa...saya mau ma...makan" lanjut Dio yang mulai membuka mulutnya. Rani dan Saga pun tersenyum, dan Rani mulai menyuapi Dio.
Mereka tak menyadari, ada seseorang mengawasi mereka dari balik luar pintu ruangan dimana Dio dirawat. Ada sorot kecemburuan di mata orang itu, saat melihat Rani menyuapi Dio.
Orang itu tak lain adalah Dito. Diremaslah bungkus parsel buah yang ada di tangannya dengan wajah kesal.
Setelah makan dan minum obat, Dio akhirnya tertidur dengan pulas.
"Dio.cepat sembuh ya." kata Rani pelan sambil melihat Dio yang tertidur.
"Saya tadi sudah menelpon keluarga Dio, kemungkinan sebentar lagi mereka akan datang." kata Sersan Saga.
"Kalau begitu sebaiknya kita tinggalkan Dio. Karena Dio perlu istirahat." kata Rani.
"Benar, ayo kita pergi!" ajak Sersan Saga yang membalikkan badannya dan melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, dan Rani mengikutinya dari belakang.
"Ayo kita makan! Sersan Saga tadi kan janji mau traktir Rani makan!" seru Rani yang menagih janji sambil menarik tangan sebelah kiri Sersan Saga.
"Iya...iya...! tapi jangan begini juga dong!" seru Sersan Saga seraya mengulas senyumnya.
"Ma'af! karena semangatnya, kapan lagi ditraktir makan oleh seorang polisi! He...he...he...!" balas Rani yang kemudian melepaskan tangan sebelah kiri Sersan Saga dan tersenyum padanya.
"Tiap hari juga boleh." kata Sersan Saga sambil tersenyum.
"Eh, yang benar Sersan? Kalau begitu buat jadwal ah! hari ini bakso, besok Soto, lusa..." kata Rani yang belum sempat melanjutkan celotehnya, Sersan Saga mengusap kepala Rani dengan gemasnya. Rani pun tersenyum manja.
Melihat keakraban Sersan Saga dan Rani dari balik pintu, Dito kembali meremas bungkus parsel buahnya sampai robek. Hampir saja buah yang dibawanya jatuh, tapi dengan sigap dia menangkapnya.
Setelah Sersan Saga dan Rani hilang dari pandangan, Dito bergegas masuk ke ruangan Dio dan menaruh parsel buahnya di meja samping tempat tidur Dio.
Dito mengambil kursi terdekat dan dia duduk disamping Dio yang masih tertidur dengan pulasnya.
Sementara itu Sersan Saga dan Rani yang melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit, menuju ke tempat parkir sepeda motornya.
"Kita makan bakso saja ya, Bakso langganan aku ada di dekat pos polisi tempat keberadaan sepeda kayuh kamu" kata Sersan Saga pada saat mereka berjalan beriringan.
"Terserah Sersan saja,yang penting makan. Sudah lapar, tadi pas istirahat cuma makan roti dan makanan ringan." balas Rani yang tetap melangkahkan kakinya.
"Ok kalau begitu, " kata Sersan Saga sembari mempercepat langkah kakinya dan Rani terus berusaha mengimbanginya.
Tak berapa lama mereka sudah sampai disamping sepeda motor Sersan Saga. Keduanya segera memakai helm masing-masing, kemudian naik ke atas sepeda motor itu dan Sersan Saga menancap gas motornya meninggalkan tempat parkir Rumah sakit itu.
"Pegangan Ran, Aku mau ngebut!" seru Sersan Saga.
"Aduh pengendara lain tidak boleh ngebut, tapi Sersan kok malah ngebut sih!" kritik Rani yang mempererat pegangannya.
"Demi pemadam kelaparan!" jawab Sersan Saga yang terus saja melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang.
Dalam hati Rani berkata "Mimpi apa aku semalam ya? hampir seharian ini bersama Sersan Saga. Hmm, kalau mimpi rasanya nggak ingin bangun. He...he..he...!" gumam dalam hati Rani seraya mengulas senyum dibalik punggung Inspektur Saga.
Akhirnya mereka sampai di lapak Bakso langganan Sersan Saga. Lapak ituumayan ramai juga, sampai pelayan bakso mencarikan tempat duduk untuk Inspektur dan Rani yang sudah masuk ke warung bakso itu.
Setelah dapat tempat duduk, Sersan Saga segera memesan bakso dan minumannya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...