Gadis Tiga Karakter
Disebuah padepokan dilereng gunung, hiduplah seorang kakek bersama cucu perempuannya.
Mereka hidup bahagia,hari-hari mereka selain mengajar bela diri mereka juga bertani. Si kakek bernama Darma dan cucunya bernama Rani. Hingga suatu hari, kakek Darma jatuh sakit.
"Cucuku Rani, teruslah kamu berlatih dan sekolahmu dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebentar lagi kamu masuk SMA, sekolahlah di kota. Carilah pengalaman disana, pergunakanlah ilmu kamu untuk kebaikan dan membela orang-orang yang tertindas." kata Kakek Darma dengan suara parau yang sesekali terbatu-batuk.
"Kakek, tapi bagaimana dengan kakek?" tanya Rani yang terlihat sangat mencemaskan kakeknya.
"Jangan kau cemaskan kakek, tenang saja kakek bisa jaga diri. Carilah orang yang bernama Baskoro tapi kamu harus hati-hati sama dia karena dia adalah ketua geng Kobra. Dia punya hutang janji sama Kakek sepuluh tahun yang lalu." jelas Kakek Darma yang menatap cucunya dengan serius.
"Ketua geng? hutang janji? Apa maksud kakek?" tanya Rani yang masih bingung.
"Sepuluh tahun yang lalu, orang tuamu anak kakek. Satya dan Ranti menantu kakek. Hukk....hukk....!" kata kakek sambil menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan ya pelan-pelan. Sambil terbata-bata meneruskan ceritanya.
"Mereka meninggal akibat kecelakaan, dan lebih tepatnya ditabrak saat dipersimpangan jalan. Waktu itu kami mau ke kota untuk menghadiri undangan walikota. Kami naik sepeda motor, sementara Ibu kamu dibonceng Ayah kamu. Sedangkan Kakek dibonceng sama pamanmu Sidiq. Pada saat kejadian kecelakaan, kakek turun mengurusi Ayah dan Ibumu sementara Pamanmu Sidiq mengejar pelaku penabrak itu. Seandainya Ayah dan Ibumu dulu mau belajar bela diri, mungkin tak akan seperti ini." jelas kakek Darma meneteskan air mata mengenang kedua anak yang merupakan kedua orang tua Rani, yang mana mereka telah mendahuluinya.
"Kakek hal ini sudah jadi suratan takdir Ayah dan Ibu Rani dan Rani sudah mengikhlaskannya kek. Tapi kalau memang ada masalah hutang janji, ya memang harus ditagih!" seru gadis remaja yang telah belajar banyak jurus silat pada kakeknya.
"Iya karena janji adalah hutang yang harus dibayarkan." kata kakek Darma yang menatap Rani dengan penuh harap.
"Memangnya ada janji apa ya kek?" tanya Rani yang penasaran.
Kakek Darma menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya secara pelan-pelan.
"Ketika Ayah dan ibumu dibawa ke rumah sakit, dan nyawanya sudah tak tertolong lagi. Ternyata pamanmu Sidiq mengejar pelaku sampai ke rumah sakit.
Waktu itu Paman Sidiq dan Kakek hendak minta pertanggung jawaban, tapi kami urungkan." jawab si kakek.
"Kenapa diurungkan kek?" tanya Rani yang penasaran.
"Hal itu karena twrnyata Baskoro sedang mengantar istrinya yang sedang kritis. Akhirnya kami membuat surat pernyataan diatas materai yang berisikan akan mempertanggung jawabkan ya setelah istrinya sembuh. Tapi pada kenyataanya sampai sekarang tak ada kabarnya. Dan paman kamu Sidiq sudah berusaha untuk mencarinya, tapi hasilnya Nihil." jelas kakek Darma.
"Lantas kenapa kakek tahu namanya Baskoro dan dia ketua dari geng Kobra?" tanya Rani dengan mengernyitkan kedua alisnya.
"Kakek tahu Baskoro itu ketua geng Kobra, karena yang mengunjunginya kebanyakan memakai jaket bagian belakangnya bergambar ular kobra dan kelihatan hormat pada Baskoro. Sedangkan Baskoro juga menggunakan jaket yang sama." jawab kakek Darma yang apa adanya.
"Jadi begitu ya? Lantas seberapa bahayanya si Baskoro itu Kek?" tanya Rani yang bertambah penasaran.
"Dia itu sangat berbahaya, selain anak buahnya yang banyak, dia juga punya kemampuan beladiri yang sangat mumpuni. Makanya Kakek menyuruhmu untuk lebih giat berlatih, agar kamu bisa menagih janji itu. Baskoro bukan orang sembarangan, karena itu Pamanmu Sidiq selalu gagal mencarinya." kata Kakek Darma yang menjelaskan.
"Lalu bagaimana Rani ke kota kek?" tanya Rani yang penasaran.
"Besok kalau paman kamu Sidiq kesini, Kakek akan menyuruhnya mengantarkan kamu pada Raditya. Biar kakakmu yang mencarikan sekolah buat kamu di kota nanti." jawab kakek Darma yang menatap cucunya dengan sesekali.
Raditya adalah kakak satu-satunya Rani yang saat ini berada di kota. Karena setelah Ayah dan ibunya meninggal, Raditya diadopsi oleh sahabat Ayahnya yang bernama Wibowo.
Tuan Wibowo mempunyai istri yang bernama Lani, yang mana Tuan Wibowo mempunyai usaha Gym dan toko alat olah raga. Sementara Nyonya Lain seorang guru sekolah Dasar.
Jadi Rani dan Raditya pada saat ini terpisah cukup lama. Rani yang tinggal bersama kakeknya dilereng gunung, sedangkan Kakaknya Raditya bersama orang tua angkatnya dikota.
"Iya kakek, Rani bersedia mengikuti keinginan kakek. Tapi sekarang kakek minum obat dan istirahat ya. Rani akan melanjutkan latihan Rani." kata Rani sambil memberikan obat beserta air putih pada kakeknya.
Kemudian kakek Darma segera meminumnya dan lekas istirahat.
Setelah itu Rani menyelimuti kakeknya yang mulai memejamkan kedua matanya.
Melihat kakeknya sudah pulas dalam tidurnya, Rani bergegas keluar rumah dan melangkahkan kaki menuju ke tempat latihan.
Tak butuh waktu lama, Rani tiba di tempat biasa untuk latihan. Gadis itu melihat hanya ada beberapa murid saja yang sedang berlatih. Karena sejak kematian Ayah dan Ibu Rani, Kakek Rani sering sakit-sakitan.
Paman Sidiq sering membantu melatih murid-murid jika sedang libur kerja. Dan Rani sering dilatih oleh pamannya itu.
Setelah pemanasan, Rani melatih kuda-kudanya agar lebih sempurna. Dilanjutkan melatih beberapa pukulan dan tendangannya.
"Aku akan ke kota, ketemu Kak Radit. Aku rindu sekali sama kak Radit, dia sudah setahun tak mengunjungi Padepokan" batin Rani saat mengatur pernapasnya.
Dalam hatinya selalu merindukan saat-saat mereka berkumpul. Ayah, Ibu Kak Radit dan Rani yang pada saat itu masih berumur lima tahun.
Mereka sering piknik bersama, bersendau gurau dan kadang menangis bersama, menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Masakan ibunya yang selama ini dianggap Rani yang paling lezat, dan dia sangat merindukan masakan ibunya itu.
"Semua ini karena Baskoro..!" gerutu Rani dan terus melancarkan pukulan dan tendangannya pada karung yang berisikan pasir, yang memang disediakan untuk berlatih.
Hop hiaaaaat....!"
"Bagh....bugh....bagh...bugh....!"
Terdengar suara pukulan dan tendangan yang bertubi-tubi, dan makin lama semakin keras dan cepat. Sehingga terlihat sekali kemarahan di setiap pukulan Rani.
"Bagh....bugh....bagh...bugh....!"
"Bagh....bugh....bagh...bugh....!"
Terus terdengar pukulan dan tendangan yang semakin keras, tiba-tiba melemah.
"Host...host...host....!"
Kini terdengar napas Rani yang tak beraturan, gadis itu kemudian mengatur pernapasannya.
"Dalam melakukan hal yang baik, jangan dengan emosi. Karena hal itu akan berakibat buruk!"
Dengan tiba-tiba saja Rani teringat nasehat kakeknya jika mereka sedang berlatih.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Osie
ku suka kalau yg jd tokoh wanita jago bela diri n smart...g gampang ditindas...bonus cantik pula..beeuuh pakrt komplit
2022-10-31
2
El Tin
hai Kak aku mampir kenalin aku (El Geisya Tin/ judul karya DIA BUKAN YANG TERBAIK) selamat yang menang ariran vote
2022-07-04
2
Sebutir Debu
Kak Yuli hadir bersama 🌹🌹🌹🌹
2022-07-04
2