Terinspirasi dari kisah nyata yang di permanis dengan sudut pandang author
Pernah memimpikan bersanding dengan laki laki yang dia cintai, membuat Zoya Kamila harus menyimpan rapat harapan dan perasaannya itu karena lamaran putra sahabat ibunya.
Pernikahan yang memang awalnya dipaksakan, di sinilah akan dimulai perjuangan seorang gadis yang mendadak harus menjadi sosok ibu setelah menikahi laki laki yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Perbedaan sosial, pendidikan, dan latar belakang ternyata membentuk jurang pemisah yang sulit untuk di lalui Zoya. Banyak rintangan dan batu terjal yang menjadi ujian di dalam pernikahannya, itu pun harus dilaluinya seorang diri. Mampukah, zoya bertahan dengan pernikahan yang membuatnya dalam posisi yang selalu sulit?
Pernikahan yang berawal tanpa cinta dan bisakah berakhir dengan cinta? Atau... Bisakah zoya menggantikan sosok yang pernah menjadi cintanya dengan menerima sebuah kenyataan yang mana dia sudah menjadi seorang istri dari Hans Satrya Jagad. Lelaki dingin yang belum bisa menerima semua tentang istrinya dan pernikahan yang sedang dijalaninya saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Zoya
Sudah hampir sebulan Hans terkesan sangat sibuk. Bahkan, Zoya yang ingin membicarakan tentang keluhan Ale yang ingin bermain dengannya seolah tidak sempat mendapatkan waktu yang tepat. Sebenarnya Zoya tahu, apa yang membuat Hans seperti itu. Saat memikirkan hal itu, rasa sakit dalam hatinya tiba-tiba menyeruak penuh di dada. Malam Ini, dia hanya tertegun di atas sajadah, seolah enggan beranjak setelah selesai tahajud. Tapi untuk mengaji pun serasa berat, pikirannya seolah menerawang jauh tak menentu.
Flashback
Sore itu Mama Shanti datang ke rumah. Dia menanyakan rumor yang beredar tentang Naura Valeria Rais seorang fashion designer ternama yang sedang melayangkan gugatan cerai dan dikabarkan sedang menjalin hubungan asmara dengan mantan kekasihnya yang saat ini menjadi pengacaranya.
"Zoy, kenapa tidak bicara dengan Mama?" ucap Shanti saat berkunjung ingin menemui Hans. Tapi, putranya justru belum pulang. Beliau tidak menyangka jika rumah tangga putranya bermasalah.
"Aku tidak tahu harus bagaimana, Ma. " jawab Zoya, rasa sedih seperti betah bertahan dalam hatinya. Tapi, saat ini dia sudah mulai bisa legowo. Dari awal pernikahan, mereka sudah tanpa cinta, bahkan terkesan terpaksa. Jadi, mungkin seperti inilah konsekuensi yang harus dia terima.
"Zoy, Mama bebaskan kamu. Apapun keputusanmu Mama dukung. Percayalah Mama akan baik baik saja, Asal kamu merasa nyaman. " ucap Shanti bersamaan dengan tangisnya yang pecah. Beliau telanjur menyayangi Zoya, bahkan rasa nyaman dan kecocokan dengan menantunya sudah membuat Zoya seperti putri kandungnya.
"Mama bisa mengerti perasaan seorang istri. Entah kamu sudah mencintai putra Mama apa belum, tapi perempuan itu cenderung dengan perasaan cemburu, cemburu dari segi apa pun. " Kalimatnya terdengar parau, Mama Shanti seolah menahan isak tangisnya. Sudah berhari hati dia jatuh sakit, karena rumor tentang putranya itu. Tapi, dia tidak ingin membebani Zoya dalam hubungan mereka. Baginya, Zoya berhak bahagia meski harus menyandang status Janda, setidaknya Zoya masih muda untuk meneruskan hidupnya.
"Ma...! "
"Zoy, kamu berhak untuk bahagia. Bagaimana Mama akan mempertanggung jawabkan semuanya pada Nurma?" sela Shanti masih dengan emosi yang menggebu gebu.
Zoya tidak mampu berkata apapun, dia memeluk Mama mertuanya. Tangisnya tumpah seketika, membayangkan menyandang status janda, mungkin akan berat untuknya. Tapi dia juga tidak bisa bertahan dengan hubungan yang hanya menyakitinya dan Ale.
Flash on
Setelah, Melepas mukenanya dia menatap Ale yang tidur dengan lelap. Zoya memilih duduk di dekat Ale, tangannya membelai pipi gembul yang terasa empuk saat diciumnya itu. Zoya paling senang melakukan itu pada putrinya.
"Mama menyayangimu, sayang! " air mata berderai membasahi pipinya. Dia tidak bisa membayangkan jika harus berpisah dengan putri sambungnya. Putri yang sudah mengisi sebagian dari hati dan dunianya.
Tangisnya tergugu, dia mengujani Ale dengan ciuman yang bertubi tubi hingga membuat bocah itu menggeliat gelisah.
"Ale, putriku....! " Bibirnya tak mampu berkata lagi. Dadanya terasa sesak, Air matanya meluncur begitu derasnya. Melepaskan statusnya, berarti meninggalkan banyak cinta di sini.
Malam ini, dia benar benar tidak bisa tidur. langkahnya mendekat ke arah jendela. Perasaan bimbang, bingung, dan sakit itu membuatnya tidak berhenti untuk berfikir. Fajar pun tiba, bersamaan hembusan angin dingin yang terasa menembus sampai ke tulang.
Hari ini dia akan mengumpulkan keberaniannya untuk meluruskan kesimpang siuran sebuah hubungan. Dia tidak ingin hanya karena pernikahan terpaksa ini Ale kehilangan figur Papa dan kehangatan keluarga. Zoya tidak pernah tahu alasan pasti penyebab sibuknya Hans, apa karena kesibukannya dengan designer itu atau justru untuk menghindarinya. Tapi, dia tidak ingin semua berimbas pada psikologis perkembangan Ale.
Sebulan lebih Hans tidak pernah ada waktu. Sejak gosip atau memang sebuah kenyataan, tapi rumor tentang hubungannya dengan Naura membuat Hans seolah menghilang. Pergi pagi pagi sekali dan pulang dengan sangat larut. Bahkan, saat hari minggu dia tidak pernah ada di rumah.
###
Naura keluar dari mobilnya, dia menatap sejenak kantor Hans. Sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan seseorang yang kembali membuatnya jatuh cinta. Naura melangkahkan kakinya memasuki bangunan mewah itu, dengan gaya anggunnya dan dress yang terlihat berhasil mencetak lekuk tubuhnya yang seksi.
"Maaf, sudah ada janji? " tanya Diana bermaksud mengkonfirmasi kedatangan Naura.
"Tenang, dia pasti senang melihat kedatangan ku! " ucap Naura dengan penuh percaya diri. Masih menenteng makan siang yang baru dia pesan dari resto, Diana membuka pintu ruangan Hans.
Nampak, Hans masih sibuk dengan beberapa lembar kertas di depannya.
"Hae Hans, aku membawakanmu makan siang! Aku tahu kamu paling sering meninggalkan jadwal makan siangmu. " ucap Naura begitu hafal dengan Hans yang dulu. Perempuan itu menghampiri meja Hans untuk sejenak.
"Ada apa, La? Sidang selanjutnya masih bulan depan. " ucap Hans dengan menyandarkan punggungnya dan menggoyangkan sedikit kursinya. Dengan cueknya Naura langsung berjalan ke sofa dan meletakkan tepak makan siang yang dia bawa.
Melihat Hans yang tak bergeming, membuat Naura melangkah menghampiri Hans dan menarik lengan kekar itu untuk mengikutinya ke sofa.
"Kamu masih Hans yang sama, yang selalu ingin dibujuk dan dirayu! " tutur Naura dengan mendaratkan tubuhnya di sofa.
Mereka duduk berdekatan, sementara Hans memilih menyandarkan tubuhnya yang memang terasa lelah karena tidurnya yang tidak berkwalitas.
Melihat Hans yang masih bersandar, Naura pun mendaratkan bahunya di samping Hans dengan posisi miring menghadap ke arah lelaki yang selalu membuatnya nyaman.
"Seharusnya kita menjaga jarak, La! Rumor itu akan mempersulit process perceraianmu. " jelas Hans.
"Aku tidak peduli Hans, Aku yakin kamu akan memenangkan gugatanku dengan baik. Aku percaya dengan kemampuanmu! " kilah Naura, posisi mereka semakin mendekat, bahkan wajah Naura bergeser ke arah Hans, hanya menyisakan jarak beberapa senti saja, membuat bibir Naura hampir mencium bibir tipis Hans.
"La , tidak semudah itu." Hans langsung berdiri, membuat Naura terhenyak kaget. Hans merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tidak ingin terjadi keintiman di kantor.
"Aksara bukan orang sembarangan! " ucap Hans yang memilih berdiri di dekat jendela. Dia tahu Naura akan mendaratkan ciuman di bibirnya, tapi bayangan Zoya dan Ale seolah berada di pelupuk matanya. Zoya, mata teduh dan wajahnya yang memelas tak mampu dia singkirkan begitu saja.
"Hans, aku yakin kamu masih lelaki hebatku." ucap Naura berjalan mendekati Hans. Perasaan memiliki seperti seorang kekasih yang saat ini Naura rasa.
"Kamu ingat beberapa anggota team basket saat menggodaku kamu menghajarnya mati matian. Bahkan kamu sampai kena skors, Kan? " lanjut Naura membuat Hans tersenyum saat mengingat dia masih pedekate dengan Naura.
"Bahkan, saat kita mendaki semeru, kamu selalu melindungiku, makanan dan minuman yang tinggal sedikit kamu berikan ke aku. " Naura mencoba mengurai masa saat mereka masih menjadi mahasiswa pecinta alam.
"Dulu aku sangat mencintaimu, bahkan aku tak menyangka kita akan berpisah dan menjalani kehidupan masing masing. " jawab Hans, membuat Naura tersenyum karena Hans masih mengingat perasaan cinta untuknya dulu.
"Kalau sekarang, Hans? "
"Ceklek.... " Hans dan Naura menoleh ke arah pintu yang terbuka. Nampak Zoya sudah berdiri di depan pintu menatap Naura yang menggenggam tangan suaminya.
"Bisakah kita bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan, Mas. " ucap Zoya, jantungnya berdebar lebih kencang dari sebelumnya karena semua rasa melebur menjadi satu dalam hatinya hingga sulit untuk dinamai.
Bersambung.
pas baca chemistry nya gak bisa move on 👍😁
biarkan saja toh sdh meninggal
pengalaman pribadi punya, sodara menikah setelah istrinya, meninggal.. eh istri barunya ngak suka ada foto almarhumah istri 1
kami ponakannya kok kesel jg