Disakiti Istri Disayang Tiga Janda Seksi

Yoko tertegun begitu mendengar penawaran yang menurutnya sangat diluar dugaan. Dia cukup terkejut karena dengan entengnya wanita cantik beranak dua itu menawarkan sesuatu yang membuat jantung Yoko berdegup kencang.

Yoko tahu, di negara ini, kehidupannya sangat bebas. Bahkan hubungan terlarang pun menjamur dimana-mana.

Selama satu tahun Yoko bekerja menjaga apartemen, Yoko banyak menjumpai pasangan yang statusnya bukan suami istri, tapi hidup bersama. Banyak masyarakat di sana, terutama anak muda, yang menganggap pernikahan itu tidak penting.

Bahkan Yoko juga kerap sekali menemukan pasangan yang hanya saling memanfaatkan saja. Mereka bukan sepasang kekasih maupun suami istri. Hubungan mereka hanya sebatas kepuasan ranjang. Sungguh sangat memprihatinkan.

Walaupun di negaranya sendiri, hubungan bebas itu juga sudah mulai menjamur, tapi Yoko merasa di negaranya sendiri masih lebih baik, terutama di kampung-kampung, yang masih sangat menentang hubungan tanpa ikatan dan tinggal bersama.

Selain itu, salah satu alasan yang membuat Yoko terkejut, selama bekerja di negara ini, Yoko baru menemukan penawaran yang membuat hatinya cukup resah.

Yoko sadar, selama bekerja di sini, baru kali ini dia bisa sedekat itu dengan penduduk lokal, terutama wanita. Mungkin karena sekarang dia tinggal bersama, jadi dia bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Kalau kemarin-kemarin, interaksi Yoko dengan penduduk lokal hanya sebatas saling sapa jika bertemu di pos jaga.

"Kenapa malah diam? Mau aku bantu tidak?" Sansan kembali mengulangi penawarannya.

"Eh, tidak usah," tolak Yoko agak gugup. "Aku bisa sendiri," kilahnya.

"Ya sudah," Sansan mengalah. "Tapi ingat, lukanya jangan sampai basah loh, nanti nggak kering-kering."

"Iya," jawab Yoko. "Oh ya, Nona, kalau aku pindah kamar sekalian saja bagaimana?"

Sansan yang hendak pergi agak tercenung sampai dia mengurungkan niatnya. "Kamu mau langsung menempati kamar pos jaga?" Yoko mengangguk.

"Aku sih nggak masalah, cuma nanti kalau kamu ada apa-apa gimana?" tanya Sansan. "Soalnya saya kan yang bertanggung jawab sampai kamu benar-benar sembuh?"

"Saya yakin, nggak akan terjadi apa-apa kok, Non. Lagian tangan kiriku masih bisa digunakan, karena lukanya tidak terlalu parah. Nona jangan terlalu khawatir."

"Ya sudah terserah kamu, enaknya gimana. Padahal kalau menurutku, kamu lebih baik di sini dulu sampai dua atau tiga hari. Biar kami bisa memantau keadaan kamu secara rutin."

Yoko tersenyum. "Nggak lah, Non, pindah kamar sekarang aja. Sekalian jaga-jaga."

"Baiklah. Ya udah, nanti setelah mandi, kamu pencet tombol itu ya?"

Yoko kembali tertegun. "Buat apa, Non?"

"Buat makan malam. Lagian banyak yang harus kita bicarakan terkait pekerjaan kamu di sini, atau kamu mau makan malam bersama?"

"Makan malam bersama aja, Non."

Sansan mengangguk. "Ya udah, nanti kalau sudah selesai, kamu ke meja makan ya?"

Yoko mengangguk, dan tak lama setelahnya Sansan pun keluar dari kamar itu.

Yoko menghembus nafas lega. "Bisa-bisanya nawarin mandiin aku. Nanti lama-lama nawarin diri ngajak tidur bareng. Jangan sampai. Pokoknya aku harus menjaga hati buat istriku."

Faktor utama yang menyebabkan Yoko menolak kerja di tempat itu, karena Yoko takut hatinya akan goyah dan berpaling dari istrinya.

Tidak dipungkiri, Yoko sangat mengagumi kecantikan majikan barunya. Dia laki-laki normal yang tentu saja memiliki hasrat jika menatap wanita cantik.

Namun, Yoko juga tahu diri. Statusnya saat ini adalah pria yang telah beristri. Yoko tidak mau melukai hati istrinya dengan perselingkuhan atapun membayar wanita lain untuk memuaskannya.

Tapi sayang, di saat Yoko mati-matian menjaga rasa setianya kepada sang istri, justru istri Yoko yang bermain api di belakang sang suami. Saat ini istri Yoko sedang menikmati uang hasil keringat Yoko.

Dia pergi dengan kekasih gelapnya ke sebuah tempat wisata sampai menginap di hotel segala dengan uang pemberian Yoko.

"Yang, kamu jadi kan, ngasih modal aku buat usaha?" tanya pria yang menjadi selingkuhan Istrinya Yoko.

"Tentu, Sayang. Apa sih yang enggak buat kamu." balas istri Yoko sembari mengusap dada bidang pria yang baru saja memuaskannya.

"Baguslah, biar aku juga nanti keluar duit jika jalan sama kamu, Sayang," balas pria yang hanya kerja serabutan

Wanita itu tersenyum. Dia semakin mempererat pelukannya pada laki-laki yang sejak lebih dari satu bulan ini menjadi teman kencan dan teman tidurnya.

Sementara itu di tempat lain, seorang pria dengan tubuh penuh luka, nampak melangkah tertatih, menuju ke sebuah kursi, dimana ada seseorang yang sedang menungggunya.

"Astaga! Lukamu sangat parah, Bong," orang yang menunggu pria terluka itu dibuat terkejut kala melihat keadaan pria yang akrab dipanggil Xiobong. "Siapa yang melakukannya?"

"Tidak tahu," jawab Xiobong nampak kesal. "Dia juga menyerang isi celanaku, kurang ajar!"

"Hah!" pria itu terkejut, dan tak lama setelahnya suara tawanya langsung menggelar. "Hahaha... bagaimana bisa? Hahaha... tapi masih fungsi kan?"

"Masih lah," Xiobong makin kesal karena ditertawakan. "Kamu harus cari informasi orang itu, Bing. Aku harus memberinya pelajaran."

"Bagaimana caranya kamu ngasih pelajaran? Kamu kan dipenjara?"

"Maka itu, tugas kamu, bantu aku keluar dari sini. Aku harus bisa membalas orang yang sudah menggagalkan rencanaku dan memberi pelajaran pada tiga wanita sialan itu."

"Oke, akan aku pikirkan. Apa ada tugas yang lain?"

"Kalau bisa, secepatnya, kamu menyusup ke rumah itu, masuk ke dalam kamar dekat pos jaga. Di sana ada laptop dan ponsel yang aku letakkan di belakang lemari. Kamu ambil, karena di sana, ada sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mengancam tiga wanita incaranku itu.

"Oke!"

Keduanya pun saling tersenyum jahat.

Sedangkan di tempat tiga wanita yang mereka maksud, saat ini nampak berkumpul di meja makan bersama satu-satunya pria yang ada di rumah itu.

Yoko benar-benar dibuat kagum sama tiga janda yang ada di depan matanya. Mereka sama sekali tidak membedakan status antara majikan dan pembantu.

Di sana, di sekitar meja makan, selain ada Yoko, tiga janda, dan dua bocah kembar, di tempat itu juga ada Bi asih yang ikut makan bersama.

Awalnya Yoko nampak kaget, tapi pas tahu alasan Bi Asih ikut makan dalam satu tempat, rasa kagum itu muncul. Apa lagi Yoko mendengar banyak hal positif yang dilakukan tiga janda itu, membuat rasa kagumnya semakin besar.

Setelah ngobrol cukup panjang sambil menikmati hidangan yang ada, Yoko menuruti permintaan si kembar untuk menemani mereka di kamar.

Niel dan Noel terlihat begitu bahagia karena jauh di dalam lubuk hati mereka, kedua bocah itu sangat merindukan sosok ayahnya.

Setelah berada cukup lama di kamar si kembar, Yoko pun memutuskan kembali ke kamarnya karena si kembar sudah tertidur.

Namun begitu Yoko hendak menuruni anak tangga, Yoko dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat tak jauh dari tempatnya berdiri.