Ketika kamu ikhlas menerima semua takdir di hidupmu,maka Allah akan membalas tuntas semua kepahitan mu dengan beribu kebaikan.
Percayalah bahwa segala sesuatu yang baik untuk mu tidak akan Allah izinkan pergi dari mu, kecuali akan di ganti dengan yang lebih baik lagi (Ali Bin Abi Thalib).
Nasehat itulah yang menjadi penguat seorang gadis bernama Hasya Nur Shafiyyah,saat hidupnya di penuhi ujian pahit dan sakit, setelah ia menikah dengan pria pilihan Kakak nya.
" Kau boleh meminta apapun dari ku Hasya, kecuali nyawa dan perceraian, karena hanya kematian yang akan memisahkan kita" Ezar Atharizz calief.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
" Maaf,nona harus menunggu,tuan menelpon saya dadakan non" Supir bernama Ari itu terlihat begitu sungkan menatap wajah cantik Hasya yang duduk seorang diri di teras supermarket,di meja tak jauh dari sang nona muda, terlihat beberapa anak muda duduk saling mengobrol,namun curi- curi pandang ke arah Hasya,Ari menyadari itu.
Hasya menggeleng seraya tersenyum tipis" Mas Ari ga salah kok, Kenapa harus minta maaf,kan tuan nelpon nya dadakan, wajarlah kalau baru sampai,kan juga butuh waktu untuk menyetir sampai ke sini, kecuali kalau mas Ari memiliki ilmu telepati "
hasya berbicara dengan nada santai, bahkan sedikit di selipi candaan ringan,seakan ia tak masalah walaupun menunggu di teras supermarket, karena memang bukan itu yang membuat nya sedih,namun karena Ezar yang tega menurunkan nya di tengah jalan di malam hari seperti ini.
" Non mah bisa aja,non mau langsung pulang atau masih mau duduk di sini?" Ari bertanya karena melihat Hasya yang tampak betah menikmati malam di tempat terbuka itu.
" Kita jangan langsung pulang ya mas,kita singgah ke mall xxx sebentar,ada yang ingin saya beli" Hasya menyampaikan rencananya pada Ari.
Ia teringat,dua hari lagi kakak nya akan berulang tahun,ia harus membelikan hadiah untuk sang kakak.
Dengan patuh Ari mengangguk " siap non,ayo deh kalau begitu,keburu malam" supir berusia kisaran 25 tahun itu merasa nyaman dan senang saat menjadi supir Hasya.
Jujur, sebagai laki-laki normal ia begitu sangat terpikat dengan kecantikan istri dari majikan nya itu, terlebih Hasya selalu bersikap ramah,sopan , lembut dan baik,penuh dengan adab dan sopan santun yang terpuji.
" Yuk" Hasya segera mengikuti Ari dan memasuki mobil setelah sang supir membukakan pintu untuk nya.
Ari melajukan mobil membelah jalanan malam, Hasya memejamkan matanya menikmati angin malam yang bertiup menerpa wajahnya,ia sengaja menurunkan kaca jendela mobilnya, seakan ia tengah menyalurkan segala kekesalan nya.
Mobil yang membawa Hasya berhenti di basement parkiran mall setelah beberapa menit kemudian.
" Mas, temani saya ya,jalan sendirian di mall kok rasanya aneh" Hasya tanpa sungkan meminta agar Ari menemaninya.
" Emang nya ga pa pa kalo saya nemenin non Hasya,non ga malu kalau dikira jalan bareng supir?" Ari sengaja menanyakan hal yang sebenarnya tak penting itu,sekedar ingin melihat seperti apa jawaban yang akan Hasya berikan.
Padahal, walaupun Hasya tak memintanya untuk menemani nya, Ari akan tetap mengikuti Hasya dari belakang, mengawasi istri majikan nya itu, sesuai dengan perintah bi Jum yang mengatakan bahwa itu adalah perintah dari Ezar.
Ezar memang selalu berpesan agar mengawasi kemanapun istrinya pergi, menjaganya dengan baik,ia tak akan memberi keringanan bagi siapapun yang lengah menjaga istrinya.
" aku memang ingin menyakitinya,tapi tak akan pernah aku biarkan orang lain selain aku menyentuhnya atau menyakiti nya,hanya aku yang boleh menyakitinya"
Ezar pernah secara terang-terangan mengatakan prinsip gilanya itu pada Reza asisten pribadi nya,dan Reza sudah menyampaikan itu semua pada bi Jum.
Gunanya untuk membuat para pekerja villa tau bahwa Hasya tak boleh mereka sakiti, walaupun jika suatu hari mereka akan melihat Ezar menyakiti Hasya di hadapan mereka, tugas mereka tetap harus menghormati Hasya sebagai nyonya di villa itu.
" memang nya kenapa mas kalau saya jalan bareng mas? Aneh deh mas Ari" Hasya bersiap untuk turun.
" Gimana kalau orang salah paham dan mengira kalau kita adalah pasangan? non ga malu dikira punya pasangan seorang supir?" .
" Supir juga manusia kan mas? Bukan alien, udah deh... buruan yuk,keburu kemaleman terus tutup deh toko yang ingin saya tuju" Hasya menarik pelan lengan baju Ari,supir yang memliki wajah manis itu tersenyum seraya menggeleng melihat sikap cuek Hasya.
Keduanya berjalan beriringan, bahkan Hasya mengajak Ari mengobrol,Hasya melarang Ari jalan di belakangnya, katanya kalau Ari jalan di belakangnya sana saja dengan ia jalan seorang diri.
Hasya memasuki salah satu toko yang ia tuju,ia tersenyum bahagia karena tempat tujuan nya masih buka.
Setelah melihat-lihat koleksi di dalam toko tersebut dan Hasya memilih beberapa,ia beralih pada Ari yang terus setia berada di samping nya.
" mas...coba deh lihat,menurut mas yang paling bagus dan terlihat sederhana yang mana diantara yang sudah saya pilih ini?" Hasya menunjukkan sekitar lima buah jam tangan wanita yang ia tata di atas etalase kaca di hadapan nya.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Ari ikut fokus pada beberapa jam pilihan sang nyonya.
" nona mau beli buat siapa? kalau buat nona menurut saya yang ini yang paling cocok, terlihat simple tapi jelas terlihat mahal ".
Ari menjawab pertanyaan Hasya sesuai dengan penilaian nya, pandangan nya terhadap sang nyonya muda juga seperti itu,Hasya di matanya begitu sederhana,namun terlihat jelas bahwa Hasya adalah wanita mahal.
" Tapi ini bukan untuk saya mas, untuk kak fea,kakak saya,mas Ari tau kakak saya kan?" Hasya menjelaskan untuk siapa jam tangan yang ingin ia beli.
" Oh kalau untuk kakak nya non sih, menurut saya yang ini yang lebih bagus, terlihat lebih mewah dan dewasa sesuai pembawaan orang nya" lagi Ari menjelaskan tentang alasan pilihan nya.
" Wih..mas Ari ternyata hebat,punya alasan setiap memilih sesuatu,om deh saya ambil yang pilihan mas aja" Hasya menyetujui pilihan Ari.
Hasya tau walaupun Ari berprofesi sebagai supir pribadi nya,tapi Ari adalah pria yang memiliki pendidikan yang lumayan tinggi,ia adalah seorang sarjana dan juga Ari terlihat pintar dalam berpenampilan,Ari juga lulusan akademi pendidikan security yang bersertifikat resmi.
" Karena mas udah nemenin plus bantuin saya,mas boleh pilih mau ambil jam tangan yang mana, untuk mas atau seseorang yang spesial buat mas, pilih aja biar saya yang bayar" Hasya merasa ia pantas memberikan sang supir hadiah.
" Eh..non jangan,menemani no adalah tugas saya dan tuan telah memberikan saya gaji yang besar non" Ari tentu saja merasa sungkan atas penawaran yang istri majikan nya berikan.
" Ini kan beda mas,ini dari saya, anggap saja sebagai bonus,ayo mas pilih,atau mau saya bantu pilihkan?" Hasya terlihat begitu bersemangat dan tulus.
Tanpa Hasya dan Ari sadari hal itu ternyata membuat seseorang menjadi salah paham, dan mengambil kesempatan untuk mempermalukan Hasya.
Dengan sengaja seseorang mengarahkan kamera ponselnya membidik Hasya dan Ari untuk ia ambil foto hingga beberapa kali,di barengi dengan sebuah senyuman smirk nya, yang menunjukkan kelicikan.
" akan gue bust Lo malu,dan di pecat dari posisi Lo,dan get out dari tempat yang seharusnya menjadi milik gue,dasar murahan".
Batin seorang wanita yang terlihat begitu puas dengan hasil jepretan kamera ponselnya.
ntar klo ditinggal hasya pasti kapok