Rahasia Cinta Zoya
"Bu, kenapa harus menikah dengan seorang duda? " lirihnya terdengar seperti permohonan. Manik mata coklat itu berkaca -kaca seolah menunjukkan sebuah protes yang tertahan. Ya, tentu saja karena dia tidak berani untuk menentang ibunya. Wanita yang sangat dia sayangi dan dia hormati, apalagi beliau tinggal satu satunya orang tua yang Zoya miliki.
"Percayalah, Zoy! Seorang ibu hanya memikirkan kebaikan untuk anaknya." Wanita paruh baya itu masih berusaha meyakinkan putri sulungnya akan niat baik yang akan dilakukannya.
Zoya Kamila, gadis cantik bermata bulat dan berhidung mancung itu hanya terdiam, dia tak mampu berkata apapun saat ibunya sudah mengambil keputusan.
"Tidurlah! Besok keluarga Bu Shanti akan datang ke rumah! " ucap Bu Nurma, kemudian beliau meninggalkan kamar Zoya. Matanya pun mengembun saat menatap guratan kesedihan yang terpancar dari wajah cantik anak gadisnya.
"Ibu...! " lirih Zoya dengan memejamkan mata, rasa sesak di dada pun kian membuncah saat ibunya sudah yakin dengan keputusannya.
Hatinya kian menjadi gelisah, salam terakhir diantara sepertiga malam pun kini memecahkan tangis yang sudah tidak bisa ditahan lagi olehnya.
"Ya Allah, apa menikah dengan orang yang tidak aku kenal adalah caramu untuk mengajarkanku ikhlas dengan segala takdirmu? Ya Allah, hanya engkau yang tau jika di hatiku sudah ada sosok lain." ucap Zoya saat menjelang fajar, dia pun menangis tergugu di atas sajadah untuk meluapkan perasaan sedih yang sulit untuk dikendalikannya lagi.
###
Siang menjelang sore, Zoya berjalan menelusuri koridor kantor tempatnya bekerja di sebuah yayasan pondok pesantren yang terdapat di desanya.
Pikirannya begitu kalut karena perjodohan yang sudah direncakan oleh ibunya, hal itu membuat Zoya tidak menyadari jika sedari tadi seseorang sudah berjalan di belakang dan memperhatikannya.
Wildan Yusufi, lelaki ganteng dengan wajah teduh yang dikenal smart dan religius itu masih menjadi sosok yang sama. Sosok yang menatap Zoya penuh kekaguman seperti empat tahun yang lalu.
"Assalamu'alaikum Zoya... " Suara berat itu menyadarkan Zoya akan keberadaanya saat ini.
"Waalaikumsalam, Gus! " jawab Zoya yang kemudian menundukkan pandangannya, kehadiran Wildan kembali membuat jantung Zoya berdetak lebih cepat.
"Apa laporan data semua guru dan staff sudah disiapkan?" tanya Wildan, putra dari pemilik pondok pesantren Nurul Jannah yang baru saja mendapatkan gelar LC dari Universitas Al-Azhar Cairo Mesir.
"Sudah, Gus! InsyaAllah besok bisa saya serahkan sama Gus Wildan." Zoya masih tak berani menatap wajah tampan yang dulu pernah selalu di kaitkan dengan namanya, gadis berkulit putih itu terus mempercepat langkah kakinya agar bisa secepatnya meninggalkan laki laki yang selalu membuatnya grogi.
"Panggil saja Wildan atau Abang! " ujar Wildan, lelaki itu masih saja mengagumi gadis cantik nan santun di sampingnya.
"Baiklah aku duluan! Assalamu'alaikum warrohmah... " Wildan kemudian berbelok meninggalkan Zoya yang terus melangkah dengan tujuan untuk kembali pulang.
"Eh Zoy, ada apa dengan Gus Wildan? Dari tadi kita melihat kalian berbincang akrab, bahkan lirikannya tak beralih darimu." ujar Nila yang tiba-tiba datang menghampirinya bersama Hasna. Kelihatan banget keduanya begitu antusias jika ada sesuatu yang berhubungan dengan lelaki yang selalu menjadi center of universe diantara para gadis di lingkungan mereka itu.
"Cuma menanyakan data guru dan pegawai di Yayasan Nurul Jannah ini!" jawab Zoya dengan seulas senyum lembut yang senantiasa menghias di bibir tipisnya.
"Dulu kita sempat curiga ya, jika kalian mempunyai hubungan khusus sebelum Gus Wildan kuliah di Cairo. Tapi, kemarin aku lihat Pak Kyai kedatangan tamu, dan kabarnya mereka merencanakan akan menjalin hubungan kekerabatan." jelas Hasna yang saat itu memang melihat serombongan keluarga besar pondok pesantren hafalan Al- Qur'an yang sedang bertamu.
Deg, seketika senyum tipis Zoya pun menyurut, ada rasa sedih yang diam-diam menyelinap saat mendengar kabar yang baru saja di ceritakan oleh Hasna. Memang seharusnya dia tidak membiarkan perasaannya tumbuh dan berkembang terhadap Wildan, karena semua itu adalah hal mustahil untuknya yang notabene putri dari keluarga biasa dan sederhana.
Mereka berjalan bersama menelusuri jalan sepi yang ada di desa mereka, hingga Hasna dan Nila satu persatu berbelok ke rumah masing masing karena hanya rumah Zoyalah yang paling jauh diantara rumah mereka bertiga.
Gadis berkerudung ungu itu masih berjalan dengan langkah gontai. Dia seperti kehilangan banyak harapan tentang perasaannya. Beberapa kali dia harus menghela nafas untuk menguatkan rasa yang sebaiknya di simpan rapat saja.
Langkahnya semakin memelan, saat melihat sedan Marcy terparkir di depan rumahnya. Tubuh kecil itu sedikit bergetar, karena dia yakin itu pasti keluarga Bu Shanti seperti yang diceritakan ibunya, jika keluarga beliau akan bertamu.
"Assalamualaikum...! " ucap Zoya saat memasuki rumah. Atmosfer kekakuan pun tercipta, saat seluruh mata menatap kehadiran gadis yang sudah mereka tunggu dari tadi.
"Waalaikum salam... " Terdengar suara dua wanita paruh baya itu menjawab salam Zoya hampir bersamaan.
"Zoya, kenalkan ini Bu Shanti dan Putra beliau Nak Hans! " Mendengar penjelasan ibunya Zoya hanya mengangguk untuk menyapa lelaki yang hanya meliriknya dingin dan kemudian mengambil punggung tangan Bu Shanti untuk bersalaman.
Petang yang menyisakan sedikit keraguan di hati Zoya setelah kepulangan keluarga Bu Shanti. Masih jelas dalam pikirannya tentang status Mas Hans yang ternyata duda beranak satu. Belum lagi, tatapan dingin lelaki berwajah tampan itu membuat Zoya semakin kalut. Tapi apa daya jika dia juga tak punya keberanian untuk mengelak dari semua.
Lagi-lagi, dia menatap beberapa lembar foto keluarga ketika masih ada bapaknya. Air matanya menetes, "seandainya saja Bapak masih ada!" gumamnya dalam hati.
"Zoy, maafkan ibu yang sedikit memaksamu. Tapi ibu yakin ini yang terbaik buatmu! " Kehadiran Bu Nurma secara tiba tiba di dekatnya membuat Zoya terkaget.
"Bu, Mas Hans sepertinya tidak bisa menerima Zoya." ujar Zoya dengan mengingat tatapan dingin Hans kepadanya.
"Mungkin karena kalian belum mengenal, nyatanya Nak Hans mau menerima perjodohan ini." Mendengar kalimat ibunya, Zoya kembali terdiam.
"Maafkan Ibu, tidak bisa membuat pesta pernikahan untuk anak gadis Ibu!" Butiran bening pun meluncur dengan sendirinya dari kedua netra Bu Nurma, dia sadar pernikahan anaknya bukanlah pernikahan yang diinginkan semua gadis yang ada di dunia ini. Tapi beliau yakin keluarga Bu Shanti akan memberi tempat yang baik untuk Zoya.
Bu Nurma memeluk putrinya, ada rasa bersalah saat beliau menyadari jika dia bukan orang tua yang bisa memberikan apa yang diinginkan anaknya. Tapi dalam hatinya, beliau tidak pernah luput mendoakan Zoya agar selalu diberi segala kebaikan dan kebahagiaan.
"Ibu, jangan menangis! Zoya bahagia jika bisa membuat Ibu bahagia. Jangan cemaskan Zoya, Bu! " ucap Zoya dengan mencium kedua tangan kasar ibunya. Tangan yang sudah memberikannya cinta dan banyak hal. Saat menatap wajah yang semakin keriput itu, Zoya tidak akan pernah tega untuk mengatakan tidak, meski itu tentang kehidupannya sendiri.
"Zoy, lusa setelah akad pernikahan, keluarga Bu Shanti akan langsung membawamu. Pesan ibu, kamu harus sabar dan ikhlas. Selain menjadi seorang istri kamu juga akan menjadi seorang ibu sekaligus." Bu Nurma kembali memeluk anaknya, mencium puncak kepala gadisnya yang akan dia lepas untuk hidup bersama keluarga lain.
Setelah kepergiaan Bu Nurma dari kamarnya, Zoya kembali memejamkan mata, menghela nafas panjang seolah ingin mengumpulkan kekuatan untuk bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Tidak ada yang tau kehidupan seseorang selanjutnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Oyah Karlinaa
ini saya baca yng ke 3 kalinya 😘😘
2024-10-25
0
Naimatul Jannati
kangen zoya sm mas hans ngulang bc lagi😍
2024-07-29
1
Uthie
Saya mampir baca lagi cerita ini 👍👍👍
pas baca chemistry nya gak bisa move on 👍😁
2024-02-01
1