Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alam Rahasia Qianlong Terbuka
WUUAAAAARRRR——!!!
Ledakan suara gaib mengguncang langit wilayah netral. Angin berbalik arah. Awan kelabu membentuk pusaran besar tepat di atas tanah tandus yang membentang sejauh mata memandang. Pusaran itu perlahan menyala keunguan, seolah menggali sesuatu yang telah lama tertidur di dalam bumi.
Getaran halus menjalar ke seluruh daratan. Retakan-retakan spiritual muncul di udara seperti luka-luka pada langit itu sendiri. Hembusan energi murni bercampur kabut kehendak kuno membanjiri sekeliling. Segala makhluk yang berada dalam radius puluhan li hanya bisa merasakan tekanan misterius yang menusuk batin.
Tanah pecah membentuk garis-garis bersinar, merambat ke segala penjuru. Simbol-simbol asing muncul di udara, menari seperti bisikan dari zaman purba. Warna-warna cahaya dari langit dan tanah beradu dalam kekacauan yang teratur. Di titik pusatnya, sebuah lubang membelah realitas—bercahaya redup, dingin, dan sunyi—menandakan lahirnya sebuah jalur menuju dunia lain.
Alam rahasia Qianlong… terbuka.
Bukan di wilayah kekaisaran manapun. Bukan di titik energi spiritual yang biasa muncul. Tapi di wilayah netral, tanah yang pernah menjadi medan perang para legenda. Dan bagi para tetua dari berbagai sekte dan kekuatan besar, ini adalah pertanda yang tak pernah tercatat dalam sejarah mana pun.
Aura kuno yang terpendam selama ribuan tahun mulai merembes keluar. Dunia perlahan membisu di hadapan kehendak yang tak lagi bisa ditahan. Dan gerbang itu, kini terbuka lebar—menanti para pemuda dari generasi ini… atau menelan mereka semua.
***
Di bawah bayang cahaya keunguan dari langit wilayah netral, tujuh sosok berjubah hijau tua berdiri di atas tebing terjal yang menghadap celah terbukanya alam rahasia Qianlong. Kabut kehendak kuno yang membubung dari dalam celah itu mengalir lambat di sekitar kaki mereka, seolah menyambut kehadiran makhluk-makhluk yang tak seharusnya ada.
Mereka diam, namun tatapan mereka menyala—penuh perhitungan dan dendam yang telah direndam terlalu lama.
“Waktunya telah tiba…” gumam sosok dengan mata sipit menyala ungu, suaranya lirih seperti bisikan racun, namun jelas terdengar oleh keenam lainnya.
Sanca Iblis berdiri di tengah, tubuhnya tegak seperti tiang kutukan, aura kebencian terhadap nama Zhang Wei mengalir jelas dari nafasnya. “Kita gagal menyelesaikannya terakhir kali... tapi tidak kali ini,” desisnya.
Sosok kurus di sisi kanannya mengangkat telapak tangan. Cahaya hijau redup muncul dari kulitnya, membentuk pola formasi aneh di udara. “Semua titik formasi telah aktif. Hutan Timur, Hutan Angin Putih, Hutan Bambu Hitam, dan Hutan Purba… binatang-binatang roh di sana mulai tak terkendali.”
“Kekacauan akan menyebar dalam waktu kurang dari setengah hari. Dunia akan sibuk menahan amukan roh. Mereka tidak akan sempat mengawasi gerakan kita di dalam,” ujar satu lagi dengan suara berat yang terdistorsi oleh banyaknya lapisan qi gelap di sekujur tubuhnya.
“Misi kita tetap sama,” lanjut Sanca Iblis dengan tajam. “Lima dari kita akan masuk dan mencari buah bencana. Temukan tempat segel itu, buka kuncinya, dan lepaskan. Dunia ini sudah terlalu lama hidup dalam keseimbangan palsu.”
Dua sosok lainnya tetap diam. Mereka adalah pengendali utama formasi. Wajah mereka tersembunyi di balik topeng tulang, namun dari gerakan tipis tangan mereka, tampak qi kegelapan menyatu dengan medan bumi, menciptakan resonansi yang menyebar jauh ke segala arah.
“Membunuh dua burung dengan satu batu. Saat dunia sibuk mengurusi hutan yang meledak dan binatang roh yang mengamuk, kita akan meretakkan tulang punggung benua tengah,” bisik satu di antaranya, lalu tertawa pelan.
“Dan ketika mereka sadar, semua sudah terlambat,” ucap Sanca Iblis perlahan.
Mereka serentak menghilang ke balik bayangan, tubuh mereka lenyap dalam pusaran energi gelap yang disamarkan oleh tekanan spiritual dari celah Qianlong. Operasi telah dimulai.
Dan dunia… tak menyadari bahwa kehancuran sudah mulai dituliskan.
***
Kilatan cahaya menyambar di kaki langit wilayah netral. Celah berputar yang baru saja terbuka di tengah reruntuhan tanah sunyi itu menyedot perhatian setiap kultivator yang tengah menjelajah perbatasan. Aura kekunoan yang membubung dari dalamnya membuat tulang-tulang terasa berat, seolah kehendak masa lalu yang telah lama terkubur perlahan terbangun kembali.
Di antara mereka, beberapa sosok berani telah lebih dulu melompat ke dalam celah tersebut. Tanpa aba-aba atau perintah dari siapapun, naluri haus kekuatan membawa langkah mereka. Mereka tak sempat menimbang risiko—kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Sebagian lainnya memilih kembali ke faksi mereka dengan kecepatan tertinggi, membawa kabar penting bahwa pintu menuju Alam Rahasia Qianlong akhirnya terbuka.
Kabar itu menyebar seperti api menyambar ladang kering.
Dalam waktu setengah hari, dunia telah bergejolak. Menara-menara transmisi spiritual diaktifkan. Klan-klan besar, sekte-sekte kuno, serta organisasi bayangan saling berebut jalur untuk mengirim jenius muda mereka ke wilayah netral. Bahkan beberapa keluarga bangsawan mengorbankan seluruh sumber daya mereka hanya untuk memastikan keturunan mereka bisa mendapatkan peluang langka itu.
Sementara dunia sibuk menyusun strategi dan mengirimkan pasukan, di sebuah ruang pelatihan yang tenang di sisi timur Istana Sayap Kebebasan, Zhang Wei berdiri menghadap jendela melengkung dari kristal biru. Di belakangnya, keempat rekan elitnya bersiap dengan senjata dan perlengkapan mereka, membenahi formasi pertahanan di tubuh masing-masing.
“Waktunya telah tiba,” gumam Zhang Wei, suaranya tenang tapi berat, seperti riak air dalam sumur kuno.
Ruo Lian menyarungkan bilah kembar berbalut ilusi hitam ke punggungnya, matanya setenang malam yang menanti badai.
Fei Yuan memutar satu cakram angin di jarinya, membiarkan angin mengalir melalui tubuhnya untuk menyesuaikan ritme napas.
Shen Dou menghantamkan tinjunya perlahan ke telapak tangan terbuka, menghasilkan getaran pelan dari batu giok tempat mereka berpijak.
Sementara Yan Zhuan mengikat busur panjang di punggungnya, matanya sudah tajam seolah menyatu dengan panah yang belum ditembakkan.
Mereka tak banyak bicara.
Zhang Wei menoleh perlahan, menatap masing-masing dari mereka. Tak ada aba-aba. Tak ada pidato panjang.
Namun tatapannya membawa perintah yang jelas: perjalanan mereka ke Alam Rahasia Qianlong… akan dimulai.
Dan kali ini, tak ada ruang untuk kesalahan.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini