Dokter Sherly Sakitnya Diselingkuhi

Sherly kembali lagi mendapat kesempatan untuk bersekolah, ada dua negara yang menjadi tempat dia untuk bersekolah. Diusianya yang ke tiga puluh delapan tahun, Suaminya empat puluh tahun dan kedua anaknya Noah David Johanes berusia tujuh belas tahun, sedangkan Nora Daniela Johanes berusia tujuh tahun. Keputusan berat baginya dalam kehidupan rumah tangga. Apakah harus hidup berpisah lagi??? Pertanyaan itu menjadi pikiran berat baginya.

"Gimana mas???" Timo tidak merespon pertanyaan suaminya. Terus terang dia bangga namun disatu sisi, dia tidak bisa hidup jauh dari istrinya. Takut khilaf. Dan dia juga berpikir bagaimana anak - anaknya. Malam itu kedua suami istri ini menjadi dua orang asing. Timo menjadi kehilangan arah, dia kembali kepada kelakuan dulunya, jika ada masalah menghindar. Hal ini membuat Sherly menjadi marah.

Sudah tiga hari ini mereka tidak saling bicara. Timo selalu pulang malam. Alasan ada kerja di rumah sakit. Sherly jenu dengan sikap Timo, membuat dia sudah tidak mau berpikir lagi, dipikirannya terserah mau lakukan apa pun terserah kamu. Sherly masa bodoh.

"Mami kenapa papi tidak perna makan malam bersama kita?" Semua di meja makan kaget dengan pertanyaan Nora. Mertuanya bahkan kakaknya hanya terdiam.

"Papi sibuk sayang." Nora terdiam, akhirnya bersama kakaknya dia pergi ke sekolah.

"Nak, papa lihat seperti kamu dan Timo ada masalah. Maafkan papa jika bertanya." Sherly pun menceritakan akar permasalahannya semua kepada papa dan mama mertuanya. Selesai sarapan Sherly, berdoa dia bertekat harus menyelesaikan pertikaian ini. Karena sudah mulai berdampak pada keluarga. Dia sudah siapkan bekal buat suaminya. Tanpa sepengetahuan Timo, Sherly ke rumah sakit tempat Timo bekerja. Begitu kagetnya ternyata di ruang istirahat dokter ditempat tidur kecil ukuran satu badan dia melihat Timo tidur bersama seorang cewek. Bekal yang dia bawa langsung jatuh. Jefry yang mengetahui kedatangan Sherly kaget melihat kadan Timo. Tanpa banyak bicara Sherly pergi meninggalkan ruangan itu. Dan Jefry langsung membangunkan kedua tersangka itu.

"Kalian buat apa???" Timo kaget karena dokter Dara ada disampingnya, setahu dia hanya tidur sendiri.

"Kamu ngapain ditempat tidur saya. Buat apa kamu?" Tersangka hanya menundukkan kepalanya. "Jawab???!" Timo sangat marah.

"Sherly lihat, dia datang. Kamu tega bro??"

"Demi Tuhan saya tidak lakukan apa- apa."

Dara hanya menangis, dia masih tertunduk. Dara adalah dokter koas di bagian bedah jantung dan pembulu. Secara diam - diam dia menyukai dokter Timo, dokter pembimbingnya. Tiga hari ini dia mengikuti dokter Timo ke club dan kembali ke rumah sakit. Semalam Timo sedikit mabuk makanya di tidak pulang kerumah, kesempatan ini digunakan Dara untuk bereaksi. CCTV ruangan istirahat itu terlihat Dara mencium Timo yang tidak sadar.

"Kamu tahu tidak saya sudah berkeluarga !!!" Dara menangis.

"Maafkan saya dokter." Timo mau memukul Dara, namun ditahan oleh Jefry, akhirnya Grace menampar muka Dara.

"Kamu tahu, efek yang kamu perbuat bisa merusak rumah tangga orang. Dia punya anak dua."

"Maafkan saya ibu."

"Kamu akan kita kembalikan ke kampus kamu."

"Jangan ibu, orang tua saya ingin saya menjadi dokter. Tolong saya ibu."

"Kesalahan kamu fatal Dara. Kamu tidak bisa menjadi dokter." Dara sedang berada diruangan administrasi kantor rumah sakit. Dara masih memohon. Menangis dan terus memohon.

"Kamu merusak citranya, kamu memanfaatkan kelemahannya. Fatalnya istrinya melihat!!!"

"Maafkan saya."

Timo menghubungi Sherly namun handphonenya tidak aktif. Sherly memblokir nomor Timo. Di setelah ke kantor mengurus urusan di rumah sakit selama tiga puluh menit dia langsung ke stasiun, dengan kereta api dia pulang ke kampungnya di magelang. Ketika sudah berada di kereta api dia menghubungi Roy untuk nanti mengambil mobilnya di sebuah cafe dekat pasar senen, alasan mogok, karena sebelah Cafe ada bengkel.

Perjalanan tujuh jam, Sherly lalui pagi itu sekitar pukul sepuluh. Diperkirakan dia akan sampai di Jogja jam jam lima sore dan melanjutkan perjalanan ke kampungnya sekitar dua jam. Dia rencana akan merental mobil di Jogja selama seminggu.

Sementara Timo sedang kebinggungan tidak bisa menghubungi istrinya l, dilihat kotak bekal yang jatuh. Hatinya hancur, betapa sakit memikirkan bagaimana istrinya. Dia memukul kepalanya.

"Ma, Cey dirumah?"

"Tidaklah, dia kan kerja." Hati Timo menangis karena dikantor ibu Sherly meminya ijin pulang duluan karena kurang enak badan dan ijin beristirahat selama satu minggu. Timo berdiri di lobi rumah sakit tempat istrinya bekerja.

"Ooooo Tuhan, dimana dia???"

Dia berusaha menghubungi, Roy. Namun disekolah tidak ada. Roy pun menyampaikan pesan Sherly kepada Timo. Dengan bantuan Jefry mereka langsung ke tempat Sherly menitip mobilnya. Untungnya oleh pak satpam Timo mendapat informasi bahwa Sherly berjalan menuju stasiun kereta. Waktu melihat jam keberangkatan kereta sekitar jam sepuluh, ternyata menuju Jogja.

"Aku yakin dia ke kampungnya." Timo langsung membeli tiket ke jogja untuk berangkat jam enam sore. Tiket pesawat.

"Kamu yakin, akan kesana?"

"Saya harus kesana Jef. Kenapa aku selalu seperti ini???"

"Kamu tidak dewasa bro. Kamu karena anak manja, anak tunggal jadi tidak dewasa."

Dia membawa pulang mobil istrinya. Di setir mobilnya ada basah, bekas air. Timo yakin bahwa itu air mata istrinya. Pukul tiga Timo, tiba dirumah disana kedua anaknya sudah menunggu karena dari lantai dua melihat mobil papi dan maminya datang Nora berlari ke depan menanti kedua orang yang dia cintai.

Begitu kecewanya Nora, ternyata hanya papinya saja yang datang. Noah yang sudah usia tujuh belas tahun, tahu bahwa mami dan papinya ada masalah. Dia langsung ke kamarnya mencoba menghubungi maminya, namun tidak bisa.

"Please..... mami, jangan begini. Mami dimana?" Timo langsung memeluk anaknya. Noah menepis tangan papinya. Dia marah.

"Kalau sampai terjadi sesuatu sama mami, Noah tidak akan maafin papi." Opa dan omanya baru melihat kemarahan Noah. Mereka tidak menyangka Noah akan sekasar itu.

"Maafkan papi Noah, maafkan papi." Noah meninggalkan kamarnya. Nora yang melihat kakaknya marah langsung memeluk Noah kakaknya. Noah mencium Nora menenangkan adiknya.

"Mami dimana kaka?"

"Mami ada kerja diluar, makanya mobilnya papi bawa pulang. Sebentar pasti papi pergi jemput."

"Noah, opa bisa bicara???" Noah hanya mengangguk. Dia mendengar semua yang opa dan omanya bicarakan, namun dia hanya terdiam. Timo masih berusaha menghubungi Sherly namun handphonenya tidak aktif.

"Kamu harus menjemput Sherly, seperti yang Noah bicarakan pada Nora. Kamu cari sampai dapat?"

"Sherly sepertinya ke Jogja, karena kereta yanh berangkat jam segitu ke Jogja."

Sementara Sherly sudah berkendara menuju Magelang di kampungnya. Dia hanya mampir membeli baju dalam dan beberpa makanan buat dia dirumah sana. Satu jam berkendara, Sherly tiba dirumahnya disambut oleh bibi Berta yang terkejut.

"Sendiri sayang."

"Iya bibi. Kangen papa, mama dan adek."

Karena sudah sore, Sherly tidak bisa ke kubur. Dia memutuskan untuk menenagkan dirinya. Sementara Timo sudah dalam perjalanan menuju ke Jogja dengan menggunakan pesawat. Sementara anak - anaknya masih gelisah menunggu mami dan papinya. Pukul tujuh landing Jogja, Timo langsung menggunakan taksi bandara ke Magelang. Tidak sampai satu jam perjalanan karena dari bandara ke magelang lebih dekat.

Tiba di depan rumah mertuanya, dia melihat sebuah mobil dia yakin istrinya ada disini. Bibi Berta kaget karena Timo juga datang. Dia tahu ada masalah. Dia tidak menanyakan hanya mempersilahkan Timo masuk.