NovelToon NovelToon
SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

Status: tamat
Genre:Mafia / Roh Supernatural / Dark Romance / Tamat
Popularitas:97
Nilai: 5
Nama Author: isagoingon

"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.





PERINGATAN PEMBACA:

Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:

· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.

· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.

· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).

· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.





©isaalyn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUNGA CAMELLIA UNTUK SEUNG JO

Musim semi melangkah masuk, mengubah pemakaman kecil di Jeju menjadi palet warna yang cerah—seolah-olah alam ingin menghapus kesedihan yang membayangi tempat itu. Suatu pagi, Nyonya Lee muncul, membawa sekeranjang bunga camellia, langkahnya terhenti sejenak di depan nisan Hayeon dan anaknya. Dengan hati-hati, dia meletakkan setangkai bunga di sana, lalu, seolah terjebak dalam keraguan, dia melangkah menuju batu nisan sederhana yang berdampingan.

Di depan inisial "J.S.J." yang terukir, dia merasakan beban waktu—satu tahun lebih berlalu, dan perasaannya masih terombang-ambing. Kebencian? Tentu, itu ada. Namun, ada juga pengakuan pahit—dia dan Seung Jo, meskipun dengan cara yang berbeda, sama-sama gagal melindungi Hayeon.

Setangkai camellia putih diletakkannya di depan batu nisan itu, seolah mengalirkan rasa sakit yang terpendam.

"Dulu, aku sangat membencimu," bisiknya, suaranya nyaris hilang di antara angin.

"Tapi aku juga membenci diriku sendiri... Mungkin kita semua hanya manusia yang tersesat, ya?"

Dia terdiam, berdiri sejenak, sebelum akhirnya berbalik dan pergi, meninggalkan bunga itu sebagai pengakuan bisu—bahwa dalam duka, bahkan untuk seorang Jin Seung Jo, bisa ada sedikit pengampunan, meski samar.

---

Beberapa hari berlalu, dan suasana kembali bergetar—seperti gelombang yang tak henti-hentinya. Seorang wanita muda, wajahnya tampak lelah dan penuh beban, melangkah masuk ke pemakaman. Jieun, mantan kekasih Seung Jo dari masa lalu yang kelam—sebelum bayang-bayang kegelapan menyelimuti hidupnya. Dia mendengar kabar duka tentang Seung Jo dan, didorong oleh kenangan samar tentang sosok muda yang pernah dia kenal, memutuskan untuk datang. Dalam genggamannya, satu mawar hitam—simbol duka yang dalam dan menyakitkan.

Dia berdiri di depan nisan Seung Jo, mata berkaca-kaca, bergetar dalam keheningan yang menyesakkan.

"Seung Jo-ah," bisiknya, suaranya bergetar penuh kerinduan,

"apa yang terjadi padamu? Kamu dulu... berbeda."

Dia teringat pada seorang pemuda ambisius—yang masih menyimpan secercah kemanusiaan di dalamnya. Kapan dan bagaimana pria itu berubah menjadi monster yang diceritakan orang?

Mawar hitamnya diletakkan di samping camellia putih Nyonya Lee yang sudah layu, seolah menambah lapisan baru pada kisah rumit pria itu.

"Aku berharap kau menemukan kedamaian yang tak kau temukan dalam hidup," ucapnya pelan, sebelum melangkah pergi, meninggalkan jejak kenangan yang tak terhapuskan—seperti bayangan yang membayangi langkahnya.

---

Sementara itu, di Seoul, Junho duduk di klub malamnya yang sepi di siang hari—sebuah tempat yang seharusnya penuh keriuhan, kini hanya menyisakan kesunyian. Kekosongan yang dia rasakan setelah kunjungannya ke Jeju semakin dalam, seperti lubang hitam yang menelan semua cahaya. Dia mengeluarkan liontin ular kecil yang dia selamatkan dari reruntuhan organisasi Seung Jo.

Dia memutar-mutar liontin di tangannya, lalu tiba-tiba melemparkannya ke seberang ruangan.

"Bosan!" geramnya pada ruangan yang kosong, suaranya bergema.

Lalu, sebuah ide gila muncul di kepalanya. Jika dia tidak bisa menemukan kepuasan dalam kekuasaan atau kekejaman, mungkin dia bisa menemukannya dalam... penebusan? Gagasan itu begitu asing dan aneh sehingga membuatnya tertawa terbahak-bahak—suara tawanya seolah menantang kesunyian.

Tapi tertawanya mereda. Apa yang akan dilakukan Seung Jo? Dia pasti akan mengejeknya. Tapi Hayeon... mungkin dia akan tersenyum.

Keesokan harinya, para stafnya terkejut ketika Junho mengumumkan bahwa dia akan mendanai sebuah yayasan untuk anak-anak yatim piatu korban kejahatan. Itu bukan tindakan amal yang tulus, lebih seperti eksperimen baru—sebuah permainan untuk melihat apakah dia bisa merasakan sesuatu—apa pun—dari hal itu.

Dia menyebutnya "Proyek Hayeon," sebuah nama yang dia tahu akan membuat Seung Jo mengamuk di alam baka. Dan untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, Junho merasa sedikit... tertarik—seolah ada cahaya kecil yang menyelinap masuk ke dalam kegelapan.

---

Kembali di Jeju, tiga nisan itu tetap berdiri, dikelilingi oleh bunga-bunga liar dan dijaga oleh nyanyian angin laut. Kisah mereka telah berakhir, tetapi riaknya terus menyebar, menyentuh kehidupan orang-orang yang mereka tinggalkan—mengubah mereka dengan cara yang kecil namun signifikan.

Mereka yang datang ke tempat ini—dengan amarah, penyesalan, rasa ingin tahu, atau kedamaian—masing-masing membawa serta secercah kenangan tentang kehidupan yang dipotong terlalu pendek, tentang cinta yang berubah menjadi obsesi, tentang dendam yang akhirnya padam, dan tentang kemungkinan penebusan yang datang terlambat, tetapi tidak pernah benar-benar hilang.

Dan di sana, di tepi laut Jeju, di antara camellia dan batu nisan, ketiga jiwa yang terluka ini akhirnya menemukan kedamaian yang tak pernah mereka miliki dalam hidup—sebuah kedamaian yang abadi, sunyi, dan akhirnya, utuh.

---

Lima tahun kemudian. Jeju musim semi. Ombak masih berdebur lembut, camelia masih bermekaran. Tapi ada yang berbeda di pemakaman kecil itu.

Di samping nisan Seung Jo, Hayeon, dan anaknya, kini ada sebuah bangku kayu sederhana. Di bangku itulah Nyonya Lee sering duduk, kadang ditemani suara kicau burung atau desir angin. Usianya sudah senja, rambutnya memutih seluruhnya, tetapi ada kedamaian di matanya yang dulu selalu dipenuhi rasa bersalah—seolah beban itu perlahan-lahan terangkat.

Dia telah menemukan penebusannya dengan menjadi "nenek" bagi anak-anak di panti asuhan setempat, bercerita tentang seorang gadis kuat dari Jeju yang sangat mencintai laut.

Tidak jauh dari sana, batu nisan "J.S.J." kini dikelilingi semak camelia yang tumbuh subur. Bunga-bunga putih dan merah muda itu seakan-akan menyelimuti tempat peristirahatan terakhirnya dengan kelembutan yang tak pernah ia terima semasa hidup. Kadang, sepasang kupu-kupu hinggap di atasnya, seolah membawa pesan damai dari suatu tempat yang jauh.

Di Seoul, "Yayasan Hayeon" yang didirikan Junho telah berkembang pesat. Awalnya hanya sebuah eksperimen untuk melawan kebosanan, lama-kelamaan yayasan itu justru menjadi satu-satunya hal yang memberinya kepuasan sejati—sebuah cahaya di tengah kegelapan.

Dia tidak pernah menjadi orang baik—sifat manipulatif dan liciknya masih ada—tapi sekarang dia mengarahkannya untuk menggalang dana dan membongkar korupsi di yayasan lainnya. Dalam cara yang aneh dan terpelintir, dia akhirnya menemukan "permainan" yang berarti. Kadang, di saat-saat sepi, dia akan memandang foto Hayeon yang diam-diam disimpannya dan berkata,

"Lihat, Sayang, bahkan iblis pun bisa melakukan satu hal baik dalam hidupnya..."

Kim Daejun, dulunya tangan kanan Seung Jo, kini menjalani kehidupan yang sederhana di warung seafood kecil dekat pelabuhan. Hidupnya tenang—seolah terpisah dari keramaian dunia yang penuh intrik. Kadang, pelanggan datang dan bercerita tentang legenda geng Seoul yang pernah menggegerkan, dan dia hanya tersenyum tipis, seolah menyimpan rahasia yang hanya dia dan angin laut yang tahu...

Suatu senja, Nyonya Lee duduk di bangku kayu, matanya terpaku pada matahari jingga yang perlahan tenggelam di cakrawala. Ada sesuatu yang lembut menyelimuti—seperti pelukan hangat dari tanah tempat Hayeon beristirahat.

"Damaikan jiwa-jiwa yang tersesat, Nak," bisiknya pada angin,

"seperti bagaimana kedamaian ini akhirnya menemukan kita semua..."

Di kejauhan, antara deburan ombak yang berirama dan bisikan angin yang bersembunyi di balik bunga camelia, seolah ada jawaban yang muncul: sebuah keheningan yang tidak lagi kosong, melainkan dipenuhi dengan penerimaan dan cinta—akhirnya terlepas dari rasa sakit atau penyesalan.

Mereka mungkin telah pergi, tetapi dengan cara mereka masing-masing, semua akhirnya menemukan jalan pulang. Ah, betapa indahnya...

1
LOLA SANCHEZ
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
isagoingon: besok yaa kakkk!😄
terima kasih sudah mampirr!!
total 1 replies
Oralie
Larut malam ini tetap menunggu update dari thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!