Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
19
David dan Vino saling pandang, berusaha keras untuk tidak tertawa. Tentu saja Tia mirip dengan gadis di foto i6karena keduanya adalah orang yang sama. Sea sungguh polos.
"Benar juga, itu Kak Tia. Tapi, kenapa dia bisa ada di foto keluarga bos? Apa mungkin mereka punya hubungan darah?"
Karena tak kuasa menahan diri mendengar celotehan Sea, David akhirnya mendekatinya.
Ia mendekat tanpa melepaskan pandangannya dari wajah kebingungan Sea.
"Tia adalah saudara kembaranku. Itulah mengapa dia ada di foto itu," jelas David.
Sea terkejut. Ia lalu menatap heran ke arah bosnya yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
"Bos, apa kau baru saja menggunakan ilmu Halimunan? Kenapa saya tidak mendengar langkah kaki anda tadi?" tanya Sea dengan penuh keheranan.
David ternganga. Ia lalu melirik kesal ke arah Vino yang terlihat seperti sedang menahan tawa.
"Coba saja kalau kau berani tertawa, Vin! Akan kubuat kerongkonganmu menghilang!" ancam David sambil menekankan suaranya.
Vino segera memasang wajah datar. Dia tidak mau mati sia-sia di tangan Tuan Mudanya.
Sea mengamati raut wajah David yang tampak kesal.
"Tuan, apakah pertanyaan saya tadi membuat Anda tidak nyaman?" tanya Sea dengan nada khawatir.
David berdeham perlahan, lalu tersenyum tipis ke arah Sea yang sedang menatapnya.
"Tidak juga," jawabnya singkat.
"Oh, saya kira Tuan tersinggung karena saya menyinggung soal kemampuan datang tiba-tiba," ujar Sea.
Ekspresi David sedikit berubah.
"Sea, apa saja yang kalian bicarakan dengan Tia tadi?" tanya David.
Wajah Sea langsung berbinar saat mendengar nama Tia disebut. Dengan antusias, ia menjawab pertanyaan David.
"Banyak hal, Tuan. Kak Tia sangat baik,"
David menyeringai dalam hati. Ternyata kembarannya cukup jeli untuk menyadari bahwa Sea bukan sekadar gadis biasa.
"Oh ya, bos tadi anda bilang Kak Tia itu kembaran anda. Apa benar begitu?" tanya Sea dengan rasa ingin tahu.
David mengangguk, lalu menggandeng tangan Sea, berniat membawanya ke kamar. Sebelum menaikinanak tangga, David berpesan kepada Vino agar tidak mengikutinya.
"Kamu istirahat saja!" ucapnya.
"Tapi, Anda belum makan malam, Tuan Muda!" sahut Vino.
Vino menjawab sambil melirik ke arah Sea.
"Sedikit lebih peka, Nona Sea," bisiknya dalam hati.
Sea menoleh.
"Jadi, Bos David belum makan?" tanya Sea.
Vino mengangguk, merasa lega karena ucapannya berhasil menarik perhatian Nona Sea.
"Belum, Nona," jawabnya.
Hati David bersorak gembira. Meskipun sebenarnya ia ingin sekali menghadiahi Vino pukulan, namun melihat Sea langsung menanggapi ucapan Vino, David mengurungkan niatnya. Dalam benaknya, ia sangat berterima kasih kepada Vino yang seolah memahami keinginannya.
"Emmm, Bos, bagaimana kalau saya membuatkan sesuatu untuk Anda?" Sea menawarkan diri.
Tanpa ragu, David mengangguk.
"Tentu," jawabnya.
"Kalau begitu, ayo kita ke dapur!" ajak Sea sambil menarik tangan David.
Vino tersenyum melihat wajah David yang cerah. Kemudian, ia melirik Yudi yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Syukurlah Nona Sea cepat mengerti. Aku sempat khawatir dia tidak akan menanggapi perkataanku tadi, Yudi!" kata Vino dengan lega.
Yudi mendekat.
"Meskipun Nona Sea tampak sederhana, setidaknya dia memiliki hati yang baik. Sayangnya, dia tidak bisa merasakan apa yang Tuan Muda rasakan. Andai saja dia lebih peka, mungkin Tuan Muda tidak akan sesulit ini," pikir Yudi dalam hati.
Vino setuju dengan ucapan Yudi sebelumnya. Ia merasa iba dengan kisah cinta Tuan Mudanya. Ini adalah kali pertama Tuan Muda jatuh hati pada seorang gadis, namun sayang, gadis itu tidak menyadari perasaannya.
"Ini akan menjadi misi penting bagi kita, Yudi. Bantu aku mewujudkan cinta mereka!" ujar Vino dengan tekad kuat.
Yudi mengangguk. Mereka berdua lalu menyusul Sea dan Tuan Muda ke dapur.
"Kau yakin tidak ingin meminta bantuan pelayan lain?" tanya David khawatir melihat Sea mengocok telur.
"Tidak, Bos. Aku sudah belajar dari Kak Tia tadi. Lagipula, mereka pasti lelah setelah bekerja seharian. Aku tidak mau merepotkan mereka!" jawab Sea tanpa berhenti memotong.
Mendengar percakapan itu, kebanggaan menyelimuti hati para pelayan terhadap Nona mereka. Tuan Muda David, bagi mereka, telah menemukan sosok yang sempurna untuk memimpin rumah tersebut. Sea selalu memperlakukan mereka layaknya sahabat, entah karena ia belum sepenuhnya memahami kedudukannya atau memang karena kebaikan hatinya yang tulus.
"Baiklah, jika itu memang keinginanmu. Berhati-hatilah, aku tak ingin melihatmu terluka sedikit pun!" tutur David dengan nada penuh perhatian, jemarinya lembut membelai puncak kepala Sea.
"Siap, Bos!" sahut Sea ceria.
Dapur menyajikan pemandangan yang kontras antara David berdiri termangu, matanya terpaku pada Sea yang sibuk meracik hidangan untuknya, pancaran cinta tak terbendung dari sorot matanya. Andai saja Sea mampu menangkap getaran hati David, mungkin suasana disana akan berbalut romansa yang kental. Namun, kepolosan Sea terlalu dalam, menghalanginya menyadari perasaan sang majikan.
"Menurutmu bagaimana, Bos? Apakah rasanya enak?" tanya Sea penuh harap.
Kini, Sea duduk di samping David, mengamati sang bos menikmati masakannya.
"Sangat lezat, aku menyukainya!" jawab David sambil terus mengunyah.
Padahal tidak.
'Ya ampun, apa Sea menuangkan seluruh air laut ke dalam masakan ini? Asinnya luar biasa,' pikir David dalam hati.
Mata Sea berbinar bahagia. Ia telah berusaha sebaik mungkin untuk membuat telur gulung isi daging dan sayuran yang istimewa bagi David. Dan sepertinya usahanya tidak sia-sia, karena bosnya terlihat menikmati hidangan tersebut.
"Sea, ada sesuatu yang ingin kubahas denganmu," kata David perlahan setelah berjuang keras menghabiskan makanannya.
Vino dan Yudi terpukau menyaksikan pengorbanan yang dilakukan David. Cinta memang mampu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal di luar kebiasaan. David dikenal sangat pilih-pilih soal makanan, dan baru kali ini mereka melihatnya tanpa ragu melahap habis hidangan yang jelas-jelas tidak enak.
"Ada apa, Bos?" tanya Sea, penasaran.
"Apakah kau berminat untuk melanjutkan pendidikan?" David balik bertanya.
Sea mengangguk cepat, namun sedetik kemudian menggeleng ragu sambil menggigit ujung jarinya.
"Tentu saja aku ingin, Bos, tapi aku tidak punya biaya," jawabnya lirih.
"Aku tidak menanyakan soal biaya, Sea. Aku hanya ingin tahu, apakah keinginan untuk sekolah itu masih ada di hatimu?" tanya David dengan nada gemas bercampur penasaran.
Sea tidak segera menjawab pertanyaan David. Ia bimbang untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Sejujurnya, Bos, aku sangat ingin melanjutkan sekolah. Tapi aku tahu diri. Jangankan memikirkan sekolah, bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan saja sudah merupakan berkat yang luar biasa. Orang sepertiku tidak pantas bermimpi terlalu tinggi. Hanya akan ada kekecewaan jika semua harapan itu tidak terwujud," ucapnya dalam hati dengan nada sendu.
Raut wajah Sea berubah menjadi muram. Tiba-tiba, ingatan tentang sesuatu muncul dan langsung membuat wajahnya kehilangan warna. David yang menyadari perubahan itu segera menghampiri Sea. Ia terkejut merasakan betapa dinginnya wajah Sea saat disentuh.
"Ya Tuhan, Sea, ada apa denganmu?" tanya David dengan nada panik.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak