Cinta Itu Diam

Ada yang salah, biasanya Erlan pagi pagi pasti sudah datang mengantar aku di sekolah. Tapi pagi ini dia tidak ada.

Apa Erlan tidak masuk sekolah hari ini?

Aku melakukan motorku dan menaruhnya di parkiran. yang benar saja, motor Erlan sudah terparkir. ada sesuatu yang aneh hari ini.

Aku memasuki kelas dan duduk di bangku ku seperti biasa. seli melihat ku dan langsung menghampiriku lalu duduk di sebelahku.

"Luna, aku pikir kamu gak masuk sekolah! "

"Aku masuk kok. " balas ku dengan sesuatu yang masih di pikiranku.

"kamu berantem sama kakak ku? "

"Um.. aku tidak tahu. mungkin saja ada kesalah pahaman. "

Aku masih bingung dengan apa yang terjadi tadi pagi. kemarin tidak ada pertengkaran ataupun kesalahpahaman. namun tiba-tiba Erlan tidak seperti biasanya.

Jangan jangan...

Pikiranku tertuju pada Raka. aku menatap Raka dengan tatapan curiga.

Mungkinkah Raka memberitahu Erlan?

Raka melihat aku menatapnya, Raka membalas dengan senyuman.

Dulu aku suka senyuman itu. tapi seperti bukan yang dulu saja.

bel istirahat berbunyi, para siswa dan siswi keluar dari kelas.

"Luna, yuk ke kantin. " ajak Seli.

"kamu duluan aja. ada yang mau aku lakukan. " jawab ku.

"Baiklah, aku pergi dulu. "

Aku akan bertanya pada Raka, apa benar dia yang sudah lakukan itu sehingga Erlan menjauhiku.

kebetulan Raka lagi berjalan sendirian di halaman sekolah. aku menghampiri Raka.

"Aku mau bicara. "

"Ya. dimana? "

Aku menarik pergelangan tangan Raka dan membawanya di perpustakaan.

"kenapa disini? " tanya Raka bingung.

"Aku tidak mau ada yang tau. disini sepi, jadi mungkin aman untuk kita bicara. " jawabku sambil melihat sekeliling.

"Oke, langsung ke intinya saja. Apa kamu bilang sama kak Erlan tentang kemarin? "

"Tidak, aku tidak bilang. kenapa? kamu dan kak Erlan bertengkar? " tanya Raka.

"Dia aneh tidak seperti biasanya. " jawabku.

Raka menarik pinggang ku mendekat padanya. Raka menatap kedua bola mataku.

"Kamu ngapain sih, Raka? " ucapku sambil mendorong Raka menjauh.

Raka tersenyum, lalu menghadangku dengan tangannya satu menempel pada rak buku.

Aku menundukkan tubuhku lalu berlari melewatinya. aku berjalan keluar dari perpustakaan. Raka melihat ku berjalan sambil tersenyum.

saat Raka keluar dari perpustakaan, Raka bertemu Erlan yang saat itu berdiri di dekat pintu.

"Kamu sudah sedekat itu ya sama Luna? " Tanya Erlan dengan tatapan tidak senang dan cemburu bercampur aduk.

"Itu tidak seperti yang kak Erlan lihat. " balas Raka membela diri.

"Ck, dari awal emang dia suka sama kamu. aku aja yang memaksa perasaan nya untuk menyukaiku! "

"Mari bersaing dengan adil. mungkin ada kesempatan buat kak Erlan juga. " balas Raka dengan tatapan menantang.

"bersaing? kamu suka sama Luna? aku gak mau kamu menyakiti Luna! "

"Aku suka, sangat suka! jadi mau bersaing apa kehilangan dia ? " balas Raka.

"Oke. kita bersaing secara sehat! " ucap Erlan sepakat.

"oke! "

Akhirnya keduanya membentuk kesepakatan untuk bersaing secara sehat tanpa kecurangan. Dalam hati Raka, Raka tau dia akan kalah. Raka tidak peduli itu. Raka cuma ingin mencoba kemungkinan keberhasilan nya.

"Jadi kak, bersikap lah seperti biasa. Jangan bikin dia nggak nyaman. "

"Aku tau! " balas Erlan.

Seli duduk di meja dengan dua porsi makanan dan dua gelas minuman. Seli menoleh kanan kiri mencari kehadiran seseorang.

"Luna kemana sih! "