NovelToon NovelToon
Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengganti / Cerai / Wanita Karir / Angst / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Dinda tidak menyangka kalau pernikahannya bakal kandas ditengah jalan. Sekian lama Adinda sudah putus kontak sejak dirinya mengalami insiden yang mengakibatkan harus menjalani perawatan yang cukup lama. Hingga pada akhirnya, saat suaminya pulang, rupanya diceraikan oleh suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29 Kesedihan

Di ruang ICU, suasananya penuh ketegangan. Baru saja Vikto membuka mata setelah koma panjangnya. Napasnya masih teratur pelan, matanya tampak kebingungan, namun ada satu hal yang langsung ia cari, yaitu Adinda.

“Din… Dinda…” bisiknya lirih, hampir tak terdengar.

Adinda yang sejak tadi berusaha menahan tangis langsung maju, namun langkahnya terhenti ketika melihat wajah suaminya—pucat, lemah, namun penuh kerinduan. Hatinya remuk campur aduk. Ia mendekat dengan tubuh gemetar.

“Aku di sini, Kak…” suara Adinda parau.

Vikto mencoba mengangkat tangan, dan Adinda lekas menggenggamnya. Sentuhan itu membuat lelaki itu menghela napas lega, seolah baru benar-benar sadar setelah memastikan istrinya baik-baik saja.

Namun, tak sampai semenit ketenangan itu berlangsung, pintu ICU kembali terbuka. Perawat masuk dengan wajah panik.

“Keluarga Nyonya Hela! Kondisi beliau menurun drastis! Mohon segera ke ruang rawat!”

Adinda terperanjat. “Oma?!”

Wajah Vikto kembali pucat. Ia ingin bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. “Jangan… tinggalin aku, Dinda…” lirihnya, penuh takut kehilangan lagi.

Adinda mengusap lembut punggung tangannya. “Aku cuma ke Oma sebentar. Aku balik lagi, Kak. Janji.”

Ia berlari sepanjang lorong sekuat tenaga. Nafasnya tercabik, matanya basah. Detik itu terasa seperti dunia runtuh bersamaan.

Sesampainya di kamar Oma Hela, dokter dan perawat sudah berkumpul. Monitor jantung berbunyi tidak stabil. Oma Hela terbaring dengan selang oksigen, wajahnya pucat, tapi pandangannya mencari seseorang.

“Din… da…” bisiknya terbata.

Adinda langsung mendekat dan menggenggam tangan wanita tua itu sambil menangis tersedu-sedu.

“Oma di sini, Oma… Dinda di sini…” suaranya pecah.

Oma Hela tersenyum tipis, meski nyaris tak berdaya. “Kamu gadis kuat… Kamu… pelindung Vikto. Tetap… di sampingnya… Jangan tinggalkan dia… apa pun yang terjadi…”

Air mata Adinda jatuh tanpa terbendung, membasahi tangan Oma Hela. “Iya, Oma… Dinda nggak akan pergi… Dinda janji… Dinda janji…”

Oma Hela mengangkat tangannya sedikit, menyentuh pipi Dinda. “Cantik… baik… cucu Oma… pilihannya tepat…”

Lalu… suara monitor berubah menjadi panjang. Perawat spontan menunduk. Dokter menutup mata Oma Hela perlahan.

Oma Hela telah pergi.

Adinda menjerit pelan, tubuhnya lunglai. Ia memeluk Oma sambil menangis sejadi-jadinya. Duniannya terbelah dua: satu sisi ada Vikto yang baru sadar, sisi lainnya ada wanita yang begitu menyayanginya… kini pergi selamanya.

Riko, yang menyusul setelah mendapat kabar dari perawat, hanya bisa berdiri terpaku melihat Adinda hancur. Hatinya ikut meringis.

“Dinda… sudah… cukup…” Riko berusaha menguatkan, tapi suaranya ikut bergetar.

Adinda hanya menggeleng sambil terus menangis di dada Oma Hela.

Beberapa menit kemudian, perawat masuk untuk mengurus jenazah. Dengan susah payah, Riko membantu menuntun Adinda keluar dari ruangan.

Di lorong, tubuh Adinda lemas. Pandangannya kosong. Tapi begitu ingat Vikto sendirian di ICU, ia menahan tangisnya dan berdiri.

“Aku… Aku harus menemui Kak Vikto… Dia baru sadar… Dia pasti nyari aku…” lirihnya.

Riko melihatnya dengan tatapan rumit, antara kagum dan hancur. “Aku antar.”

Mereka berjalan kembali ke ICU.

Saat pintu terbuka, Vikto langsung mencoba duduk, napasnya tersengal melihat wajah istrinya sembab dan mata bengkak.

“Dinda… kenapa kamu—”

Adinda jatuh berlutut di sisi ranjang, memegang tangan Vikto erat-erat.

“Oma… Oma sudah pergi, Kak…” suaranya patah, pecah, tak terkendali.

Wajah Vikto langsung memucat. Matanya berkaca tanpa mampu menahan. Tubuhnya bergetar, antara syok dan duka yang tak terucapkan.

“Aku… takut Kak. Antara kamu sadar… atau aku kehilangan Oma…” tangis Adinda pecah lagi.

Vikto mengangkat tangannya yang masih lemah dan menangkup pipi istrinya. “Aku di sini… Aku nggak akan pergi ke mana-mana… Maaf… kamu harus tanggung semuanya sendirian…”

Riko menatap keduanya dari pintu ICU. Konflik batinnya terasa begitu nyata, cinta yang ia miliki, namun tak bisa ia genggam. Dan ia sadar… Adinda membutuhkan Vikto, begitu juga sebaliknya.

Untuk pertama kalinya, Riko mundur setapak.

Di dalam ruangan itu, hanya ada dua jiwa yang saling menggenggam dalam luka, kehilangan, dan harapan yang tersisa.

Pemakaman Oma Hela berlangsung dengan penuh haru. Langit mendung seakan ikut berduka. Nyonya Wirna menangis tertahan, sementara Tuan Abdi yang masih lemah hanya mampu duduk di kursi roda dengan wajah sayu. Vikto tidak bisa menghadiri pemakaman sepenuhnya, karena masih dirawat dan kondisinya belum stabil. Namun, ia tetap meminta untuk dibawa dengan kursi roda sampai halaman luar pemakaman, meski dokter sempat melarang.

Di sisi lain, Adinda memilih tetap tinggal di rumah sakit. Ia duduk setia di samping ranjang Vikto, menggenggam tangan suaminya yang masih tampak pucat dan lemah. Suasana kamar terasa hening, hanya suara mesin medis yang berdenting halus.

Air mata Adinda jatuh satu demi satu, membasahi punggung tangan Vikto.

"Maaf, Oma… maaf aku tidak bisa ada di sana. Kak Vikto butuh aku… Suamiku butuh aku…"

Ia menunduk, menahan tangis yang meledak-ledak di dalam dada. Hatinya terbelah, satu sisi ingin mengantar sosok yang begitu menyayanginya, satu sisi lagi tidak sanggup meninggalkan Vikto yang baru saja sadar dan masih butuh pengawasan.

Tak jauh darinya, Riko berdiri bersandar di dinding kamar. Wajahnya kusut, matanya lelah, tetapi ia tetap bertahan untuk menemani Adinda. Meski sesekali ia cemburu melihat bagaimana Adinda memandang Vikto dengan ketulusan dan kecemasan yang nyata.

"Seharusnya itu aku… seharusnya aku yang dijaga seperti itu," batinnya, getir.

Namun, setiap kali melihat air mata Adinda, kecemburuannya kalah dengan keinginannya untuk melindungi perempuan yang pernah sangat ia cintai.

Setelah pemakaman selesai, Ziro kembali ke rumah sakit. Ia berdiri di depan pintu, menatap pemandangan di dalam, Adinda menggenggam tangan Vikto, sementara Riko duduk tidak jauh dari mereka.

“Ya ampun… aku rasa persaingan ini semakin panjang,” gumam Ziro lirih, menghela napas panjang.

“Dinda…” bisiknya, suara hampir tak terdengar.

Adinda langsung tersentak, menegakkan tubuh. “Kak—Kak Vikto?” Ia menggenggam tangan suaminya lebih erat, air mata kembali jatuh.

"Dinda-" suaranya pun terhenti.

"Tuan, bagaimana keadaannya? Maafkan saya, tadi seharian penuh saya disibukkan di kantor. Semua baik-baik saja, dan tidak ada masalah pada keuangan. Tuan perbanyak istirahat. Setelah sembuh dan sudah diizinkan pulang, saya akan memberikan penjelasan. Oh iya, saya ikut berduka cita atas wafatnya Oma Hela. Semoga Belia tenang dalam kepergiannya."

Vikto mengangguk pelan, badannya masih terasa lemas dan tidak berdaya. Meski perasaan Vikto telah hancur, semampunya untuk menerima kenyataan itu. Air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan. Tubuhnya bergetar lemah.

Adinda memeluk tangan Vikto, ikut menangis. “Maafkan aku… aku nggak bisa ada di sana waktu Oma pergi.”

Vikto memejamkan mata, suara parau keluar dari bibirnya, “Oma pergi… saat aku bangun.”

Ia menatap Adinda dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu jangan ninggalin Kakak juga ya, Dinda… Kakak cuma punya kamu sekarang.”

Ucapan itu menusuk hati, hingga Riko terbakar oleh api cemburu atas kedekatan mereka berdua.

Riko memalingkan wajah, rahangnya mengeras. Ada luka besar yang ia rasakan, tapi ia menahannya tanpa suara.

Dalam diam yang menyesakkan itu, hanya tangis Adinda yang terdengar, menggema lembut di kamar rawat yang kini terasa semakin hampa tanpa kehadiran Oma Hela.

1
Qaisaa Nazarudin
Noh yang lain,Denger gak tuh pesen Oma ke Dinda..Buka telinga kalian lebar2...
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah,ku pikir Oma manggil Dinda nyuruh dia ninggalin Vikto..
Apa keluarga nya Percaya dengan omongan Dinda nanti tentang wasiat Oma,Takutnya menuduh Dinda mengada2..Harusnya 2 orang yg masuk sebagai saksi..
Qaisaa Nazarudin
Selalu ALASAN ini yg digunakan untuk memaksa anak2 MENIKAH, Dengan cara begini anak2 gak bisa MENOLAK..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Baru juga Vikto dan Dinda menemukan BAHAGIA, udah ada aja hambatan nya..kasian banget Dinda..
Qaisaa Nazarudin
Ialah dia PERGI dia udah diceraikan,ngapain lagi dirumah ini..Riko juga udah gila Talak kayaknya,Sebelum Cerai kenapa gak diselidiki dulu kebenaran nya,main Percaya gitu aja omongan mereka, Sekarang kamu yg kayak orang SEWEL,Kalo ketemu juga Dinda udah MILIK orang lain,Rasain kamu..😠😠😠
Uba Muhammad Al-varo
Riko oh Riko..... penyesalan terdalammu udah terlambat dan kau Vikto jagalah selalu Adinda.
Uba Muhammad Al-varo
semoga aja Adinda baik' saja dan kabar yang terjadi pada tuan Abdi tidak mempengaruhi pernikahannya Adinda dan Vikto
Uba Muhammad Al-varo
Vikto udah cinta dan sayang ke Adinda ternyata udah lama 😉😊
Uba Muhammad Al-varo
nggak salah kok kalian berdua tidur berpelukan,Vikto dan Adinda kan udah resmi menikah 🙂🙂🙂
Uba Muhammad Al-varo
semoga ini awal kebahagiaannya Adinda dan Vikto
Anjana: Semoga ya kak, kasihan menderita terus😭
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
jadi kalau seumpamanya Riko menemukan Adinda, Riko tidak bisa membawa pulang Adinda karena Adinda sudah menikah dengan Vikto.
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Vikto dan adinda menikah 🙏
Uba Muhammad Al-varo
karena sering bertemu antara Adinda dan Vikto akhirnya benih cinta tumbuh diantara kedua nya
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda sembuh kembali dan mendapatkan kerja, buktikan ke keluarga nya Riko,kamu bisa sukses dan berhasil menjalani hidup
Uba Muhammad Al-varo
semoga cintanya Vikto diterima oleh Adinda dan mereka segera menikah
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda bertemu dengan Vikto semoga ini juga awal kehidupan nya Adinda lebih baik lagi
Uba Muhammad Al-varo
Adinda....😭🤧😭🤧😭🤧 semoga kamu mendapatkan kebahagiaan ditempat baru
Uba Muhammad Al-varo
semangat sembuh Adinda,kamu pasti bisa melewati ujian sakit ini💪💪💪💪💪
Uba Muhammad Al-varo
benar Oma Hela kalau cinta sejati memang harus diuji dengan badai yang besar demi bisa bertahan
Uba Muhammad Al-varo
benar omongan mu mbak Tia,Vikto itu ada rasa sama Adinda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!